52. Nilai

623 41 6
                                    

Ada yang suka sam Day6 gak nih?

Sambil dengerin lagunya yaa hehe

Happy Reading:)

****
Lebih mudah menilai seseorang dari pada melihat dan mendengar apalagi mempercayai apa yang sebenarnya terjadi dan apa alasan dibalik segalanya.
****

"Gimana sama tangan lo? Masih nyeri?" tanya Charles pada Auristela yang masih sibuk memperhatikan pergelangan tangannya yang dicekal dengan kuat oleh Randu.

"Masih dikit, udahlah gue gapapa kali. " ujar Auristela lalu menatap Charles yang memperhatikan pergelangan tangannya.

"Oh, gue udah pesen milktea sama roti isian coklat. Lo masih suka kan?" Auristela yang mendengar itu mengangguk dan sedikit tersenyum. Ternyata Ichalnya masih memngingat dirinya dengan baik.

"Kalo di inget-inget ya, Ichal yang gue kenal itu gak kaya lo deh." ujar Auristela dengan sedikit menyipitkan matanya.

"Gue gak berubah kali, manusia kalo berubah gak baik. Cuma sekarang sama dulu pasti beda dari sircle pertemenan mungkin."

"Keadaan keluarga lo gimana? Masih sama?" tanya Charles dengan tangan menerima nampan berisi pesanan mereka. Auristela menggeleng.

"Kaya yang lo tau, gue udah pindah ke apartemen itu karena gue diusir dari sana." mendengar perkataan Auristela lantas saja membuat Charles membeliakan matanya.

"Serius lo? Sejak kapan? Kenapa bisa?" Auristela menggeleng mendengar setiap pertanyaan yang langsung meluncur dengan mudahnya itu.

"Udah lama, udah deh makan aja dulu laper gue." ujar Auristela dengan mengambil roti berwarna coklat tua dengan isian coklat didalamnya.

"Masih gak mau terbuka sama gue kan lo, ya gue sih maklum kita gak ketuma udah lama banget."

"Dan lo tau banyak tentang gue yang dulu, gak ada orang yang tau sebanyak lo tentang gue." ujar Auristela dengan terus mengunyah roti yang sangat ia sukai.

"Gue gak bakal biarin si brengsek itu deketin lo Chal. Apalagi nyakitin lo." ucap Charles dengan mata berkobar.

"Gue sekelas malah sebangku sama dia, gimana bisa lo jauhin gue sama dia padahal lo beda sekolah gini." Charles hanya daat nyengir dengan tampak tak tahu diri.

"Oh iya juga. Tapi kalo misalnya lo disakitin sama dia bilang sama gue. Gue bakal kasih pelajaran baku hantam buat dia."

"Yayaya, terserah lo deh." Auristela telah menghabiskan roti miliknya dengan cukup cepat.

"Gilaa, laper apa doyan lo?" ejek Charles saat melihat roti milik Auristela tidak bersisa.

"Pesen lagi dong, gue mau sekalian sama yang isian keju juga. Lo juga salah Chal, seharusnya mesen tuh yang banyak cuma sebiji gini." celoteh Auristela.

"Yeyeye, ngoceh aja mbaknya pas ditanya mau apa dijawab 'terserah lo' mana tau gue." dumel Charles dengan tangan terangkat mengintrupsi pelayan yang berada disana lalu memesan kembali pesanan Auristela.

****

Charles mengendarai motor miliknya kearah markas The Cruel dengan kecepatan sedang. Setelah mengantar Auristela pulang ia langsung melaju menuju markas. Ia senang tentu saja dapat bertemu dengan sahabat semasa kecilnya itu. Tapi melihat bagaimana ia mata jatuh begitu mudahnya dari mata itu membuat hatinya teguh akn menjadi seorang pelindung bagi Auristela. Karena itulah tugasnya saat ini, sebagai sahabat. Inilah yang harus digaris bawahi dan juga ditekankan. Ia melakukan itu sebagai sahabat.

Sampai dipertengahan jalan ia melihat beberapa motor nampak berkumpul dipinggir jalan. Charles terus melajukan motornya tanpa ingin mengetahui siapa mereka namun ketika hampir sampai disekelompok motor itu tiba-tiba salah seorang dari mereka berdiri ditengah jalan. Dengan sangat cepat Charles mengrem motornya dan berhenti dengan jarak yang sangat dengan orang tersebut.

Entah siapa orang gila yang tiba-tiba berdiri ditengah jalan itu. Apa ia sangat ingin untuk cepat bertemu dengan Tuhan sehingga ingin memberikannya nyawa. Secinta itukah orang itu pada Tuhan-Nya sehingga ingin segera bertemu.

Saat menfokuskan penglihatannya Charles dan melihat dengan jelas siapa orang gila yang menghalangi jalannya. Seketika senyum miring khas miliknya terbentuk. Ia melepaskan helm dan turun menghadapi orang itu.

"Woo, pengen mati nih ceritanya lo." ujar Charles dengan senyum yang tidak pudar dari wajahnya.

"Bosen idup apa gimana?" ujarnya lagi. Randu hanya berdecih dan menatap Charles dengan tatapan begitu meremehkan.

"Gak usah banyak bacot deh, gue disini mau nanya ke lo. Apa hubungan lo sama Auristela?" ujar Randu yang dihadiahi kekehan oleh Charles.

"Mau tau aja atau mau tau banget." ujar Charoes mempermainkan.

"Heh! Lo mau cari mati apa gimana hah? Gak lo liat tatapan Randu kaya begimana." ujar Stefen yang masih santai menyenderkan diri pada motornya. Charles dengan salah satu alis terangkat menggunakan wajah fokus yang dibuat-buat.

"Oh, gue bisa liat, emosi?"

"Jawab aja sekarang woi! Hubungan lo sama Auristela apaan. Susah banget apa ya." ujar Ikram yang mulai menegakan tubuhnya.

"Hai Han, apa kabar? Makasih udah jagain Auristela selama ini ya." Charles berpaling mengarah kearah Farhan yang menatapnya tanpa minat.

Randu yang sudah kehabisan kesabaran pun berjalan maju dn meraih kerah Charles. Terlihat dari mata yang begitu banyak menyimpan emosional yang berlebih. Charles menatap Randu dengan datar.

"Kalo gue bilang gue pacarnya, apa mau lo?" ujar Charles dengan santai. Farhan yang mendengar itu dengan tiba-tiba terdiam. Mencerna dan memperhatikan ekspresi Charoes dalam diam. Melihat apakah ada kebohongan dari perkataan laki-laki itu. Tapi sekarang, Farhan percaya bahwa segala hal tidak daat dilihat dengan mata, karena perasaan tidak dapat terbaca oleh siapapun.

Dan tanpa ia sadari Charles telah terbaring diaspal dengan Randu yang memukuli Charles beberapa kali.

"Gue serius sekarang! Jawab apa hubungan lo sama Auristela!"

"Mau bener apa engga, kenapa lo mau tau tentang kita? Lo cemburu?"

"Lo..!" tangan Randu melayang dan tidak sampai pada pipi Charles karena ditahan oleh Farhan.

Randu menatap Farhan, Farhan menggeleng dengan tatapan datar khas untuk menghentikan perbuatan Randu. Randu menampiskan lengannya dan berdiri. Tanpa diduga Farhan menjulurkan tangannya untuk menolong Charles. Tentu saja, Stefen, Ikram juga Tebe menatap itu dengan tatapan bingung.

Charles yng melihat uluran tangan itu menepis dan memilih berdiri dengan menggunakan kekuatannya sendiri.

"Gue gak butuh bantuan dari orang lemah kaya lo. Kalo lo gak bisa jagain dia lagi, biar gue yang ambil alih. Lo ada dideket dia tapi gak bisa buat apa-apa kan." ujar Charles.

"Lo kira Stela barang hah? Bisa lo ambil alih seenaknya gini? Gue kasih tau sama lo mau sedeket apa lo sama Stela, gue bakal tetep jadi orang yang ada disisi dia apapun yang terjadi." Farhan mengatakan itu dengan datar dan wajah serius.

"Kita liat, sejauh apa lo bisa ada disisi dia. Gue harap lo gak plin-plan." Charles menepuk dua kali bahu Farhan lalu berjalan menuju motornya.

"Lo gak tau apa-apa tentang gue, jangan sok tau akan apapun." ujar Farhan dengan berjln menjauh kearah keempat temannya yang lain.

"Ekpektasi gue besar ke lo, jangan sampe realitanya gak sesuai. Lo satu-satu orang yang bisa gue percaya buat jagain dia." ujar Charle hingga Farhan terhenti, lalu menatap kepergian ketua dari geng besar yang terkenal dengan kesolidan jug kenakalan. Tapi geng itu memiliki ketua yang dapat memberi kepemimpinan dengan sangat baik, itulah penilaian dari orang-orang yang mengetahui tentang The Cruel. Geng yang sama sekali tidak dapat dinilai dari keberandalannya saja.






See you guys!







NendyBudiman

AURISTELA (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang