Malem ini Lu pengennya sih mau double up.
Chapter ini soalnya cuma obrolan Ten dan manusianya.
Chapter depan ada bocil2 dikit
Tapi Lu ngantuk bgt. Kasih tau Lu ya kalo ada typo atau kalimat bikin bingung.✨Jangan Lupa Vote dan Comment✨
***
Kalimat miring = percakapan dalam bahasa Thailand
"Hmm.. Aku sebenarnya masih belum berani. Aku sudah lama tidak bicara dengannya" Ten menggigit bibirnya pelan sembari berbicara dengan Tay di telephone.
"Ten... Coba lah. Tidak apa apa. Sekalian kau harus mengakrabkan diri lagi dengan Gulf" Tay terdengar cukup khawatir.
"Jangan bilang kau masih merasa bersalah karena hal itu?" Tay
"Kan sudah berkali kali aku bilang padamu, Gulf juga sudah pernah bilang kalau kami bisa memahami keputusanmu dulu. Pria itu sudah kelewatan, aku dan Gulf tidak menyalahkanmu atas keputusan itu. Ya.. Meski Gulf sempat sangat syok.. Tapi kami benar benar mengerti keputusanmu" Tay terus membujuk Ten.
Tay sudah berkali kali membujuk Gulf untuk kembali bekerja pada Ten dan memberitahukan identitas Ten pada Mew. Namun Gulf selalu bilang bahwa ia masih belum siap memberitahu pasangannya itu. Ia masih takut kejadian di masa lalu kembali terulang.
"Ten? Kau sibuk?" Johnny masuk kedalam ruang kerja Ten dan mendapati matenya sedang berdiri memunggungi pintu dan melakukan panggilan telephone.
"Baiklah.. Aku akan coba telephone Gulf" alih alih menjawab Johnny, Ten berbicara kembali pada Tay.
"Telephone sekarang. Semakin kau tunda akan semakin lama masalah ini selesai" Tay. Ten mengangguk lalu kemudian menjawab pelan begitu ia tersadar kalau Tay tidak dapat melihatnya "baik. Akan aku telephone dia langsung""Tay lagi?" Tanya Johnny sembari memeluk Ten dari belakang saat matenya itu selesai dengan panggilan telephonenya. Ten perlahan membalikkan badannya dan menatap Johnny. "Aku harus menghubungi Gulf" bisik Ten.
"Kalau begitu hubungi saja" Johnny tersenyum lembut pada Ten.
"Kenapa?" Tanya Johnny saat melihat Ten yang tampaknya gelisah sekarang.
"Aku hanya... Aku agak takut" bisik Ten.
"Takut?" Johnny mengernyitkan dahinya bingung.
"Tay bilang, Gulf mempertimbangkan untuk membantuku sementara, padahal aku ingin membuat perjanjian dengannya. Bukan hanya minta bantuannya sementara. Tapi dia sepertinya masih tidak mau membuat perjanjian denganku..." Bisik Ten pelan. Johnny semakin bingung dengan jawaban Ten."Dia sana sekali tidak mau? Apa pernah terjadi sesuatu?" Johnny mengelus pelan bahu Ten. Gulf bukan manusia vampir dari generasi pertama, keluarganya sudah melayani keluarga Ten sejak ratusan tahun lalu, dan sebenarnya Johnny juga ingin menanyakan hal ini pada Ten sejak lama.
Jarang ada manusia yang sudah terbiasa dengan vampir menolak perjanjian, kecuali jika terjadi masalah diantara keluarga manusia dan vampir yang mereka layani.
"Ten? Mau cerita ada apa?" Tanya Johnny lagi saat Ten tiba tiba diam. "Aku tak yakin Gulf mau... Aku dan Eleven pernah membuat suatu keputusan yang.. Yah... Keputusan yang sebenarnya selalu kita hindari sebagai vampir" bisik Ten.
Johnny melepas pelukannya dari Ten dan mundur dua langkah. Ia mengerti apa yang dibicarakan Ten.
"Kau dan Eleven..." Johnny membelalakkan matanya terkejut.
".... Membunuh manusia?" Bisik Johnny. Ten menarik nafasnya dan mengangguk pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] Life of Immortals Pt.1 [JohnTen]
Fiksi PenggemarDalam kurun waktu kurang dari dua tahun, hidup Johnny berubah total. Johnny Seo, vampir berdarah murni yang selalu mengasingkan diri dari kaumnya, dan memilih berbaur dengan manusia kini menjadi ayah dari 3 anak vampir. 1 darah campuran dan 2 darah...