|51| BagasRara

42.9K 5.9K 1.7K
                                    

Rabu, 20 Oktober 2021

___

PAGI ini, hujan turun mengguyur bumi disaat para manusia ingin memulai harinya. Termasuk para murid yang ingin berangkat sekolah. Sejak pukul empat pagi tadi, hujan tak kunjung berhenti meskipun sekarang matahari sudah mulai naik ke atas. Suasana redup membuat orang orang memilih tetap berada di atas tempat tidurnya.

Tirai penutup jendela telah terbuka membuat rintik dan titik hujan terlihat dari dalam apartemen lantai 20 ini. Rara sudah membukanya sejak tadi, guna melihat keluar apa hujan sudah berhenti atau belum.

Ia ingin sekolah, sayangnya seakan alam tidak mengijinkan kakinya melangkah keluar apartemen.

Rara menolehkan kepalanya ke belakang, melihat Bagas yang masih nyaman tidur dengan selimut putih hampir menutupi seluruh tubuhnya. Rara memperhatikan Bagas lama, beberapa saat dengan perasaan tak karuan.


Menghela napasnya berat, Rara melangkah mendekati kasur dan duduk di tepinya. Memperhatikan wajah Bagas seksama, tangannya bergerak menyent rambut yang mulai memanjang. Lantas, Rara turun mengusap pipi lembut Bagas. Mengelusnya pelan memberikan reaksi bergerak dalam tidur Cowok itu.

"Bagas sempurna," gumannya seraya mengentikan gerakan tangannya. "Bagas gak pernah punya kekurangan apa apa."

"Rara yang nggak sempurna."

Setidak pedulinya ia dengan restu dari keluarga, Rara tetap mengharapkan Papa-nya memberikan restu dan menerima Bagas sebagai keluarga. Rara juga mengharapkan kedua orang tua Bagas merestui mereka. Karena sampai sekarang, baik orang tuanya maupun orang tua Bagas belum ada yang mengucapkan secara langsung restu untuk hubungan mereka. Rara mengharapkan itu, sangat mengharapkan.

Meskipun mulutnya selalu berucap tidak peduli dengan restu Aldi, tapi Rara mengharapkan lain di hatinya. Ia ingin Aldi merestui pernikahannya dengan Bagas, serta menerima Reya sebagai cucu dan anggota keluarga Bagaskara. Walaupun pun itu tidak akan pernah terjadi, rasa benci Aldi untuk Bagas dan Reya sangat besar. Mustahil untuk Papa-nya akan memberikan restu. Bahkan setelah kematian Mama-nya pun, sejak saat itu ia tidak pernah bertemu lagi dengan Aldi.

Satu alasan yang membuat Rara sangat menginginkan dan mengharapkan restu Aldi. Karena ia punya seorang Anak perempuan, dan tidak ingin anak perempuannya merasakan apa yang ia rasakan sekarang. Rara mengerti karma berlaku untuk anak yang melawan orang tuanya, dan Rara takut apa yang terjadi padanya kini akan terjadi pula pada Reya nanti. Dendam Aldi akan membawa dampak bagi kehidupannya nanti, mau seperti apapun sikap dan sifat Aldi. Dia tetap Papa kandungnya, dan restu seorang Ayah sangat berpengaruh pada kehidupan anak perempuannya.

"Perasaan Rara baru lega kalau udah dapat restu dari Papa, Ibu, dan bapak. Baru Rara bisa mencintai Bagas dengan tulus."

Apa ia harus menghubungi Papa-nya, berbicara empat mata dari hati ke hati. Rasanya selama hidup tanpa mengantongi restu, serasa masih ada yang mengganjal di hatinya.

"Bagas..." Rara menepuk pipi Bagas bermaksud membangunkan. Ini sudah jam setengah tujuh meskipun diluar masih terlihat gelap.

Gak lama, Bagas bangun sambil merubah posisinya duduk. Cowok itu ngucek mata lalu melirik Rara sekilas, kakinya turun ke lantai dan berjalan ke kamar mandi.

BagasRara [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang