****
Apa berharap jika hal yang terjadi saat ini akan berakhir indah itu salah, aku bahkan tak bisa berharap banyak dengan ini. Namun rasanya ini adalah permulaan dari hal baru yang dimainkan oleh takdir dengan semaunya.
****Selama perjalan menuju apartemen Auristela tidak ada yang memulai percakapan diantara mereka hanya suara deru kendaraan diperjalan yang terdengan. Kecanggungan diantara Auristela dan Randu dapat mereka rasakan.
Sesampainya didepan apartemen Auristela, Randu menatap apartemen itu dengan kening berkerut. Apa ia tinggal disisni? Mengapa rumah ini sangat sepi dan kosong? Mungkin seperti itulah isi pikiran Randu saat melihat keadaan apartement Auristela.
"Lo tinggal disini?" Tanya Randu dengan mata menatap.nanar apartemen Auristela,
"Sepi amat nih rumah, orangtua lo pada kemana?" lanjutnya dengan menatap lurus kearah Auristela.
"Ya, dan gue tinggal sendiri." Auristela menjawab pertanyaan Randu sambil menatap apartemennya dengan tatapan yang sulit diartikan oleh Randu.
"Thanks buat tumpangannya, gue duluan." ucapnya lalu dengan cepat membuka gerbang dan berjalan kearah pintu apartemennya.
Meninggalkan Randu yang masih berkelana dengan pikirannya sendiri. Randu masih memikirkan perkataan Auristela sebelumnya.
Bahwa perempuan itu tinggal sendirian di apartemen itu, kemana kedua orangtuanya? Apa sebenarnya yang terjadi pada perempuan itu?
Randu mengenyahkan semua pemikiran yang ada dikepalannya dan memilih pergi dari depan apartemen itu menuju basecamp Incursio.
****
Sesampainya di basecamp, Randu memilih duduk sendiri daripada bergabung dengan teman-temannya yang lain. Pikiranya maih terpenuhi dengan satu nama. Auristela. Randu merasa Auristela sangat misterius.
Perempuan aneh dengan wajah datar itu mampu mebuat Randu sangat penasaran tentangnya.
"Lo kenapa?" Tanya Farhan, Randu menoleh kearah samping dimana Farhan telah duduk disebelahnya.
Randu menghela nafas "Bingung gue." jawabnya dan langsung mengalihkantatapannya menuju kearah taman. Mebuat Farhan menatapatnya dengan dahi berkerut. Tumben sekali Randu bersikap seperti ini.
"Tentang Auristela?" seketika Randu menoleh kearah Farhan. Bagaimana laki-laki itu tahu.
"Bener ternyata." lanjutnya sambil menatap lurus kedepan. Randu memilih diam dari pada menjawab.
"Kalo lo ada hal yang bisa di sharing jangan ragu buat ngomong sama kita-kita, apalagi gue temen lo dari SMP." kata Farhan, Randu merupakan tipikal orang yang jarang terbuka, ia suka memendam segala yang ia rasakan apalagi yang ia pertanyakan.
"Wei kenapa nih, curhat pak bos?" Stefen nimbrung dan di ikuti dengan Ikram dan Tebe.
Dengan senyum jahil ikram bertanya "Lo tadi ngaterin Auristela sampe rumah Ndu?" tanyanya. "Ketemu calon mertua gak?" lanjutnya dengan terkekeh pelan. Diikuti oleh tawa Stefen dan Tebe.
"Lo apaan sih Kram, gak lucu." sarkas Randu yang merasa terganggu dengan bercandaan Ikram.
"Sensi amat pak bos." celetuk Stefen dengan sisa tawanya yang mulai mereda.
"Tapi bentar deh, lo tumben-tumbenan mau ngeboncengin cewe?" Tanya Tebe penasaran.
"Anak cheers aja lo tolak mentah-mentah waktu minta nebeng sama lo."
"Nah bener tuh." kata Stefen dengan tatapan penasaran.
"Bukan urusan kalian, gue cabut." setelah mengatakannya Randu langsung menuju motornya dan pergi ke rumahnya. Di basecamp bukannya dapat berpikir dengan tenang lebih baik ia pulang kerumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
AURISTELA (SELESAI)
Teen Fiction[REVISI] Mungkin tersenyum adalah hal tersulit yang tidak dapat dilakukan oleh seorang Auristela Chalondra. Tapi bagaimana jika takdir dengan senangnya mempermainkan perasaan Auristela. Membuatnya dapat tersenyum juga terluka secara bersamaan. Aur...