Auristela berjalan memasuki lorong dengan tenang, beberapa kali ia menghela nafas. Kehidupannya sudah lebih dari kata baik semenjak keluarganya mulai harmonis. Namun, Auristela tetap memilih hidup sendiri.
Bahkan belakang ini Karen sering kali berkunjung ke apartemennya, mengobrol juga menanyakan keadaanya. Mereka juga beberapa kali keluar bersama. Hubungan mereka dapat dibilang berkembangan dengan signifikan walau masih terdapat jarak.
Hari ini, hari terakhirnya berada di SMA Indika, entahlah Auristela tidak tau bagaimana perasaannya kali ini. Kedua mata beningnya menatap dan mengamati setiap hal kecil yang ia lewati saat ini.
Matanya tertuju pada lapangan basket, ia tersenyum kala mengingat untuk pertama kalinya ia mendapatkan alasan untuk tersenyum. Dengan hanya melihat senyum dari Randu dapat memunculkan senyum pada wajahnya.
Auristela terus berjalan sampai ia terkejut dengan tangan yang telah merangkul bahunya. Diikuti dengan suara deru langkah kaki.
"Heh! Enak banget nih tangan awas gak!" Sergah Ikram dengan menepis tangan Stefene yang berada pada pundak Auristela.
"Dih apa sih lo, iri aja."
"Kalo mau mati gak gini caranya goblok," Ikram melirik Randu yang berdiri tak jauh dari mereka.
"Ah elahh, makanya maju kek Ndu. Keduluan orang baru tau rasa." Ujar Stefen yang langsung mendapati jitakan pada kepalanya.
"Sok banget lo, padahal kaga pernah pacaran. Deketin cewek aja kaga berani lo," ujar Tebe.
"Ngaca dulu ngab, apa kabar lo hah? Gua mah jomblo bahagia," dengan bangga Stefen mengatakan itu.
"Yeuu." Dengan bersamaan Ikram dan Tebe bersuara.
"Widih, padauan suara lo berdua."
Randu menghela nafas dan berjalan tepat disamping Auristela, sudah setahun lebih mungkin dia mencoba mendapatkan hati perempuan itu namun nyatanya sampai sekarang tidak terdapat hasil yang ia harapkan.
"Morning sunshine," sapa Randu dengan senyum manis pada Auristela.
"Pagi Randu," jawab Auristela dengan senyum pada wajahnya.
"Pagi Stela," suara Farhan terdengar serak.
"Masih flu Han?" Tanya Auristela melihat Farhan yang berdiri disamping.
"Weh nobar geh nobar." Cetus Stefen dengan bersemangat.
"Sorry gue udah booking hari ini bareng Auristela." Senyum Randu terlihat begitu mengembang.
"Dih, gue doain ada perubahan deh. Kasian dong Stel lo sama temen gue ini. Jangan ampe jadi sadboy."
"Palak lo sadboy!"
"Bah kaga terima lo, emang kenyataannya kali,"
Baru saja ingin bicara dengan Farhan lelaki itu sudah lenyap entah kemana.
*****
Seluruh siswa kelas 12 telah berkumpul pada lapangan SMA Indika dengan menggunakan Toga yang baru saja dibagikan. Entahlah, ini adalah kebiasaan dari SMA Indika, mengenakan Toga untuk merayakan kelulusan siswa-siswinya.
Berbaris dengan sesuai kelas masing-masing, disinilah Auristela juga Randu berdiri bersampingan.
"SELURUH SISWA ANGKATAN 32 DINYATAKAN LULUS" perkataan kepala sontak ditanggapi dengan sorak senang seluruh siswa.
Banyak siswa yang saling memeluk satu sama lain, sama seperti anggota inti Incursio yang berdiri tepat didekat Auristela. Auristela memperhatikan seluruh siswa yang nampak begitu senanh dengan wajah lega. Pendidikan menengah mereka telah selesai yang berarti mereka akan menginjakkan kaki pada jengjang yang lebih tinggi.
KAMU SEDANG MEMBACA
AURISTELA (SELESAI)
Teen Fiction[REVISI] Mungkin tersenyum adalah hal tersulit yang tidak dapat dilakukan oleh seorang Auristela Chalondra. Tapi bagaimana jika takdir dengan senangnya mempermainkan perasaan Auristela. Membuatnya dapat tersenyum juga terluka secara bersamaan. Aur...