42. Logika

612 42 11
                                    

****
Terlalu terburu dalam mengenal rasa itu bagai terjelembam dalam jurang. Sulit untuk keluar juga bingung untuk memutuskan.
****

Lapangan futsal telah dipenuhi oleh para siswa-siswi SMA Indika. Pertandingn futsal dalam rangka classmet telah mencapai puncak. Ya, final. Lihatlah seberaa semangatnya beberapa siswi yang meneriaki nama ketua geng di SMA Indika. Bukan hanya dari keas 11 IPA 5 tapi banyak siswi yang tidak diketahui darimana itu ikut saja menyoraki dan menyemangati.

Randu, Farhan, Stefen, Tebe juga Ikram terlihat telah bermandi keringat. Terlihat dari dahi juga jarsey yang sedikit basah. Sampai tanpa terduga Tebe mencetak angka pertanda gol kemenangan. Tim kelas 11 IPA 5 unggul dan dinyatakan sebagai pemenang pertandingan futsal antar kelas.

Riuh sorakan juga teriakan terdengar lebih menggelegar akibat mata elang milik Randu mengitari sekitar lapangan. Sampai matanya melakukan kontak mata dengan Karen. Namun bukan perempuan itu fokusnya kali ini.

Tepat dibelakang perempuan itu, seseorang yang lama tidak ia lihat batang hidungnya ada disana. Yang ganjal dari semua itu, orang itu menatap sosok yang terus saja ada dalam pikirannya. Auristela.

Dengan langkah lebar, Randu mengayunkan tungkai kakinya. Karen yang menjabat sebagai kekasih ketua geng Incursio itu tentu saja tersenyum lebar juga melambaikan tangan. Ekpektasi yang diluar nalar itu terjadi, dimana Randu malah melewati perempuan itu dan terus berjalan kearah belakang perempuan itu.

Tentu saja, senyum Karen pudar dan ikut membalikan tubuhnya.

Begitu sampai pada targetnya, Randu langsung saja menarik kerah lelaki yang tak lain adalah Josep. Ia tidak tahu apa maksud laki-laki itu, namun, Randu sama sekali tidak menyukai seseorang menatap sebegitu dalamnya pada perempuan yang sepenuhnya telah melekat pada pikiran juga hatinya.

Seluruh pasang mata melihat itu dengan tegang dan mata yang membulat. Josep tersenyum dengan menatap kedua mata tajam milik Randu.

"Gue tau lo marah karena apa, tapi, bisakan gak terlalu di tunjukin gini. Dia juga gak perduli lagi sama cowok modelan kaya lo." perkataan Josep tentu saja berdampak besar pada Randu.

"Bacot! Gue liat lagi lo natap dia. Bisa aja besoknya lo buta!"

"Hoii, selo dong bro, oh iya, gue punya sesuatu yang menarik nih. Kali aja lo pengen liat." tatapan Josep kali ini melayang kearah cewek yang menatapnya dengan tatapan terganggu. Karen maju, berdiri diantara dua orang lelaki dengan ekspresi yang berbeda.

"Ndu, udah biarin aja. Gak usah didengerin orang kaya dia." ujar Karen dengan menatap Josep yang menampakan senyum miringnya.

"Sekali lagi gue liat lo natap Auristela, mati lo sama gue!" Randu menghempaskan tubuh Josep hingga tersungkur pada lantai. Tanpa ia sadari, perkataannya telah menkadi boomerang baginya.

Tatapan penuh tanya begitu terlihat dari setiap pasang mata yang ada disekitarnya. Begitu juga, Karen, perempuan yang telah lama resmi menjadi kekasihnya.

"Jadi, kamu marah sama Josep karena Tela, Ndu?"

Tatapan Randu langsung saja mencari keberadaan perempuan yang telah hilang entah dimana.

"Ndu, aku tanya, jadi.." Randu lebih dulu menatap Karen dengan sedikit memajukan wajahnya. Hingga tanpa diminta mulut perempuan itu terkatup.

"Kita ngomong nanti ya." setelah mengatakan itu, Randu berlari. Dengan mengharapkan akan menemukan Auristela diantara kerumunan orang.

Sampai kedua netranya mendapati, Farhan tengah mengelus lembut rambut Auristela.

****

"Kalo semisal ada masalah bisa aja lo cerita sama gue." suara berat yang terdengar lelah itu memasuki netra pendengan Randu.

AURISTELA (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang