****
Melupakan seseorang itu sulit, apalagi jika ia adalah orang yang paling berkesan dalam hidup.
****"Pake otak lo buat Mikir!" ujar Farhan yang sedang berusaha menahan emosinya. Farhan berjalan menuju motornya dan meninggalkan parkiran sekolah dengan kecepatan tinggi.
Basecamp Incursio terlihat ramai malam ini. Randu baru saja sampai dan menghampiri Stefen, Farhan, Ikram juga Tebe yang sedang terfokus pada ponsel masing-masing. Mabar tentu saja.
Dengan ringan Randu mendudukan dirinya tepat disebelah Farhan yang hanya meliriknya dan kembali fokus pada ponsel menyelesaikan pertarungan.
Memenangkan game pada ponsel mereka Stefen, Farhan, Ikram, Tebe bersorak dan bertos ria.
Suasana terasa canggung sekarang. Tak ada yang ingin mengucapkan sepatah katapun. Stefen dan Ikram yang biasanya paling banyak bicara kali ini diam bagai mengikuti alur yang sedang ada disekeliling mereka
Randu yang semenjak tadi merasa ada yang menjanggal dipikiran, juga diperkataan tadi siang mulai duduk dengan postur tegak dan serius.
"Oke fine, sorry Han gue ga bisa kontrol diri gue sendiri tadi."
"Kaya biasanya kita bakal selesain masalah dengan kepala dingin kan? Dan ga bakalan ada perseteruan di pertemanan ini."
"Lain kali Ndu lo saring dulu kata-kata lo," ujar Tebe memandang lurus kearah Randu.
"Kita semua tau tentang satu sama lain. Dan lo pake kata paling menjengkelkan 'pengganti' gue aja kalo jadi Farhan udah gue tinju lo."
"Lo kira cari 'pengganti' itu mudah Ndu, konyol banget." kata Ikram.
"Jadi Han lo mau maapin si laknat ini? " ujar Stefen. Randu, Ikram dan Tebe memusatkan pandangan pada Farhan yang terlihat sedang berpikir.
"Gue sih fine aja, gue juga udah tau alesan dia bisa semarah itu dan bertindak tanpa pikir panjang," ujar Farhan yang mendapat raut bingung dari Stefen, Ikram juga Tebe.
"Maksud lo apaan dah Han," kata Stefen masih dengan kernyitan dalam pada dahinya.
"Anjir otak gua gak nyampe." ujar Ikram dengan mengacak kasar rambutnya.
"fiks lo mirip orang gila pinggir jalan," kata Tebe melihat penampilan Ikram yang terlihat lusuh dan berantakan.
"Kampret lo."
Randu terus menatap kearah Farhan yang terlihat biasa saja bahkan masih bisa tersenyum melihat tingkah ke tiga temannya.
"Kenapa lo liatin gue gitu?" ujar Farhan ketika melihat kearah Randu yang terlihat menatap kearahnya
"Ada yang mau lo omongin? " tanya Farhan lagi pada Randu. "Ngomong aja kali, ngomong berdua."
Farhan berjalan mendahului Randu, "Ngapain lo ngebatu disana?" ujar Farhan dan memberi kode agar berjalan mengikutinya.
Stefen, Ikram dan Tebe yang melihat itu hanya menertawakan apa yang dilakukan Farhan juga wajah cengo Randu yang terlihat bodoh dihadapan mereka.
"Kalo gue ngomong lo suka bahkan sayang sama Auristela lo mau nyangkal gimana?" ujar Farhan begitu tiba di teras basecamp.
"Maksud lo? " ujar Randu bingung.
Farhan tersenyum geli melihat ekpresi Randu.
"Gak ada maksud apa-apa cuma mau tanya doang."
"Gue udah ada pacar Han kalo lo lupa."
"Ding dong ding dong, binggo!" ujar Farhan setelah mendengar jawaban Randu.
KAMU SEDANG MEMBACA
AURISTELA (SELESAI)
Teen Fiction[REVISI] Mungkin tersenyum adalah hal tersulit yang tidak dapat dilakukan oleh seorang Auristela Chalondra. Tapi bagaimana jika takdir dengan senangnya mempermainkan perasaan Auristela. Membuatnya dapat tersenyum juga terluka secara bersamaan. Aur...