10. Tidak Terduga

822 49 2
                                    

****
Semakin banyak hal yang tidak dapat ku pahami. Semakin jauh juga aku masuk dan terus ikut tergerus dengan keadaan.
-Randu Prangai Wangsyah
****

Keadaan terlihat telah kembali kondusif setelah kejadian dikantin. Randu dan ke-empat temannya juga Karen dan Auristela sedang berada dilapangan tempat perlombaan futsal berlangsung. Sebagai perlombaan terakhir hari ini. Keadaan memanas ketika tim SMA Indika dan SMA Soroz menjadi rival untuk memenangkan tempat pertama.

Tak lama SMA Indika mencetak angka dan didetik terakhir membuat keadaan menjadi ramai dengan teriakan dan sorakan para siswa-siswi. Rombongan Charles meninggalkan lapangan setelah melihat hasil akhir.

Setelah turnamen telah selesai keadaan SMA Indika menjadi sangat sepi. Meninggalkan anggota Incursio yang membereskan peralatan lomba.

Auristela ingin sekali meninggalkan tempat ini sekarang. Namun, selalu ada yang mebuatnya tetap tinggal. Sungguh, memalingkan pemandangan yang ada didepannya sangatlah sulit. Melihat kedekataan Randu dan Karen membuat Auristela tersenyum miris didalam hatinya.

"Masih aja diliatin, semakin lo liatin semakin sesak, tau sendiri kan lo gimana rasanya?" ucap Farhan yang tanpa Auristela sadari telah berada disampingnya.

Perkataan Farhan tidak diindahkan oleh Auristela. Auristela memilih diam dan mengaitkan kedua telapak tangannya. Auristela tidak ingin ada orang yang mengetahui tentang dirinya lebih dalam. Siapapun orang itu atau sebaik apapun orang itu padanya. Sekali orang asing tetaplah orang asing.

Hal yang tidak harus diceritakan bagi Auristela adalah masalah hidup. Termasuk percintaan dan keluarga.

Auristela menatap kearah Farhan sambil tersenyum tipis "Gue nebeng ya Han?" ujarnya. Ke-lima orang disana melihat kearah Auristela.

"Gue ga salah denger kan?" ucap Stefen dengan wajah cengonya.

"Iya juga udah sore mending pulang nih yang cewe," saut Ikram dengan mulut sedikit ternganga.

"Gue juga mau pulang, cape main basket tadi," dengan muka lelah Tebe mengambil tasnya dan memakainya.

Farhan hanya menggangukan kepalanya dan segera mengambil tas juga jaketnya.

"Lo berdua mau disini aja?" Tanya Tebe pada Randu juga Karen membuat Stefen menoleh dan terseyum, "Mungkin mau berduan dulu," ujarnya.

"Kita duluan," ucap Farhan dan berjalan mendahului yang lainnya.
Randu berlari mengampiri Auristela dan menahan lengannya membuat Auristela menoleh kearah lengan dan Randu bergantian.

"Auristela bareng gue aja Han,"

"Bukannya lo sama Karen,"

"Gue bawa mobil."

"Gue tau—"

"Gue bareng Farhan aja Ndu," ujar Auristela sambil tersenyum kecil membuat Randu menatap Auristela dalam. Melihat perdebatan itu mebuat Stefen, Ikram dan Tebe saling berpandangan dengan bingung.

"Ga lo sama gue, lo pulang geh Han dia sama gue," kata Randu sambil menarik lengan Auristela agar berdiri disampingnya.

Tak ingin pusing dan menyebabkan keributan Farhan menatap Auristela "Gue duluan" ucapnya dan berjalan sambil merangkul bahu Tebe kearah parkiran dimana motor mereka berada. Ikram dan Stefen terlihat berlari kecil mensejajarkan langkah Farhan dan Tebe.

"Ayok Ndu ke mobil." ujar Karen dan menyadarkan Randu. Randu segera melepaskan pegangannya pada lengan Auristela dan menoleh kearah Karen sambil tersenyum. Auristela terdiam ditempatnya berdiri.

AURISTELA (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang