63. First Photos

705 47 10
                                    

****
Aku tahu segala yang terjadi pada hiduo ini merupakan skenario terbaik yang telah dibuat oleh-Nya dan pada akhirnya akan ada hal yang tidak akan pernah aku ketahui atau rasakan sebelumnya.
****

Dalam satu kendaraan, tiga orang yang tidak lain adalah Jordi, Auristela juga Karen. Dengan Auristela duduk pada kursi belakang. Atmosfer suasana didalam mobil itu terasa begitu tenang, tidak ada satupun dari mereka yang berbicara. Auristela memilih memalingkan kepala kearah jendela, memandang jalan raya nampak lebih menarik.

Sampailah mereka dirumah kediaman Jordi, Auristela tidak tahu mengapa ia bisa menerima ajakan pria paruh baya yang berada pada dua langkah didepannya. Namun, saat melihat wajah yang terlihat tulus dengan senyum juga kata manis yang diucapkan oleh Jordi berhasil membuatnya terhenyak dan pada akhirnya mengangguk tanpa sadar.

"Tela, kenapa melamun, ayo masuk." Tanpq sadar ternyata Auristela telah jauh tertinggal. Auristela sedikit berlari kecil hingga sampai pada pintu.

Sedikit mendongakan kepalanya, kedua mata anak dan Ayah itu bertemu namun dengan rasa yang berbeda. Ada senyum yang sangat Auristela rindungan, beserta tatapan teduh yang sangat jarang gadis itu dapatkan.

"Sudah lama banget yaa kamu gak pulang, taruh aja tasnya dikamar kamu. Kamu masih ingetkan?" Jordi tersenyum dan mengelus lembut rambut putrinya untuk yang pertama kalinya. Rasa menyengat disekujur tubuh Auristela tidak dapat ia hindari, terkejut dengan sentuhan lembut itu.

"Udah sana, setelah itu turun. Kita makan siang bareng." Jordi berjalan terlebih dulu meninggalkan Auristela yang merasa hangat dengan perlakuan sang Ayah yang amat sangat ia rasakan.

Dengan langkah kecil dan perlahan Auristela berjalan menaiki tangga, menuju lantai dua dimana kamarnya dulu berada. Auristela berdiri tepat didepan pintu berwarna biru langit tepat disebelah pintu perwarna merah muda. Ya, kamar Karen.

Tangannya tergerak membuka pintu, tentu saja keadaan kamarnya pasti sudah berubah. Tidak mungkin kan, barangnya masih bertahan disini. Jika dingat lagi, pada malam dimana Jordi datang ke apartemennya saat itu. Membawa semua barang yang ia tinggalkan. 

Namun, setelah membuka pintu Auristela terdiam beberapa detik. Bagaimana mungkin. Keadaan kamarnya sungguh diluar ekspektasinya. Tapi tunggu, seingat Auristela setelah kejadian malam itu semua barang yang diberikan padanya sudah ia buang pada pagi harinya, hanya foto Mama dan dirinya yang ia simpan. Tapi bagaimana bisa barang-barang itu ada dikamarnya.

Langkah demi langkah Auristela memasuki kamarnya yang bernuansa biru. Pada langit-langit atap terdapat gambar tata surya. Beberapa miniatur planet yang ia pajang dikamarnya pun masih sama. Tidak ada yang berubah sesikitpun dari kamarnya. Tropi yang sudah ia buang tertata dengan rapi didalam lemari.

Satu hal yang memikat perhatian Auristela, figura yang sangat asing bagi matanya. Ia berjalan mendekati figura yang berada pada meja belajar. Disana terdapat Mamanya yang tenagh duduk dengan perut besar juga Jordi yang berdiri tepat disamping Mamanya. Kedua tangan Jordi dan Delasia terlihat saling menggengam, senyum bahagia terukir dengan jelas. Terdapat note pada figura itu, 'First Photos We Had Together'.

"Tela yuk turun, kita makan." Suara itu masuk pada telinga Auristela. Namun, gadis itu tidak berbalik. Jordi yang merasa ganjil dengan perlakuan Auristela berjalan masuk mendatangi Putrinya.

Betapa terkejutnya Jordi saar melihat gadis kecilnya itu tengah menangis. Dengan sedikut ragu Jordi mendekatkan diri dan memeluk Auristela.

"Kenapa, hm?" Jordi merasakan Auristela membelas pelukannya dengan begitu erat. "Telaa.." panggil Jordi menunggu Auristela mengatakan apa yang terjadi.

AURISTELA (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang