Rara nggak cinta Bagas, Rara cuma kagum.
Kagum dengan tanggung jawabnya,
Tapi gak tau nanti..
.
.Rara menselonjorkan kakinya ke depan, dengan pandangan lurus menatap langit hitam yang sedikit dihiasi bintang. Di dalam kepalanya sekarang berkumpul ingatan lalu yang masih membekas dalam dirinya.
Cinta pertama anak perempuan adalah Ayah kandungnya sendiri. Itu menurut sebagian orang, jika mereka bisa merasakan rasanya di sayang tanpa harus disuruh membalas.
Terlalu di tuntut ini itu sejak kecil membuat Rara sedikit terbebani. Hidup sebagai anak berkecukupan tak membuat ia selalu senang. Ada tanggung jawab yang dipikulnya. Termasuk menuruti permintaan konyol Aldi--sang Papah, meninggalkan anak yang baru beberapa bulan dilahirkannya.
"Papa kasih pilihan" Aldi menatap anak perempuannya itu datar. Sorot matanya tajam membuat kesan mengerikan bagi orang yang melihatnya.
"Pilih cowok miskin itu.. Atau kembali ke Papa. Dan kehidupan kamu akan kembali seperti dulu"
Rara menggeleng, pipinya basah karena air mata yang tidak berhenti mengalir. Tangannya masih setia menggenggam tangan lembut cowok di sampingnya.
"Papa udah janji dulu, nggak akan mempermasalahkan ini! Papah udah janji!"
"Janji itu hanya ucapan tanpa syarat Papah dengan kakak kamu. Tidak berarti apa apa!" balas Aldi. "Sekarang Papah tanya sekali lagi, kamu pilih Papah atau cowok miskin itu"
"Rara mohon..". Rara bersimbuh di bawah kaki Aldi sang Papah. Tangannya memeluk kaki itu erat. "Rara nggak mau Reya kehilangan sosok ayahnya"
"Pikiran nasib kamu juga! Umur kamu masih terlalu muda untuk merawat anak. Lebih baik dia di titipkan di panti asuhan atau di orang kepercayaan Papah"
"Saya bisa om menjaga Rara dan anak saya" ucap Bagas
Aldi tertawa sinis. "Apa yang bisa dilakukan oleh anak kecil sepertimu hah?! Hidup pun masih serba kekurangan!"
Deg
Bagas terdiam, begitu pun Rara orang orang yang berada disana. Viona sang Mamah menarik tubuh putrinya hingga pelukan di kaki itu terlepas.
"CUKUP PAH! MAU SAMPAI KAPAN KAMU BERSIKAP SEPERTI INI PADA ANAK ANAK KAMU?! APA KEJADIAN KEIRA DULU TIDAK MEMBUAT KAMU SADAR? PIKIRIN PERASAAN MEREKA!" bentak Viona.
"Setelah Keano pergi, kenapa Papa kembali seperti dulu? Dimana janji Papa dengan Keano dan Keira?" ujarnya lagi.
Wanita itu menatap adiknya sendu. "Jangan sampai, Rara merasakan apa yang Keira rasakan dulu"
"Kamu mau membuat anak kamu putus sekolah dan hanya diam mengurus anak" balas Aldi .
"Lelaki kecil itu bahkan baru berumur 16 tahun. Bagaimana dia bisa membuat Rara bahagia? Mau di kasih makan apa anak kamu hah!" tambah pria tua itu menunjuk Bagas.
"Dulu alasan kamu karena masalah pekerjaan. Lalu sekarang apa? Dengan alasan yang sama, aku nggak percaya" ucap Viona menggelengkan kepalanya.
"Aku tidak ingin anak yang sejak kecil aku besarkan dengan kemewahan begitu besar harus hidup susah" balas Aldi sengit.
Ia mengacak rambutnya kasar. "Terserah! Tapi, jika kamu.." tunjuknya pada Rara. "Memilih dia, nama kamu akan Papah hapus dari daftar warisan keluarga Bagaskara"
Viona membulatkan matanya sambil menggeleng. "Aku nggak setuju! Ingat Pah, Rara putri kandung kita!"
"Mulai detik ini, dia bukan lagi anak aku" putus Aldi mutlak. Kakinya melangkah berbaik meninggalkan mereka semua yang masih tidak percaya.
"Ra.."
Lamunan Rara terhenti begitu mendengar suara dari belakang, ia memutar sedikit kepalanya melihat Bagas yang tersenyum kecil ke arahnya.
"Kenapa belum masuk?" tanya Bagas
"Rara lagi mau disini aja. Bagas sendiri bukannya tadi udah tidur?" balas Rara mengalihkan pandangannya.
"Kebangun" balas cowok itu singkat.
Keduanya terdiam dengan mata sama sama menahap bintang yang bertaburan di langit. Angin dingin mulai terasa membuat Bagas meletakan tangannya ke pundak Rara, merapatkan tubuhnya untuk mendekap tubuh mungil itu.
"Kamu pasti mikirin keluarga kamu kan" tanya Bagas
"Engga tau, tiba tiba kepikiran aja" jawab Rara tersenyum kecil.
Bagas semakin merapatkan tubuhnya ke Rara. "Makasih udah milih aku, dan maaf cuma bisa ajak kamu tinggal di kontrakan kecil kaya gini"
Rara menggeleng. "Gapapa, udah jalannya. Rara yakin, suatu saat Bagas pasti bikin Papah percaya" balasnya.
"Aku janji" ucap Bagas.
"Rara nggak mau pegang janji itu, kita gak ada yang tau apa yang akan terjadi kedepannya. Yang pasti, Rara mau semuanya berjalan baik" ujar Rara meletakan kepalanya di pundak Bagas.
"Masuk yu, Reya kasian sendiri di kamar" ajak Bagas menarik tangan Rara.
Inilah kehidupan sekarang dua manusia itu. Tinggal di rumah kontrakan petak, yang hanya terdiri dari dua kamar, ruang tamu kecil dan dapur. Untuk Bagas memang biasa, tapi tidak untuk Rara. Perempuan yang sebelumnya hidup bergelimang harta, yang kamarnya luas. Harta berlimpah harus tinggal di kamar sempit dengan ranjang yang hanya muat untuk satu orang.
Keano, sang Kakak sejak lama sudah menawarkan nya untuk tinggal di apartemen miliknya. Namun kedua manusia itu menolak, mereka ingin memulai semuanya dari nol. Meski itu tidak lah mudah.
Rara tidak bisa merasakan bangku Sma, ia hanya diam di rumah mengasuh Reya. Bayi kecil yang menjadi semangatnya.
Reyana Cahaya.
Nama indah yang diberikannya untuk darah dagingnya sendiri. Seperti namanya, Cahaya. Rara berharap Reya akan selalu menjadi cahaya dan penerangan untuknya dan Bagas. Cowok yang sekarang berstatus sebagai suami nya.
"Dia sederhana, tapi sempurna dan berguna. Layaknya air putih yang memiliki dampak besar bagi kehidupan manusia"
-RaraVeronika-
°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°
Selamat datang di kisahnya BagasRara 🍬
Mau cerita sedikit, sebenernya awal nulis ini sedikit ragu. Antara ini dulu atau ceritanya Kenzo, karena dua duanya punya kisah yang menarik.
Setelah ditimang timang, Kenzo nya nyusul nanti. Hu, Kenzo masih proses pdkt sama Aurora.Kalau ada yang pembaca baru dan bingung 'kok tiba tiba udah begini'/ 'masalahnya apa'. Di sarankan untuk membaca Young Parents dahulu, disini gak di ceritain awal permasalahannya.
Untuk pembaca lama, pasti udah tau dong.
Emot cerita ini 🍬🍬

KAMU SEDANG MEMBACA
BagasRara [END]
Teen FictionSpin off Young Parents [Bisa dibaca terpisah] _____ Menjadi seorang Ayah di usia muda tidak pernah terlintas dalam benak Bagas. Namun karena satu kesalahan yang tidak sengaja dilakukannya, ia benar-benar menyandang status sebagai ayah sekaligus sua...