70 BagasRara

35.5K 5.6K 1K
                                        

Sabtu, 2 Februari 2022

Apa harapan kalian di bulan ini?

Apa impian yang sudah tercapai di bulan Januari?

Just a question
Semoga harimu menyenangkan

|| Happy Reading ||

"Permisi, tuan, ini kopinya."

Tanpa mengalihkan pandangannya dari laptop, Aldi mengangguk mempersilahkan asisten rumah tangganya itu masuk. Membawa kopi dan kue sesuai perintahnya. Sedetik kemudian, Aldi mendongakkan kepalanya menatap wanita tua itu lama.

"Bi Ani. Sudah berapa lama kerja disini?"

"Hampir dua puluh tahun lebih, tuan," jawab Bi Ani menunduk. "Tuan ada yang ingin di tanyakan kepada saya?"

"Sedikit." Aldi berdehem sambil menyenderkan punggung ke kursi kerja mahalnya.

"Tentang Rara."

Bi Ani mengangkat kepala dengan raut sedikit bingung. "Non Rara?"

"Bagaimana sifatnya dulu selama di rumah?"

"Baik, tuan. Non Rara anak yang ceria, murah senyum, dan tidak jarang suka membantu tukang kebun menanam tanaman. Namun non Rara juga anak yang sedikit cengeng, mudah menangis hanya karena sakit sedikit."

Aldi melepas kaca matanya sembari menghela napas. "Lalu?" katanya mempersilahkan wanita itu melanjutkan.

"Hanya sebatas itu yang saya tau soal non Rara, tuan."

"Sebelum saya dan istri saya tau dia hamil, apa kamu sudah lebih dulu tau?"

Bi Ani mengangguk pelan. "Non Rara memberitahu saya saat dia hampir loncat dari balkon kamarnya. Saat dia depresi berat," jawabnya sejujur mungkin. "Mungkin saya orang pertama yang non Rara beritahu soal hal itu. Awalnya dia kekeuh untuk menggugurkan kandungannya, bahkan sudah membeli banyak buah nanas di kamarnya. Non Rara juga berulang kali memukul perutnya sendiri sambil berteriak. Saat itu tuan dan nyonya sedang tidak ada di rumah, dan mungkin hanya saya yang mendengar jeritan non Rara dari kamar."

Aldi diam. Otaknya tidak dapat berpikir mendengar penjelasan asistennya itu. Ia mengusap wajahnya kasar, menarik napas lalu mengeluarkannya berulang ulang.

"Saya butuh penjelasan lebih detail."

Bi Ani menjelaskan apa yang memang ia ketahui. Tanpa di lebihkan atau di kurangkan sedikit pun. Selama bi Ani menjelaskan, Aldi terlihat mendengarkan dengan serius. Wajah tegasnya tidak sedikit pun tampak memudar. Seolah ia tengah mendengarkan penjelasan dari rekan bisnisnya.

"Berulang kali juga non Rara mengatakan agar umurnya pendek, agar Tuhan cepat mencabut nyawanya." Bi Ani mengusap ujung matanya kemudian menatap sang majikan yang tampak diam bak patung.

"Tuan, maaf jika saya terdengar tidak sopan. Namun saya hanya ingin mengatakan sesuatu yang sempat non Rara katakan saat dia main ke rumah ini beberapa bulan lalu."

"Apa?"

"Mengapa tuan begitu tidak menyukai den Bagas, mengapa tuan begitu membenci suaminya. Mengapa juga tuan tidak menganggap anaknya sebagai cucu."

Aldi memalingkan wajahnya, tangannya terkepal di atas paha. "Tidak ada alasan apapun saya melakukan itu semua," tukasnya dingin.

"Maaf jika pertanyaan saya tidak sopan, tuan. Saya permisi ke dapur dulu." Hendak membalikkan badannya, suara majikannya membuat Bi Ani kembali menghadap depan.

BagasRara [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang