31. Good Night Auristela

647 39 6
                                    

****
Percaya tidak percaya, aku mulai merasakan dan mengetahui apa sebenarnya arti dari semua perasaan asing ini.
****

Di sebuah stadium yang berukuran sedang, duduklah keempat lelaki di tempat duduk yang di sediakan. Hari ini, merupakan hari dimana seorang Farhan Septalizen memperlihatkan kepiawayan lelaki itu dalam hal bela diri yang di tekuninya. Judo.

Terlihat banyak sekali orang menggunakan seragam berwarna putih, dengan sabuk berbeda warna yang terikat pada pinggang masing-masing.

Stefen telah bersorak melihat beberapa orang yang tengah berlatih untuk menampilkan apa yang dapat mereka lakukan. Bahkan Ikram tengah terfokus dengan sekelompok perempuan yang tengah melakukan pemanasan.

Memang benar apa kata orang, perempuan yang dapat melakukan seni bela diri terlihat berbeda. Aura mereka sangat berbeda. Bahkan lihatlah kecantikan yang terpancar dari orang-orang itu. Mereka bahkan masih dapat tersenyum walau akan melakukan sesuatu yang berat.

Farhan datang, mendatangi ke empat temannya yang telah terduduk pada posisi masing-masing. Farhan mengambil duduk tepat di sebelah Ikram yang masih terfokus pada sekelompok perempuan yang terlihat telah menyelesaikan pemanasan mereka.

"Woi, lo dateng kesini mau liat gue apa cewek!" ujar Farhan yang telah mengikuti arah pandang Ikram. Ikram gelabakan dan hanya dapat menciptakan cengiran pada wajahnya.

"Ya mau gimana lagi, aura mereka kuat banget Han, gak kuat gue." ujar Ikram dan melanjutkan kegiatan mengitari seisi stadium.

"Aura pala lo! Orang bego kaya lo ngerti apa tentang aura!" judes Stefen dengan sedikit mengejek.

"Eh! Sadar diri dong lo, kalo gue bego lo apa?" balas Ikram dengan nada kesal.

"Susah liat orang bego, udah bego pada gak waras pula," ujar Tebe menambahkan.

Stefen juga Ikram sudah berdiri dengan menggulung lengan mereka juga memiringkan kepala. "Apa kata lo tadi? Gak sadar lo salah satu dari kita," kata Stefen dengan bergerak sok kerennya.

"Gak ya, gue beda dari lo berdua," sangkal Tebe.

"Mau gue sadarin lo? Jangan-jangan pala lo kebentur terus lupa ingatan lagi," kata Ikram dengan mengecek kepala Tebe.

"Apa sih lo, awasin tangan lo, berantakan rambut gue tolol," ujar Tebe kesal.

Randu yang sedari tadi diam memicingkan matanya. Menajamkan pengelihatannya. Apa ia tak salah liat, sedang apa dia disini, ujar Randu dalam hati.

Setelah memastikan apa yang dilihatnya ia menatap ke empat temannya yang tengah cengengesan.

"Itu cewek..." ujar Randu dengan menunjukan salah seorang perempuan yang tengah duduk bersama sekelompok orang lain.

Stefen, Ikram, Farhan juga Tebe mengikuti arah telunjuk Randu dan menyipitkan mata mereka dengan serempak. "Yang mana Ndu, banyak cewek disana." kata Stefen masih dengan pandangan yang tak lepas dari sekelompok orang yang ditunjuk oleh Randu.

"Yang duduk di ujung itu, dia Auristela bukan?" kata Randu. Masih dengan menfokuskan pengelihatan masing-masing akhirnya mereka mendapat jawaban.

"Eh iya, itu Auristela kan?" tanya Ikram meyakinkan yang lainnya.

"Iya, dia atlet juga, gila gue gak nyangka," kata Stefen dengan masih menfokuskan pandangannya.

"Mau gue samperin?" tawar Farhan dan melihat ke empat temannya yang lain. Menimbang keputusannya.

"Gak usah, ntar aja pas udah selesai," cegah Randu tanpa melepas netranya pada Auristela.

Farhan telah turun dan bergabung dengan tim Judonya. Tak lama turnamen di mulai. Hingga nama Farhan di ucapkan, Stefen juga Ikram langsung bersorak bagai orang tidak waras. Randu menggelengkan kepala melihat itu.

AURISTELA (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang