Btw Lu ga ngerti tentang psikologi. Dan Lu ga riset dulu nulis ini (karena males+gada banyak waktu. Keburu ide di kepala ilang)
Jadi.. Jangan anggap serius pembicaraan atau cara para tokoh mengatasi traumanya Dery atau anak anak lain ya..
Karena itu cuma hasil nalar Lu aja 😉
Toh dari awal FF ini emang ga masuk akal hahahahaha✨Jangan lupa vote dan comment✨
***
"Kkakkung…"
"Kyahahahahha…"
Samar samar Mark dapat mendengar suara seseorang dan Kun yang sedang tertawa. Mark mengernyitkan dahinya saat mencium aroma familiar dari luar kamarnya.
Perlahan Mark turun dari ranjangnya dengan hati hati agar Mina tidak bangun dan berjalan keluar kamarnya menuju sumber suara.
"Ini matanya Kun…"
"Kyahahaha"
"Ini hidungnya Kun…"
"Kyahahahaha"
"Ini mulutnya Kun…."
"Kyahahahahha"
Mark berdiri diam. Menatap pemandangan aneh di depannya. Minhyung yang sedang bermain bersama Kun di ruang tengah. Menunjuk satu persatu bagian wajah si bayi dalam pangkuannya. Membuat Kun tertawa.
Perlahan Mark berjalan dan mencari Ten di dapur. Papanya itu sedang memasak dengan Johnny yang berdiri tidak jauh dari Ten, sedang menggendong Hendery yang tertidur dalam pelukannya.
"Mark sudah bangun?" Ten menoleh pada Mark yang kini diam, bingung dengan keadaan rumahnya pagi ini.
Minhyung tampak terkejut karena tidak menyadari kehadiran Mark. Ia terlalu sibuk bermain dengan Kun."Daddy baru saja mau bangunkan Mark setelah mengantar Dery ke kamar. Dery berkali kali bangun malam tadi" Johnny terseyum menghampiri Mark yang masih diam.
Perlahan Mark menarik ujung piyama Johnny dan mengikuti Johnny ke kamar orang tuanya. Ujung matanya melirik Minhyung yang kini tersenyum ramah ke arah Mark."Kenapa?" Johnny berhenti berjalan.
"Mark hyung mau ikut Daddy antar Dery ke kamar?" Tanya Johnny.Mark mengangguk dan menyembunyikan wajahnya di paha Johnny lalu kembali mengikuti Johnny masuk ke kamar.
"Katanya mau minta diceritakan tentang Mama Eleven ? Kok waktu lihat Om Minhyung malah malu malu?" Tanya Johnny saat ia dan Mark sudah di kamar dan Hendery sudah kembali dibaringkan bersama Jaemin.
"Kenapa? malu? Mark malu bertemu Om Minhyung?" Tanya Johnny sambil berjongkok menyamakan tingginya dengan Mark.
"Itu.. Hmmm.. Malk panggil Om Minhyung apa? Appa juga sepelti Mina? Ayah? Atau apa?" Bisik Mark. Johnny tersenyum."Mana saja yang membuat Mark nyaman. Kalau Mark mau panggil Appa boleh.. Mau panggil Om Minhyung saja juga boleh. Asal jangan Minhyung. Tidak sopan" bisik Johnny sambil terkekeh pelan.
"Panggil Om Minhyung saja boleh? Tapi kan Om Minhyung appanya Malk.. Gapapa panggil Om aja?" bisik Mark. "Boleh kok… Mark mau panggil apa saja pasti Om Minhyung tidak masalah. Kalau Mark belum nyaman memanggil ayahnya Mark dengan sebutan Appa… panggil Om Minhyung saja tidak apa apa..." Johnny. Mark mengangguk dan lalu tiba tiba memeluk Johnny.
Johnny tersenyum dan memeluk balik Mark.
"Malk sayang Daddy…" bisik Mark. Johnny tertawa.
"Daddy juga sayaaaaaaaaaaaaaaaang sekali dengan Mark"
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] Life of Immortals Pt.1 [JohnTen]
FanfictionDalam kurun waktu kurang dari dua tahun, hidup Johnny berubah total. Johnny Seo, vampir berdarah murni yang selalu mengasingkan diri dari kaumnya, dan memilih berbaur dengan manusia kini menjadi ayah dari 3 anak vampir. 1 darah campuran dan 2 darah...