****
Jangan menjadikan dirimu sebagai baja jika hati saja begitu rapuh bagai kaca. Hentikan dan lepaskan segalanya jika itu sudah terlalu berat, Kamu butuh sejenak untuk rehat.
****"Hari ini, abisin waktu sama gue ya, gue pengen ada dideket lo sekarang."
Auristela sedikit menarik ujung bibir bagian kanan. Membentuk senyum miring disertai miris ketika mendengar perkataan Randu. Ia sudah membentuk perisai untuk menghundari laki-laki itu. Namun sekarang, lihatlah seberapa gampang kalimat itu terlontar.
Bagaimana bisa lelaki itu bagai melupakan hari-hari dimana ia bersikap dingin pada Auristela. Dimana ia membentak Auristela dihari itu hanya karena masalah ia bertemu dengan Charles.
Seketika Auristela teringat, janjinya untuk bertemu dengan Charles belum juga terealisasikan sampai sekarang. Charles hanya sesekali memgiriminya pesan namun Auristela tidak berniat untuk menjawabnya.
"Sorry, gue gak bisa bareng sama lo sekarang atau kapanpun itu." tolak Auristela. Ia kembali berjalan meninggalkan Randu. Lagi-lagi Randu menghalangi jalannya, Auristela memutar bola matanya malas.
"Kali ini aja, disamping gue ya."
"Apaan sih lo, gak usah sok perduli sama gue." tapi tunggu dulu, bagaima bisa laki-laki itu ada disana. Atau jangan-jangan.
"Gue tau lo lagi butuh temen cerita sekarang Auristela, biarin gue sama lo ya." baru saja mulut Randu terbuka untuk bicara kembali namun Auristela telah menahannya dengan mengangkat sebelah tangan perempuan itu. Mengintrupsi.
"Lo.. Gimana bisa lo sampe disini, dan jangan bilang lo denger semuanya." jikapun benar Auristela akan sangat merutuki dirinya sekarang.
"Gue, orang yang lu tambrak di depan cafe. Ehm, sorry gue denger semuanya."
Cukup sudah, Auristela menarik nafas dan membuangnya dengan kasar. Dengan langkah cepat Auristela melangkahkan kakinya. Semakin terdengar jelas panggilan namanya yang bersumber dari Randu semakin cepat ia melangkah. Bahkan mulai berlari, ia sama sekali tidak ingin bertatap muka dengan lelaki itu sekarang ataupun nanti.
Auristela memasuki mobil miliknya lalu bergegas mengunci pintu. Randu terlihat mengetuk kaca mobil dan meminta Auristela untuk turun dan bicara padanya. Setelah mengenakan seatbelt Auristela menyalakan mesin lalu melajukan mobil tidak memperdulikan Randu yang terus meneriaki namanya.
Randu berteriak dan menarik rambutnya frustasi, "Gue butuh lo Auristela, walau mungkin cuma buat saling berbagi cerita."
****
Disebuah mall yang terlihat ramai itu terlihat sosok tubuh tinggi dengan proporsi tubuh yang ideal tengah memperhatikan seseorang disana. Sosok yang dapat dipastikan laki-laki itu mengenakan celana hitam dengan hoodie abu-abu dan masker berwarna hitam. Dengan topi berwarna hitam, dengan sesikut pernih ditepian ujung topi.Tanganya yang memgang handphone yang tengah merekam itu terus ia arahkan pada targetnya. Dan sesekali lelaki itu mengambil foto seorang perempuan dengan laki-aki yang tengah bersama itu.
Ketika terlihat dua orang itu hendak meninggalkan toko dengan cepat sosok itu bergabung dengan rombongan orang. Menghanyutkan diri dalam keramaian tetapi dengan tatapan yang masih terfokus pada dua punggung itu. Lelaki itu menggenggam handphone dengan sangat erat.
"Jangan main-main sama gue. Bakal gue bikin lo ngerti tentang hidup dalam sekali gerak. " gumamnya lalu berlalu diantara keramaian.
****
"Han! Gue mau main kerumah lo dah hari ini." teriak Stefen dengan terus menyuapkan nasi pada mulutnya.
"Ngapain lo mau kerumah gue, gak terima tamu gue." ujar Farhan dengan tangan dan mata yang sibuk menatap layar pipih digenggamanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
AURISTELA (SELESAI)
Teen Fiction[REVISI] Mungkin tersenyum adalah hal tersulit yang tidak dapat dilakukan oleh seorang Auristela Chalondra. Tapi bagaimana jika takdir dengan senangnya mempermainkan perasaan Auristela. Membuatnya dapat tersenyum juga terluka secara bersamaan. Aur...