|76| BagasRara

49.6K 6.5K 2.7K
                                        

Sabtu, 12 Maret 2022

HaiHaiHaiii!
Kalo bisa ramein dua part terakhir ini yaaa, kalo bisa lagi sih komen di setiap part gitu 👉👈
Makasih banget loh yang selalu vote, ada salam manis dari A'a Bagas.

Baca part ini hari apa jam berapa?

||Happy Reading||

||Happy Reading||

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.

"Ada saat dimana kamu harus mengikhlaskan sesuatu yang sudah seharusnya pergi, nak."

Abdul terus menasehati anaknya yang kini hanya diam tanpa membalas atau bahkan menyahut ucapnya. Abdul lalu menghela napasnya berat, ia mengelus bahu anaknya pelan. Naluri seorang ayah membuatnya tak rela melihat tatapan kosong dari anaknya ini.

"Tugas kamu masih panjang, masih banyak yang harus kamu lakukan. Kedua anak kamu butuh kamu, terutama Reya. Dia nggak mau makan, nggak mau ketemu siapa pun, nggak mau ngomong, bahkan nggak mau ganti baju." Abdul meletakkan tangannya di atas pucuk kepala sang anak, mengelusnya penuh kelembutan seorang ayah yang beberapa tahun ini tidak pernah dirinya lakukan lagi. "Reya belum paham apa yang terjadi di sekitarnya."

Bagas tidak membalas apapun, bahkan menoleh pun tidak. Cowok itu hanya diam duduk memandang tembok yang terdapat coretan abstrak Reya dengan tatapan kosong.

"Gas... " Abdul menjauhkan bingkai foto di tangan Bagas membuat Cowok itu menatapnya tajam. "Temuin Reya," ucapnya sebelum Bagas membuka mulut.

Lagi dan lagi, Bagas tidak membalas apa-apa. Dia kembali merebut bingkai itu dan memeluknya erat.

Abdul menatapnya sendu. Dengan cepat ia menghapus sudut berair matanya kemudian mengalihkan mukanya ke samping. Tidak tega melihat keadaan anaknya sekarang. Semenjak hari itu semua sikapnya berubah drastis, tidak ada suara apapun yang keluar dari mulutnya.

"Bersih-bersih, ya. Nanti malam mau ada pengajian disini."

Abdul bangkit setelah berucap itu, dia menatap anaknya sebentar dan berjalan keluar. Namun sebelum benar-benar menutup pintu, ia kembali memandang anaknya sendu.

"Temuin Reya, anak kamu butuh kamu." Lalu setelahnya pintu kamar tertutup.

Menyisahkan kesunyian dalam ruangan itu, hanya ada bunyi jam yang terdengar. Sampai akhirnya, suara isakan parau terdengar dari mulut Bagas, isakan mendalam sebagai satu-satunya hal yang bisa dilakukannya setelah hari itu.

Bagas masih memeluk bingkai berisi fotonya dan Rara erat. Semakin erat sambil sesekali menciumnya. Ia menaikkan kedua kakinya ke atas kasur, memeluk lututnya dengan kedua tangan dan kepala tertunduk dalam.

BagasRara [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang