Dilarang bawa bawa cerita lain ke lapak ini!
Paham kan, jujur aku terganggu plus nggak nyaman. Kalau mau ngomongin cerita author lain mending dm² pribadi aja
Gak marah kok, cuma jangan di ulangi lagi. Hargai aku, hargai penulisnya. Setiap author punya aturannya masing masing.
Selamat membaca
***
Rara tersenyum setelah tanaman di depan rumahnya sudah tersiram semua. Wangi bunga mawar membuat perasaannya tenang akhir akhir ini, untuk itu ia meminta Bagas untuk membelikan beberapa pot bunga mawar. Meskipun awalnya Bagas menolak dengan alasan mahal. Hell, dan Rara akan terus merengek hingga Cowok itu membelikannya. Hingga sampailah beberapa pot mawar di depan rumahnya sekarang.
Perempuan itu meletakkan gayung yang digunakan untuk menyiram ke dekat kran lalu berjalan duduk di teras. Ia menyelonjorkan kakinya sambil memijat mijat pelan, betisnya mudah pegal sekarang jika berdiri terlalu lama.
Bagas tidak ada di rumah, Cowok itu sekolah. Sementara Rara hari ini libur karena tubuhnya tidak ada tenaga, perutnya juga tadi pagi terasa sakit. Jadi hari ini bisa menghabiskan waktu bersama Reya.
"Teh Lia!" serunya berteriak.
Lia yang masih berada di depan rumahnya sontak menoleh, Gadis kuliah itu berjalan menghampiri Rara. "Tumben kamu di rumah?" tanyanya ikut duduk di samping Rara.
"Kaki aku pegel, libur dulu sekolahnya," jawab Rara tersenyum. "Teh Lia gak kuliah?"
"Nanti jam sepuluh."
"Enak gak sih Teh kuliah?" tanya Rara tiba tiba, membuat Lia menatapnya heran.
"Enak, ada enggaknya juga. Ya, enak enggak sih," balasnya mengangkat bahu. "Enggaknya tuh karena tugas yang MasyaAllah banyaknya, enaknya dapat pemahaman lebih luas juga banyak teman."
"Emangnya kenapa kamu nanya gitu? Tumben." Lia menoleh ke Rara. "Kamu kuliah 'kan, nanti?"
Rara menggeleng. "Anak aku siapa yang urus kalo aku kuliah," jawabnya meringis. "Bagas yang kuliah," ucapnya mengangguk anggukan kepalanya.
"Titipin ke ibunya Bagas, kaya kamu sekolah," ujar Lia.
"Atau sewa pengasuh," tambah Lia mengusulkan.
"Dih, nggak ah, bayar." Rara menggeleng sambil memijat mijat kakinya. Sekarang ini ia lebih memperhitungkan masalah biaya sehari harinya, kata Bagas harus mulai menabung dari sekarang untuk biaya lahiran nanti.
"Teh Lia bisa bikin sketsa gaun atau baju gak?" Rara memutar tubuhnya menjadi menghadap Lia.
"Aku kuliah ngambil jurusan TI, bukan desain. Mana paham masalah sketsa kaya gitu," balas Lia menggeleng.
Rara mengerutkan keningnya. "TI jurusan apa?"
"Teknologi Informatika," jawab Lia.
Rara meringis mendengarnya. "Denger namanya aja udah puyeng."
"Buat apa kamu nanyain itu?" Lia mengerutkan kening penasaran, tidak biasanya.
"Kalo Teh Lia bisa gambar sketsa nanti kita bisa desain desain bareng, biar aku ada temannya," ujar Rara menghela napasnya. "Bagas mah gak bisa."
"Kamu bisa bikin sketsa gaun?" Lia menatap tetangganya tak percaya.
"Mama aku kan desainer, aku dulu suka ngeliat dia bikin gambaran baju sebelum di jahit. Sekalian minta ajarin dikit, gambar gambar mah aku bisa sih, hahaha." Rara tertawa geli. "Kaos," tambahnya tergelak.

KAMU SEDANG MEMBACA
BagasRara [END]
Teen FictionSpin off Young Parents [Bisa dibaca terpisah] _____ Menjadi seorang Ayah di usia muda tidak pernah terlintas dalam benak Bagas. Namun karena satu kesalahan yang tidak sengaja dilakukannya, ia benar-benar menyandang status sebagai ayah sekaligus sua...