*****
Takdir mempertemukan bukan untuk satu tujuan tapi banyak alasan. Jangan terlalu banyak berharap padanya ataupun menebaknya, It's imposible.
*****Hari ini, hari pertama masuk sekolah ditahun kedua Auristela bersekolah di SMA Indika. Auristela berjalan dilorong sekolah seorang diri, seperti biasanya. SMA Indika, SMA dimana semua muridnya berasal dari kalangan menengah ke atas.
Auristela Chalondra, salah satu murid tercerdas di SMA Indika, tapi sayang ia tidak membuka diri untuk berteman dengan salah satu siswa atau siswi. Karena teman tidak terlau penting baginya ia berpikir teman akan pergi dengan sendirinya tanpa disuruh pada saat keadaan yang tidak terbaca kedepannya. Auristela sudah terbiasa melakukan segala hal seorang diri.
Auristela berjalan menuju mading untuk melihat namanya ada dikelas mana. Dan saat tiba ia sulit melihat namanya karena banyaknya murid yang mengelilingi madding. Dengan susah payah Auristela akhirnya dapat melihat namanya. XI IPA 3 menjadi kelas Auristela tahun ini.
Setiba dikelas Auristela melihat sekeliling dan hanya ada dua bangku yang tersisa disudut kelas samping jendela. Tempat yang disukai oleh Auristela.
Auristela berjalan dengan tenang melewati siswa lain yang sedang melakukan kegiatannya masing-masing. Auristela langsung duduk dibangku lalau mengambil earphone dan menyalakan lagu kesukaannya. Ia pun menenggelamkan kepalanya dikedua tangannya diatas meja.
Ia tidak peduli dengan keadaan kelas dan tidak berminat untuk berinteraksi dengan murid lain. Karena baginya hanya membuang-buang waktu mengobrolkan sesuatu yang tidak penting.
Auristela telah mebatasi dirinya dalam memiliki teman atauu mungkin sekarang Auristela tidak ingin mempunyai seorangpun untuk berteman.
****
Di belakang sekolah, ada sebuah gedung yang tak terpakai sejak lama dan telah dijadikan basecamp geng sekolah yang bernama INCURSIO. Geng itu memiliki member inti yaitu, Farhan Septalizen, si pendiam dengan segala hal positif dan pintar dalam hal bela diri, Stefen Aryan Finanda, si jail, paling receh dan pintar mencairkan suasana, Ikram Maulia, si playboy yang suka memberikan gombalan kebanyak siswi dan Tubagus Ma'ruf, dia merupakan orang cuek dalam situasi apapun yang tidak ingin dia ketahui.
Dan, Randu Prangai Wangsyah, ketua Incursio. Lelaki tampan yang disegani oleh para siswa dan dikagumi oleh para siswi. Arogan merupakan kata yang tepat untuk pemuda itu. Jika sedang memimpin dan memberi arahan pada geng nya jangan diragukan dia memiliki jiwa kepemimpin yang cool. Mungkin diantara para anggota inti hanya ia yang memiliki otak yang sedikit pintar.
"Woi woi kita sekelas lagi tahun ini woi." teriak girang Stefen
"Biasa aja kali, heboh banget hidup lo."sahut ketus Tubagus yang diberi panggilan Tebe itu.
"Yee biasa aja kali Be." dengan wajah masam Stefen menjawabnya.
"Dapet kelas mana kita?" Tanya Ikram penasaran.
"IPA 3, eh Kram apa kabar cewe lo?" tanya Stefen pada Ikram yang raut muanya nya langsung berubah tertekuk. Walau Ikram seorang playboy dan sering member gombalan kepada siswi lainnya tapi ia memiliki pacar yang sangat sabar dengan sikapnya.
"Tau deh, akhir-akhir ini dia berubah heran gue."
"Hahaha, makanya Kram jangan jadi cowo brengsek lo, semua cewe digombalin."
"Hm, ga bisa liat yang bening." Farhan menimpalinya.
"Udah ah, gue lagi pusing nih dia cuek banget lo semua mana tau gimana rasanya," ucap Ikram "Kan pada jomlo." lanjutnya sambil terkekeh melihat ekspresi keempat temannya.
"Sombong banget lu." sahut Tebe.
"Apasih lo sewot aja kerjaannya." Ikram menjawab
"Udalah, ngebacot aja lo pada." kata Randu lalu berjalan meningalkan ke empat temannya.
****
Beberapa menit kemudian bel berbunyi semua siswa yang duduk dan mengobrol dilain tempat kembali kebangkunya masing-masing.
Pintu terbuka dan mempelihatkan pemuda yang baru saja masuk dengan angkuhnya dan ke empat temannya. Dengan salah satu sisi baju dikeluarkan dan kedua tangan yang dimasukan kedalam saku. Semua siswi melihatnya dengan pandangan memuja, siapa yang tidak mengetahui siapa dia di sekolah ini. Dia, Randu Prangai Wangsyah.
Randu Prangai Wangsyah, laki-laki yang terlihat berandal tapi memiliki otak yang cukup pintar dibanding keempat temannya yang lain. Para siswi di SMA Indika sangat mengagumi lelaki itu karena ketampanannya. Yah, siapa yang tidak menyukai lelaki tampan seperti Randu?
Walau terlihat berandal tetapi saat memimpin Incursio ia memancarkan karakter kepemimpinan yang dapat meruntuhkan keberanian lawan lain yang ingin mencari masalah dengan Incursio.
Mereka berjalan kearah beberapa bangku kosong yang ada disudut kelas dekat jendela. Semua orang dikelas itu tahu jika ke empat anggota inti Incursio akan berada dikelas itu. Terkecuali Auristela yang tidak mengetahui apapun.
"Woi Ndu, noh bangku lo udah ada penghuninya." teriak Stefen dengan kekehan khasnya.
"Eh, cewe cantik pula." kata Ikram tersenyum jahil
Sedangkan Tebe dan Farhan hanya melihat situasi tanpa ingin melibatkan diri dan duduk Tepat didepan perempuan yang terliat biasa saja dengan situasi ini. Bagaimana tidak Auristela tidak mengetahui apapun tentang mereka dan tidak ingin tahu.
Dengan santai Randu berjalan kesudut kelas dimana tempat yang seharusnya ia duduki telah ditempati orang lain. Memasang wajah dinginnya, Randu berjalan mendekati perempuan itu.
Dengan gugup Auristela menatap lelaki yang sedang berjalan kearahnya. Namun dengan cepat ia menghilangkan kegugupannya. Entahlah, apa yang sedang dirasakan oleh perempuan itu.
Kesan pertama yang Randu lihat dari perempuan itu ialah wajah datar yang membuat Randu merasa aneh dengan perempuan itu. Tidak ada satu siswi pun yang menatapnya dengan biasa seperti itu. Kebanyakan dari mereka menatap kagum dan memuja. Sedangkan perempuan itu tidak mengeluarkan ekspresi apapun.
Entah apa yang dipikirkan perempuan itu hingga dengan berani duduk dibangku itu. Sedangkan anak kelas yang lain tahu bahwa yang akan menduduki bangku itu adalah seorang Randu. Karena telah diberitahukan oleh member Incursio tadi pagi. Tapi mengapa perempuan itu masih dengan beraninya duduk disana.
Randu telah berdiri dihadapan Auristela. Ia menatap Auristela yang melihatnya dengan pandangan tanpa minat. Hanya dia, ya, hanya Auristela siswi disekolah ini yang menatapnya dengan tatapan seperti itu.
"Cari masalah lo sama gue duduk dibangku ini?" kata Randu dingin. Semua mata tertuju kearah belakang menatap penasaran kearah dua orang yang saling menatap itu.
Dengan tatapan elangnya Randu menatap perempuan yang ada dihadapannya dan ditatap balik dengan tatapan datar Auristela.
Dengan santai Auristela menjawab " Lo siapa? Yang punya sekolah?" Tanya Auristela dengan wajah khasnya, datar.
Seisi kelas tercengang mendengar jawaban dari Auristela tak terkecuali ke-empat teman Randu yang lain. Bagaimana tidak hanya Auristela yang berani berkata seperti itu pada ketua geng yang paling ditakuti seantero sekolah.
Randu tersenyum miring melihatnya. Dengan menatap tajam perempuan dihadapannya dan dengan berani perempuan itu juga menatap mata elang Randu. Auristela menatap mata tajam itu, dari semua siswa kelas 11 mengapa harus cowok itu yang duduk disebelahnya?
Hai mentemen ini cerita pertama nih:)
Jangan lupa vote sama komen yaa:)
NendyBudiman
KAMU SEDANG MEMBACA
AURISTELA (SELESAI)
Teen Fiction[REVISI] Mungkin tersenyum adalah hal tersulit yang tidak dapat dilakukan oleh seorang Auristela Chalondra. Tapi bagaimana jika takdir dengan senangnya mempermainkan perasaan Auristela. Membuatnya dapat tersenyum juga terluka secara bersamaan. Aur...