59. Kebodohan

719 52 16
                                    

****
Entahlah, setelah semua ini terjadi mengapa tetap aku yang disalahkan. Sebegini tidak berhargakah aku dimatanya sebagai seorang putri.
-Auristela Chalondra
****



Auristela dan Charles telah sampai dipemakaman dimana Mama Auristela dimakamkan begitu juga dengan Ayah Charles. Kini mereka tengah berada dipemakaman Ayah Charles. Dapat Auristela lihat nama yang tertulis pada nisan itu, Tamrin Yoridangga. Charles tengah memanjatkan do'a untuk Ayahnya itu dan Auristela terdiam melihat seberapa kusyunya lelaki itu berdo'a.

Sedemikian Charles selesai dengan kegiatannya, lelaki itu berdiri dan tersenyum kearah Auristela. "Sini deketan."

Dengan perlahan Auristela berjalan mendekat kearah Charles. "Ayah tau dia kan? Ichal sering cerita ke Ayah." Auristela sedikit mengernyit tidak mengerti.

"Sekarang Ichal udah ketemu sama dia. Ichal gak tau keberadaan Ichal selarang nambah beban dia apa engga." Dengan cepat Auristela menjitak kepala Charles.

"Apaan sih Chal! Jangan bercanda deh." Charles hanya terkekeh melihat Auristela yang terlihat kesal.

"Dia nih datar Yah, senyum aja jarang tapi galak kaya gini."

"Ichal.." geram Auristela, Charles kembali terkekeh.

"Pokoknya, Ichal seneng bisa ketemu sama dia. Bisa ada dideket dia kaya sekarang, bantu dia."

"Tapi Om, dia nih suka tawuran gak jelas. Aneh banget kan." keluh Auristela.

"Yang ada ntar aku lagi yang ngobatin luka dia kan jadi beban banget." Charles tertawa karena itu.

"Jadi gak iklas nih bantuinnya." ujar Charles.

"Iklas, cuma dikurangin cari masalahnya."

"Kalo gitu kita pamit dulu ya Yah, Ayah jangan lupa buat mampir di mimpi Ichal ya."

Auristela dan Charles berjalan dengan tubuh sejajar. Tiba-tiba Charles menghentikan langkah Auristela. Auristela yang tengah melihat kearah lain pun terkejut. "Kenapa Chal?"

Charles menaruh telunjuknya pada bibirnya lalu menunjuk kearah dimana itu tepat pada makam Mama Auristela. Auristela berdecak dan melihat apa sebenarnya sebab Charles menghentikan langkah mereka disini.

Seketika Auristela terpaku melihat siapa yang ada disana. Mengapa ia ada disana, pikir Auristela.

Auristela dalam melihat bunga yang ada diatas makam sang Mama. Daisy berwarna merah juga putih. Mengapa pria itu harus ada disana dan membawa bunga dengan makna yang sangat dalam.

Lagi-lagi Auristela hanya terdiam disana menatap ekspresi pria yabg tidak lain adalah Papanya itu sangatlah sedih. Dengan mata yang berkaca Jordi menatap makam itu. Ini adalah pertama kalinya Auristela melihat wajah Jordi yang terlihat begitu menyedihkan.

Setelah lama bersembunyi akhirnya Auristela dan Charles mulai berjalan kearah makam Mama Delasia ketika Jordi telah melangkah menjauh dari sana. Entah apa yng dirasakan Auristela saat ini, ia merasa ingin memeluk Papanya, namun, disisi lain rasa kecewa masih begitu membekas dalam hatinya.

Charles menarik Auristela secara tiba-tiba hingga Auristela sedikit berteriak. Charles mengetuk dahi Auristela, "Jalan tuh jangan ngelamun Chal, untung gue sigap."

Ternyata, hampir saja Auristela terjelembab dalam lubang yang tidak terlalu dalam. Auristela mengelus dadanya yang terasa berdetak kencang akibat adrenalin yang naik dikarenakan terkejut.

"Sorry banget ya."

"Udah jangan dipikirin, mungkin Papa lo emang sering kesini tanpa lo tau."

"Gak mungkin." sangkal Auristela.

AURISTELA (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang