37. Jika Bisa

631 46 5
                                    

****
Ketika ego telah terikat pada dirimu maka yang kamu lakukan adalah terus memutuskan hal yang salah. Maka hilangkan lah ego dan ikut sertakan perasaan, itu lebih baik.
****

Dengan langkah tegas Jordi memasuki rumahnya. Kepalanya terasa berat juga pening. Jordi mendudukan dirinya pada sofa dan menyenderkan kepala serta sedikit memijit dahinya yang terasa begitu memusingkan dirinya.

Sarah mendekatinya dan duduk disebelah Jordi. Sarah menatap sang Suami dengan tatapan penuh makna, "Hari ini pasti berat banget ya, biar aku yang pijetin," ujar Sarah namun Jordi sudah terlebih dahulu berdiri dan meninggalkan Sarah dengan perasaan berkecamuk. Perkataan Auristela begitu mengusiknya.

Setelah kematian Delasia ia sama sekali tidak pernah datang kemakam mantan istrinya itu. Ah, bukan mantan tapi almarhumah istrinya. Jordi masuk kedalam ruang kerjanya tidak lupa mengunci rungan itu.

Karen mendatangi sang Mama, "Mah, Mama yang tenang ya. Papa pasti cuma lagi kepikiran aja," ujar Karen mencoba menenangkan sang Mama.

Namun berbeda dengan hatinya yang terus saja memaki dan mengumpati Auristela. Karena Auristela lah sang Papa berubah sejak tadi, Mamanya menjadi korban dengan pengabaian sang Papa.

Rasa benci Karen pada Auristela bertambah dengan itu. Begitu juga dengan keirian Karen ada Auristela yang mendapati begitu berlimpahnya kasih sayang dari sang Kakek. Namun tidak dengan dirinya.

Sejak dahulu, Karen bahkan tidak pernah dianggap ada oleh Perwira. Sudah banyak muka yang Karen tunjukan kepada Perwira untuk mendapat empati dari lelaki tua itu. Tapi tetap saja tidak membuahkan hasil sama sekali.

Karen juga merasa terhina ketika perwira berkata bahwa dirinya adalah anak yang tidak diketahui siapa ayahnya sebenarnya. Dengan kata memungut, Karen bahkan tidak percaya dan tidak akan pernah mempercayai perkataan itu.

Liat aja, gue pasti kasih pelajaran yang tepat buat lo, batin Karen.

Jordi berjalan kearah sebuah lemari dan menggeserkan lemari itu hingga memperlihatkan sebuah ruangan tersembunyi. Jordi memasuki ruangan itu dan menekan saklar lampu hingga ruangan itu memiliki cahaya yang cukup.

Didalam ruangan itu tertata dengan rapi figura dirinya juga almarhumah Delasia. Saat mereka tersenyum dengan sangat bahagia di hari pernikahan. Juga saat pertama kali Delasia memberitahukan kehamilannya. Terlihat dengan jelas senyum Delasia yang sangat tulus dan bahagia. Sampai hari itu datang, dimana seorang itu datang tanpa di undang. Dan perasaan lama itu kembali tumbuh.

Jordi mengulurkan tangan dan menggapai salah satu figura dimana almarhumah Delasia tengah memegang perutnya yang mulai membesar dengan senyuman yang begitu indah.

"Apa saya sudah terlalu jauh melangkah Dela? Saya begitu buta selama ini sampai akhirnya Tela menyadarkanku," ujar Jordi dengan terus menatap wajah yang sama sekli tidak menampakan luka itu. Walau mungkin, didalam hati terdalam perempuan itu terdapat begitu banyak luka yang ia coba tutupi dengan amat hebatnya.

"Tela sama seperti kamu Dela, dia begitu kuat dengan terus mencoba mengubur luka yang begitu dalam." tangan Jordi meraih figura didekatnya. Dimana seorang anak perempuan berusia empat tahun tengah memakan ice cream.

"Apa jika saya meminta maaf, Tela akan memaafkan saya Dela?" tanpa terasa air mata itu jatuh.

"Apa mungkin semua kesalahan saya bisa ia maafkan dengan mudah, terlihat dengan sangat jelas tatapan yang memancarkan sorot benci itu melekat pada matanya hari ini,"

"Saya ragu bisa mendapatkan maaf darimu juga darinya, apa yang harus saya lakukan Dela, tolong jawab," ingatan dimana saat dirinya dikejutkan oleh sang istri dengan sebuah alat tes kehamilan.

AURISTELA (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang