****
Tanpa sadar diriku terasa telah jauh melangkah, menjauhi titik nyaman dimana seharusnya diri ini berada. Menemukan jalan kembali diantara persimpangan jalan membuatku terdiam. Dalam keterbingungan.
****Randu menatap kedua mata Auristela tanpa sadar Randu telah jatuh kedalam tatapan yang selalu sulit untuk diartikan.
"Gue Cuma mau kasih tau lo satu hal-" Auristela menghela nafasnya sebelum melanjutkan perkataannya. Mata Auristela terus menatap mata Randu sama sekali tak memutuskan pandangan itu.
"Kalo jadi cowo jangan sok care sama orang bisa bikin salah paham, kaya gue sekarang gue kira lo tulus tapi ternyata kenyataannya enggak" jelas Auristela masih dengan tatapan datar Randu membuka dan menutup kembali mulutnya. Randu bungkam atas apa yang dikatakan oleh Auristela.
"Mending lo perhatiin cewek lo yang selalu kurang sama apa yang dia punya, yang sok polos dan munafik itu!" ujar Auristela. Randu yang mendengar penuturan Auristela mengernyitkan dahinya. Mengapa Auristela membawa-bawa Karen dalam perbincangan ini.
"Lo tau, gue gak punya temen dan itu kemauan gue. Muka gue datar itu tameng buat gue dan saat lo sama temen-temen lo masuk dan ngajak gue temenan dimana gue gak percaya sama ikatan semacam itu. gue berusaha nolak tapi lo orang memaksa gue masuk ketika gue nyaman dengan pertemanan itu kenapa lo ancurin dengan kata-kata lo itu!" sungguh, Auristela tidak pernah bicara sepanjang ini. menyadari perkataannya yang telah banyak membuka diri Auristela bungkam dan menatap mata Randu dengan kesal. Auristela berjalan menuju kepintu rooftop namun dihentikan oleh Randu.
"Apa ini sifat lo? Lo termakan emosi dan akhirnya menyampaikan apapun yang ada di kepala lo tanpa lo sadari," seraya tersenyum Randu mengatakan itu. Auristela tersenyum miris dalam hati tenyata dari semua perkataannya hanya point itu yang didapatkan oleh Randu.
"Peduli apa lo?"
Randu tersenyum miring dan mendekatkan diri pada Auristela. Randu maju selangkah dan tepat berhadapan didepan Auristela. Tak ada jarak antara mereka. Merasa kedekatan mereka terlalu dekat membuat Auristela merasa tak nyaman.
Auristela memundurkan langkahnya namun dengan cepat Randu menahan pinggang Auristela. Kedua pupil mata Auristela membesar menerima perlakuan dari Randu saat ini.
"Terus? Lo bisa jelasin tentang kedekatan lo sama Farhan?" ujar Randu dengan terus menatap kedua mata Auristela yang terlihat panik. Entah mengapa, Randu merasa kedekatannya saat ini dengan Auristela membuatnya senang.
"Jawab pertanyaan gue Auristela," dengan berbisik tepat ditelinga Auristela. Randu tersenyum kecil merasakan tubuh Auristela yang menegang.
"Oh, apa karena lo udah merasa nyaman sama kitaorang lo bisa temenan sedeket itu sama mereka?" masih ditempat yang sama Randu mengatakan itu pada Auristela.
Sungguh, Auristela sangat tidak nyaman dengan kedekatan mereka saat ini. Dengan sekali hentakan Auristela mampu melepas pegangan Randu pada pinggangnya dan berjalan mundur dua langkah. Randu tersenyum melihat Auristela.
"Farhan, mungkin, dia satu-satunya orang yang tau tentang gue dimana semua orang ga sadar akan hal itu," ujar Auristela lalu dengan cepat meninggalkan Randu yang masih stuck dengan pikirannya. Farhan mengetahui satu hal yang bahkan tak ada satu orangpun mengetahui hal itu. kira-kira apa itu. sebelum Auristela turun ada seseorang yang lebih dulu turun setelah mndengar pembicaraan mereka.
****
Keadaan kantin masih sama dengan hari-hari sebelumnya. Bising dan ricuh dengan suara dari seluruh siswa-siswa. Farhan yang melihat Randu sejak tadi terdiam bagai tenggelam dengan pikirannya sendiri menepuk bahu Randu. Randu mengerjapkan matanya dan menatap kearah Farhan.
KAMU SEDANG MEMBACA
AURISTELA (SELESAI)
Teen Fiction[REVISI] Mungkin tersenyum adalah hal tersulit yang tidak dapat dilakukan oleh seorang Auristela Chalondra. Tapi bagaimana jika takdir dengan senangnya mempermainkan perasaan Auristela. Membuatnya dapat tersenyum juga terluka secara bersamaan. Aur...