Bel pulang sekolah berbunyi membuat semua murid berhamburan keluar. Seperti biasa, Bagas pun membereskan peralatan belajarnya dan memasukkan ke dalam tas, kemudian berdiri agar segera sampai rumah. Beberapa anak kelas ini sudah keluar lebih dulu, menyisahkan lima anak cowok di pojok kelas.
Bagas tidak peduli, enggan memikirkan sedang apa mereka. Ia berdiri dan berjalan keluar, namun seruan dari salah satunya membuat langkahnya terhenti. Dengan malas, Cowok itu membalikkan badannya namun tidak mendekat. Hanya menaikkan sebelah alisnya seolah bertanya. Jelasnya, malas berurusan dengan mereka.
"Mau kemana si buru buru pulang? Baru juga bel, santai kali. Ikut kita sini ngerokok." Salah satu dari mereka mengangkat sebatang rokok sambil tertawa.
"Lo lupa, dia kan Papa muda. Ya pasti mau ketemu anaknya lah." Temannya yang lain menyahut lalu di susul gelak tawa temannya. "Atau mau ehem ehem ama bininya," tambahnya berceletuk.
Buang waktu. Bagas menghadap depan dan meninggalkan kelas itu, bodohnya kenapa tadi ia menurut di suruh noleh.
Bagas menghembuskan nafasnya, semua murid di sekolah ini terang terangan menyidir dirinya. Dari jalan di lorong sampai parkiran, semua yang di temuinya mencibir.
"Gas, masalah manggung waktu itu gimana?" Bastian menghampiri saat dirinya saat di parkiran. Lalu diikuti Udin, Danu, dan Ali.
"Lo urus." Sebenernya Bagas merasa sikap mereka sedikit berubah, tidak seperti dulu. Meskipun masih terlihat akrab, tetapi terlihat mereka menjaga jarak dengannya. Mereka mungkin risih dan malu, namun tidak di tunjukkan langsung.
"Lo masih gabung, kan, di band?" Kali ini Udin yang bertanya.
Bagas mengangkat bahunya. "Murid disini tau status asli gue, mereka gak bakalan mau nonton kalo ada gue. Lo semua nantinya yang bakal ikut malu." Ia membuang napasnya berat sambil menatap teman temannya dengan senyum tipis. "Mungkin, gue keluar aja. Nama baik band ini gak boleh tercemar cuma karena gue."
"Nggak gitu, Gas," sanggah Danu keberatan. "Ngapain lo harus keluar band segala. Band ini kita yang bikin dari awal, lo malah orang yang paling berpengaruh. Gue gak setuju, lo tetep ikut manggung sama kita kaya biasa. Gak usah dengerin omongan orang. Kalo mereka suka ya tonton, kalo nggak ya gak usah nonton. Simpel, kan?" Danu menggeleng, benar benar keberatan dengan keputusan temannya.
"Iya, Gas. Bawa santai aja," tambah Ali.
"Band-nya masih harus tetap berjalan. Lo berlima tetep jadi personilnya," ujar Bagas mengepalkan tangannya di atas jok motor, menatap teman temannya lalu menghembuskan nafasnya kasar. "Gue juga gak ada waktu ngurus band ini lagi, ada kerjaan lain yang gue kerjain. Nama band ini gak boleh jelek, band ini baru aja dudukin peringkat band anak millenial. Baru merintis, baru terkenal. Lo semua bisa ngembangin band ini biar lebih terkenal lagi, tanpa gue."
"Sukses, bro. Sering sering latihan." Terakhir, Bagas menepuk pundak Bastian seraya tersenyum kecil. Lalu naik ke motornya dan melajukan meninggalkan area sekolah. Dari sepion ia melihat mereka berempat menatap punggungnya lirih, tatapan kecewa.
Bagas menggenggam erat stang motornya. Keluar dari band yang sudah ia lahirkan bersama teman temannya tidak pernah terlintas di pikirannya. Namun, ia tau. Ini salah satu cara agar banana squad tetap pada posisinya. Tidak tergeser dengan band band lain. Meskipun harus dirinya yang mundur.
Motor hitam itu berhenti di parkiran apartemen. Bagas membuka helmnya tanpa turun dari motor. Ia mengusap mukanya kasar, menunduk sambil sesekali memijit dahinya. Segala hal yang terjadi hari ini sudah membuat beberapa perubahan dalam dirinya.
Teman temannya, gurunya, suasananya. Semua berubah dalam sehari. Teman kelas yang dulu selalu care sekarang menjauh, guru yang dulu bersikap sopan tadi terlihat sekali selalu mencari kesalahannya ketika belajar. Suasana kelas, kantin, lapangan bahkan perpustakaan berbeda dengan kemarin. Semua warga sekolah menjauhinya.
![](https://img.wattpad.com/cover/256156458-288-k876125.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
BagasRara [END]
Fiksi RemajaSpin off Young Parents [Bisa dibaca terpisah] _____ Menjadi seorang Ayah di usia muda tidak pernah terlintas dalam benak Bagas. Namun karena satu kesalahan yang tidak sengaja dilakukannya, ia benar-benar menyandang status sebagai ayah sekaligus sua...