✨Jangan lupa vote dan comment✨
***
"Dery harus ingat ya... Anak anak lain juga bisa merasakan sakit... Hendery kalau dicubit juga sakit kan meski hanya sebentar?" Ten mengancingkan piyama Hendery sambil terus mengajak Hendery mengobrol.
Hendery dimandikan lebih awal karena ia hujan hujanan. Mark juga sudah mandi lebih awal dan sedang makan siang yang terlambat sendirian sembari menonton tv di ruang keluarga.
"Mulai sekarang Dery lebih hati hati ya? Kalau kesal dan ingin mendorong atau memukul temannya, ingat kembali kalau teman Dery juga bisa merasakan sakit, sedih, atau marah seperti Hendery. Oke?" Ten tersenyum dan memegang kedua bahu Hendery.
Hendery mengangguk pelan, matanya masih agak sembab karena ia terus terusan menangis tadi.
"Papaa???" Ten dan Hendery tersentak saat mendengar suara Jaemin dari luar kamar. Ten dan Hendery sedang di kamar bayi sementara Jaemin dan Kun tidur di kamar utama.
"Papa sama Dery di kamar." Terdengar suara Mark yang memberitahu Jaemin. Tak lama kemudian terdengar suara kaki yang berlari ke arah kamar bayi.
"Deyyi!!!" Jaemin memekik senang saat ia mendorong pintu kamarnya dan mendapati Hendery baru saja selesai mengenakan piyama. Jaemin tersenyum lebar dengan rambut berantakan dan tangan kanan menyeret boneka kelincinya.
"Deyyi nnpa?" Jaemin mengernyitkan dahinya heran begitu menyadari wajah Hendery tampak tidak bersemangat melihatnya, mata Hendery juga sembab.
"Deyyi uyyotto??" [Dery ureosseo? / 울었어? = Dery nangis?] Jaemin membelalakkan matanya panik dan langsung melepas bonekanya untuk membelai kedua pipi Hendery dengan sayang.
"Nyanaaa... Oyyi..." Hendery langsung memeluk Jaemin yang kini kebingungan.
"Oh.. Iyah.. Apapa..." Jaemin langsung memeluk Hendery sembari menepuk nepuk punggung saudara kembarnya perlahan. Jaemin menatap Ten dengan bingung.Ten mengangkat bahunya, tidak mau memberitahu pada Jaemin kalau Hendery baru saja mendorong Jeno dari atas playhouse hingga patah tulang.
***
"Mmammaammm..." Kun dengan senang menggenggam sendok ditangan kanannya dan mengetuk-ngetukkan sendoknya ke meja. Menunggu Ten yang kini sedang mengaduk aduk makanan Kun yang masih agak panas. Kali ini Ten mengukus labu dan menghaluskannya untuk Kun sebagai makan malam.
"Aaaaaaaa..." Jaemin menyendok darah dengan sendok dan menyuapkannya pada Hendery yang duduk manis di kursi tingginya, menggunakan bib milik Kun.
Johnny mengernyitkan dahi melihat kedua anak kembarnya. Sejak pulang kantor tadi, Johnny dikejutkan dengan si kembar yang saling menempel satu dengan lainnya, padahal akhir akhir ini mereka sering sekali bertengkar.
Jaemin bahkan minta menyuapkan darah pada Hendery seperti saat ia menyuapkan makanan pada Junhong, padahal biasanya mereka minum darah dari dot.
"Mark udah..." Mark mendorong piringnya dan langsung meraih gelas berisi darah miliknya. Johnny dan Ten menghela nafas melihat lagi lagi Mark tidak menghabiskan makanannya. Akhir akhir ini Mark susah sekali jika disuruh makan. Kalau kata Ten memang Mark sedang masa masanya sulit makan.
"Tidak mau dihabiskan boy?" Tanya Johnny. Mark menggelengkan kepalanya dan terus menegak darah dari gelas. "Kenyang." Jawab Mark singkat.
"Yaudah.. Darahnya dihabiskan tapi ya?" Ten. Mark mengangguk dan kembali minum darahnya.
"Papa... Nunwaa puwwang apan?" [Papa.. Noona pulang kapan?] Tanya Hendery tiba tiba. Sejak tadi ia tidak melihat Mina di rumah. Ten dan Johnny mengangkat alisnya mendengar pertanyaan Hendery.
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] Life of Immortals Pt.1 [JohnTen]
Fiksi PenggemarDalam kurun waktu kurang dari dua tahun, hidup Johnny berubah total. Johnny Seo, vampir berdarah murni yang selalu mengasingkan diri dari kaumnya, dan memilih berbaur dengan manusia kini menjadi ayah dari 3 anak vampir. 1 darah campuran dan 2 darah...