|16| BagasRara

49.6K 5.7K 1.7K
                                        

Yang diam bisa jadi menghanyutkan.
RaraVeronika

_________

Bagas menutup wajahnya dengan selimut meski jam waker di sampingnya terus berbunyi. Karena kesal, ia melempar bantalnya ke jam itu hingga membuatnya seketika mati. Hening beberapa saat sampai Bagas membuka matanya sendiri, keningnya mengkerut tidak mendapati seseorang di sekitarnya.

Cowok dengan celana olahraga dan kaus polos itu merubah posisinya menjadi duduk. Pandangannya mengitari kamar kosong ini, dimana Rara dan Reya.

"Jam bera---hah! Jam sepuluh malam"

Bagas mengucek matanya sekali lagi, ia takut salah melihat jam. Di dekatkannya wajah itu ke jam kecil di nakas, ternyata benar sekarang masih pukul sepuluh malam.

"Ngapa jam segini alarm nya bunyi" gumannya bingung.

"Rara" panggil Bagas turun dari kasur, kakinya melangkah keluar.

Suara tawa dari dapur membuat langkahnya menghampiri ruangan kecil itu. Bagas menghentikan kakinya begitu melihat Rara yang sedang berdiri di depan kompor dan Reya yang duduk di kursi.

"Bubu! Anaa!" pekik Reya, Bagas tersenyum kecil melihat itu.
(Bubu! Mana!"

Rara berbalik menatap anaknya kesal. "Sabar dong, ini lagi dibuat"

"Amaa!" balas Reya.
(Lama!)

"Ish" Rara menarik nafasnya kemudian tersenyum manis ke Reya. "Sabar princess, bikin puding itu gak cepat. Belum lagi nanti di dinginin dulu" balasnya kembali melanjutkan kegiatannya.

"Eya pell" ucap Reya mengelus perutnya kecilnya.
(Reya laper)

"Makan dulu masakan Bubu tadi sore" jawab Rara memasukan mangkuk ke kulkas lalu berbalik menghampiri Reya. "Ayo kita makan di depan tv" ajaknya menggendong anak itu.

Rara menatap Bagas lalu mengerutkan keningnya, sejak kapan cowok itu berdiri disana. Tak mau ambil pusing, ia melewatinya dan duduk di kursi ruang tamu.

Sementara itu, Bagas mengikuti Rara dan ikut duduk di sampingnya. Matanya melirik Reya sebentar kemudian menatap Rara dengan pandangan bertanya.

"Kamu abis bikin apaan berdua?"

"Puding" balas Rara.

"Ding Dadda, ding wat eyaa" ucap Reya mendongak.
(Puding dadda, puding buat Reya)

Bagas mengelus rambut Reya lembut. "Reya mau makan puding?"

Anak itu mengangguk antusias.

"Kenapa gak bilang Dadda?" Bagas memperhatikan perubahan ekspresi Reya dan Rara.

"Ada bahan-nya ya dibikin aja, dari pada beli lagi" sahut Rara.

"Da ahan na ya dikin ada, dli ada eli agi" ucap Reya mengikuti ucapan Rara.
(Ada bahannya ya dibikin aja, dari pada beli lagi)

Karena tadi Rara pun bilang padanya seperti itu. Sebagai anak yang pintar ia akan mengikut.

Rara yang ucapannya diikuti mendekap gemas anak itu ke pangkuannya. Ia mencium Reya di seluruh wajahnya lalu tersenyum manis.

BagasRara [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang