|78| Extra part

68.4K 5.7K 832
                                    

Halo, kembali lagi setelah hampir sebulan menghilang 🙌

Gimana kabar kalian?
Kangen keluarga satu ini gak??

Setelah menimang-nimang akhirnya aku putuskan untuk mempublish ekstra part ini. Aku pikir masih banyak yang pingin tau gimana kehidupan Bagas setelah kepergian Rara.

Ini adalah gambaran satu tahun kemudian dimana Reya dan Bhumi sudah lebih besar.

Langsung baca aja, jangan lupa VOTE dan KOMEN-nya

••• 🥀🌻•••

Hari ini tepatnya hari minggu, Bagas dan kedua anaknya berniat jalan-jalan pagi di taman dekat rumah. Hanya seorang diri Bagas membawa kedua anaknya tanpa di temani ibunya. Ia ingin menghabiskan waktu bersama anak-anaknya setelah hampir seminggu ini di sibukkan dengan jadwal kuliah dan urusan kerjaan.


Bagas berhenti mendorong stroller Bhumi di dekat air mancur, kemudian menggelar karpet yang tadi di sewa lalu mengeluarkan makanan yang di bawanya. Setelah itu menurunkan Bhumi keatas karpet bersama Reya.

Bagas tersenyum kecil, kedua anaknya tampak sibuk dengan mainan dan makanan. Ia mengelilingi pandangannya, sekitar sini tidak terlalu banyak orang lewat karena ia sengaja memilih tempat sepi. Hanya ada beberapa pasangan di kursi-kursi taman.

Pandangan Bagas terhenti begitu melihat sepasang remaja berseragam Sma di salah satu kursi tak jauh darinya, dua remaja itu tertawa sambil memakan ice cream dan bersenda gurau. Melihat hal itu, Bagas jadi teringat dengan Rara. Dulu ia dan Rara pun pernah duduk di kursi itu setelah pulang sekolah.

"Dadda, mau beli esklim."

Suara Reya sontak membuat Bagas tersadar dari lamunannya. Cowok itu menatap sang anak dengan alis menyerinyit. "Apa tadi? Dadda gak dengar."

Reya mengembungkan pipinya. "Mau beli esklim, Dadda!"

"Eskrim?" Reya mengangguk antusias. "Nggak ada penjual yang lewat, nanti aja di minimarket," ujarnya membuat Reya menekuk wajahnya.

"Ndak mau, Dadda. Maunya sekalang."

Bagas menghela napasnya. "Siapa yang beliin? Dadda gak mungkin ninggalin kamu berdua sama adik disini."

"Ndak papa kok, Eya bisa jaga adik," ucap Reya.

Bagas tetap menggeleng. "Nanti aja."

Perkembangan Reya sangat cepat, saat usia tiga tahun setengah seperti ini Reya sudah lancar berbicara walau masih belum bisa menyebut huruf R. Reya juga makin cerewet, persis Rara dulu. Tak tanggung-tanggung, Bagas bahkan sering di tegur bila membuat Bhumi nangis.

Namun Bagas mensyukuri Reya tumbuh seperti anak seusianya walau tanpa figur ibu di sampingnya. Reya dapat menjalani kehidupannya dengan normal, orang-orang di sekitarnya membuat Reya tersenyum. Melupakan kesedihan setelah kepergian Rara.

"Dad... " Bhumi menepuk-nepuk paha Bagas dengan tangan kecilnya. Mulutnya terbuka ingin bersuara namun tidak bisa.

Soal Bhumi, sekarang usianya sudah satu tahun. Sedikit-sedikit sudah bisa berjalan walau masih harus di pegangin. Bhumi belum lancar berbicara, masih kesulitan memanggil orang. Hanya kata Dad lah yang bisa Bhumi ucapkan. Perkembangan Bhumi berjalan lambat, mungkin karena faktor lahir prematur dan kondisi tubuh yang lemah. Penyakit bawaannya membuat Bhumi gampang sakit dan mudah lemas.

BagasRara [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang