Setelah selesai upacara pelepasan siswa kemarin, Auristela merasa bebas. Berdiam diri didalam rumah, untuk menginjakan kaki dihalaman pun senggan, mungkin hanya sampai diteras depan ataupun balkon kamarnya.
Auristela keluar dari dalam kamarnya menuju balkon dengan sedikit merenggangkan tubuhnya. Rasa kantuk masih berbekas dalam dirinya, walau sudah tidur lama tetap saja rasa kantuk bagai tidak ingin lepas darinya. Suara klakson mengejutkan dirinya, Auristela menoleh kebawah dan melihat siapa yang ada disana.
Disana, seorang pemuda dengan lesung pipi tengah tersenyum dan melambaikan tangan. Auristela terdiam sesat, ternyata dari segala lelaki yang ada disekitarnya hanya lelaki itu menjadi tempat ternyaman untuk dirinya kembali.
"Ayo sini turun," panggil lelaki itu.
"Ngapain sih Chal pagi-pagi kesini?"
Lelaki dengan nama Charles Yoridingga itu terlihat sedikit berdecak, lalu menunjukan kearah arloji yang ia kenakan. Auristela sedikit mengernyit lalu membalikan tubuh melihat kearah jam yang menempel pada dinding kamarnya.
Auristela langsung membelalakan matanya lalu berbalik, menunjukan wajah sayu lalu tersenyum kecil, "Haha.. udah jam 11 ternyata," ujarnya dengan sedikit menggaruk leher yang tidak gatal.
Setelah beberapa lama Auristela keluar dari rumahnya dengan berpenampipan rapi. Perempuan itu mengenakan kaos berlengan pendek berwarna hitam dengan jeans oversize.
Charles yang melihat itu hanya menatap Auriatela sedikit menilai. "Cewek kok bangun siang, malu dong sama gue." Ujarnya.
"Dih sok banget, mau kemana memang?"
"Seharian ini bareng gue yaa, kita habisin hari bareng,"
"Kesambet lo? Tumben banget."
"Dih si anjir, mau kaga lo. Inget gak ini tanggal berapa?"
"18 Juli, kenapa emang?" Setelah menanyakan itu kedua mata Auristela terbuka lebar lalu mematap Charles dengan mulut menganga.
"Ngape lu? Kesurupan arwah aer lu?"
"Ih gue lupaaa, yuklah tunggu apalagi." Ujar Auristela lalu dengan bersemangat berjalan kearah motor Charles lalu mengenakan helm.
Auristela membalikan tubuh, "Ayok Chal, nunggu apa lagi."
Charles menggelengkan kepala melihat itu, "Kenapa bisa gue temenan sama ni orang." Gumam Charles.
"Ayoo Chal," desak Auristela.
"Iye iyee bawel."
****
Mereka sudah berada disebuah tempat makan pinggir jalan yang menyediakan makanam seperti bakso juga mie ayam. Klasik, anak muda memang menyukai makanan jenis ini.
Telah tertata dihadapan mereka dua mangkuk bakso besar, yang disebut-sebut dengan nama 'Bakso Beranak'. Auristela langsung mencicipi kuah bakso itu lalu tersenyum mendapati rasa segar itu. Gadis itu langsung saja membelah bakso itu hingga seluruh isi didalamnya terlihat.
Dengan segera ia mencicipi bakso berukuran kecil lalu mengunyahnya dengan bersemangat. Auristela mendekatkan sambal yang ada didisana lalu menyendokannya. Pada saat menyendokan yang ketiga kalinya tangan Auristela tertahan oleh Charles.
Charles menggeleng, "Jangan pedes-pedes kasian perut, belum ngisi apa-apa kan?" Ujar Charles dan langsung mendapatkan cengiran dari Auristela.
"Hehe.. sorry," setelah mengatakan itu Auristela langsung melahap bakso itu. Begitu juga dengan Charles.
"Gue masih gak ngerti, kenapa lo kasih kesempatan lagi ke Randu."
Auristela yang sedang mengunyah pun terhenti lalu ia terus menatap Charles. "Gue bukannya ngasih kesempatan buat dia, tapi, gue mencoba buat kembali percaya sama cinta yang dia punya."
KAMU SEDANG MEMBACA
AURISTELA (SELESAI)
Teen Fiction[REVISI] Mungkin tersenyum adalah hal tersulit yang tidak dapat dilakukan oleh seorang Auristela Chalondra. Tapi bagaimana jika takdir dengan senangnya mempermainkan perasaan Auristela. Membuatnya dapat tersenyum juga terluka secara bersamaan. Aur...