Spin off Young Parents
[Bisa dibaca terpisah]
_____
Menjadi seorang Ayah di usia muda tidak pernah terlintas dalam benak Bagas. Namun karena satu kesalahan yang tidak sengaja dilakukannya, ia benar-benar menyandang status sebagai ayah sekaligus sua...
Kita perlu tau kapan saatnya bertahan, dan kapan saatnya melepaskan. BagasRara
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
. . .
Kring kring kring!
Semua murid bangkit dari tempat dan duduknya berjalan keluar kelas. Bunyi bel pulang sekolah sudah terdengar, tanda pelajaran hari ini selesai.
XI ipa 2. Kelas itu sudah lumayan sepi, hanya sisa beberapa siswa dan siswi yang piket. Termasuk Rara, perempuan itu belum memakai tasnya karena sibuk dengan sapu di tangannya.
Ia bersama empat orang lainnya saling berbagi tugas. Rara bagian nyapu, Hilmi ngepel, Udin ngelap papan tulis dan meja, Tono ngangkat kursi ke meja. Satu lagi Hana, namun sejak tadi gadis itu belum balik ke kelas juga. Tas-nya bahkan masih berada di meja.
Bagas menunggu di depan kelas sambil memainkan handponenya. Cowok itu duduk di pinggir balkon. Bukan fokus pada game di tangannya, tapi ia masih memikirkan ucapan Rara tadi.
Bagaimana ia tau Rara cinta padanya atau tidak. Ia tidak terlalu percaya diri, karena ia juga sadar diri. Tidak ingin memaksa perempuan itu juga. Membiarkan semuanya mengalir begitu saja.
Bagas menatap lapangan dari lantai dua ini, raganya disini, namun fikirannya melayang kemana mana. Cowok itu menghela nafasnya kasar.
Ting!
Cowok itu melihat pesan yang masuk ke handponenya. Dari bang Feril. Ck, ia melupakan meninggalkan motornya disana.
Bang peril
Bangperil: Motor lo disini, tumben?
Me: Mogok, bisa benerin gak bang? Tar pulang gue ambil.
Bangperil: Kapan lo pulangnya.
Me: Dikit lagi, nunggu orang bentar.
Bangperil: ck,
Me: tar gue beliin martabak telor spesial khusus buat lo. Tapi cpt benerinnya, bentar lagi gue pulang nih.
Bangperil: kurang asem. Bangperil: spesial pake telor 5
Me: siap 👍
Bagas terkekeh kecil, ia memasukkan handpone ke bajunya. Matanya melirik celana olahraga punya Rafi yang ia pinjam, untung teman sebangkunya itu gampang di bujuk.