|57| BagasRara

33.9K 6K 2.3K
                                        

Kamis, 18 November 2021

Yang manis bukan cuma gula, tapi dia. Yang sakit juga bukan cuma kena pisau, tapi liat dia nangis lebih sakit.
[BagasAbdullah]

Jam menunjukkan pukul lima pagi dan Bagas sudah siap dengan seragam sekolahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jam menunjukkan pukul lima pagi dan Bagas sudah siap dengan seragam sekolahnya. Mulai sekarang ia tidak boleh telat atau pun bolos seperti dulu, keadaannya sudah berbeda. Kelakuannya menentukan masa depannya.

Di belakang, Rara juga sudah bangun. Hanya saja perempuan itu sedang menata makanan masakannya. Semenjak tidak lagi sekolah, Rara belajar membuat berbagai macam masakan khas rumahan. Dan dalam seminggu ini ia berhasil menghapal resep resep sederhana, seperti sayur lodeh dan ikan saus tiram.

Rara tersenyum senang saat masakannya pagi ini telah tersaji rapi. Semangkuk ikan goreng kecap dan tempe goreng. Ia menoleh ke depan, memanggil Bagas cukup kencang untuk segera ke meja makan.

"Gak usah teriak bisa, 'kan," tegur Bagas mengambil duduk di samping Rara.

Rara hanya mengeluarkan cengirannya. "Maaf." Ia kemudian berdiri membuat Bagas menatapnya heran. "Rara mau ke kamar, Reya bangun kayanya," ucap Rara mengerti tatapan Bagas.

Cowok itu mengangguk dan kembali menyendokkan nasi serta lauk ke piring. Namun matanya tak sengaja melirik jam di atas meja, jam tangan Rara. Dengan cepat Bagas mengambil jam itu kemudian berdiri dan berjalan ke balkon. Ia lalu melemparnya ke bawah, hingga jam tersebut jatuh tak terlihat.

Setelahnya Bagas kembali duduk di kursi, menghela napasnya berat sambil meneguk air putih. Jam tangan berisi penyadap suara dari Hana. Mengingatnya membuat Bagas menggeram kesal, selama ini privasinya di ketahui cewek itu.

"Bagas kenapa matanya tajam banget?" Rara bertanya sambil menuntun Reya, mengerutkan keningnya melihat muka tegang Bagas.

"Kelilipan," ucap Bagas merubah mukanya kembali normal. Ia mengangkat Reya duduk di kursi sampingnya. "Tumben udah bangun, biasanya bangun siang," tanyanya sambil mencium rambut Reya.

"Ngigau." Rara yang membalas.

"Eh, Bagas ngeliat jam tangan Rara gak? Tadi kayanya Rara taruh sini," lanjut Rara bertanya, menggeser piring piring di meja mencari jam kesayangannya.

"Nggak," balas Bagas menggeleng.

"Mana, ya. Masa hilang sih, itu, kan, jam kesayangan Rara."

"Nanti aku beliin jam baru," ujar Bagas menatap Rara yang masih mencari jam-nya. "Nggak usah di cari jam itu."

"Nggak mau, A'a," balas Rara menggelengkan kepalanya. "Itu jam dari Mama, hadiah terakhir dari Mama!"

"Jam kesayangan?" tanya Bagas terdiam.

"Iya. Mana jamnya, masa hilang sih."

Mampus!

Bagas terdiam kaku, jam-nya sudah di buang ke bawah. Dan pasti sekarang sudah hancur karena terlempar dari lantai 20.

BagasRara [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang