Depart (7)

3.8K 407 127
                                    


Lu baik banget ga siiiiiiiiih?

Eh ga juga sih... Kalo lagi banyak stok chapter aja. Kalo ga ya seminggu ga update hahahahahaha

✨Vote dan commentnya ya✨

Hari ini Lu mau menahan diri ga update lagi. Janji . ini terakhir

***

"Bawa anak anak.. Kita ke Thailand malam ini" Bisik Ten kemudian menangkupkan tangannya menutupi wajah dan menangis

"Apa yang terjadi babe?" Johnny menarik Ten kedalam pelukannya.
"Istri Yan meninggal… dan Yan…. Hiks… hiks…" Ten terus terusan menangis.

"…ia bunuh diri dengan membawa bayinya… hiks" Ten menenggelamkan wajahnya pada dada Johnny.
Bahu Johnny langsung lemas mendengarnya. Baru tadi siang mereka mendengar kabar bahagia bahwa bayi keluarga Qian akan lahir.

"Bayinya?" Tanya Johnny.
Ten menggelang.
"Aku tidak tahu. Tay baru akan menuju rumah sakit. Tapi mobil Yan meledak dan Yan dipastikan meninggal terjebak di dalam mobil.. hiksss…hikssss… aku tidak tahu bayi mereka selamat atau tidak" Ten menangis semakin keras.

"Oke. Kita ke Thailand. Dengan anak anak. Aku akan ke rumah Winwin meminjam Jet Winwin. Kau siapkan keperluan anak anak. Lalu aku akan bilang Hansol untuk siapkan berkas berkas identitas mereka" Johnny berusaha tetap tenang.

"Kita harus tenang Ten.. Anak anak akan bingung jika kita panik" Johnny menghapus air mata Ten.
Ten mengangguk dan berhenti menangis. Menarik nafas dalam dalam dan menghembuskannya perlahan. Ia tidak boleh terlihat panik di depan anak anak.

"Untuk berjaga jaga aku dan Mark akan menggunakan nama Leechaiyapornkul, si kembar menggunakan namamu" Ten.

Johnny mengangguk mengerti.
"Akan aku siapkan identitas dan berkas mereka segera" Johnny mengambil ponselnya dan menelephone seseorang sambil berjalan keluar rumah menuju rumah Winwin untuk meminjam Jet pribadi Winwin.

Ten juga menelephone seseorang sambil berjalan ke arah lemari mereka memilih pakaian yang akan mereka bawa. Ten terus berbicara dengan orang orang dari telephonenya sambil membereskan barang barang yang akan ia bawa dan berjalan ke kamar Mark.

***

"Ten?" Winwin datang dan langsung masuk ke kamar Mark dimana Ten sedang memasukkan baju baju Mark kedalam koper.

"Winwin turut berduka cita" bisik Winwin.
"Terimakasih Win" Ten tersenyum pahit.

"Jet Winwin sedang disiapkan. Ten bisa pakai selama yang Ten butuhkan. Sepupu Winwin bisa pindah kalau Ten sudah kembali ke Korea" Winwin.

"Terimakasih banyak Win… hiks" Winwin memeluk Ten dan mengusap punggung Ten.

"Papa??" Mark terbangun mendengar suara Ten yang menangis.
"Aaah.. Mark terbangun ya.. Maafkan Papa" Ten menghampiri Mark setelah buru buru menghapus air matanya dan tersenyum.

"Papa kenapa?" Tanya Mark sambil mengusap pelan pipi Ten.
"Mark.. Kita sekarang pulang ke Thailand dulu ya. Kerumah Papa sama Mama di Thailand" Ten berusaha terdengar tenang.

"Kenapa? Malk becok cekolah Pa" Mark bingung.
"Mark izin dulu sekolahnya ya.. Lung dan Pa Qian meninggal. Mark ingat Lung Yan kan? Keluarga manusia Mark, Mama Eleven dan Yai?" [Lung = paman , Pa = Tante, Yai = nenek]

Mark mengangguk. Ia pernah melakukan video call dengan Lung Yan beberapa kali.
"Kita mau ke Thailand malam ini ya, memberi penghormatan terakhir pada keluarga Qian" Ten. Mark mengangguk lagi.

[END] Life of Immortals Pt.1 [JohnTen] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang