Spin off Young Parents
[Bisa dibaca terpisah]
_____
Menjadi seorang Ayah di usia muda tidak pernah terlintas dalam benak Bagas. Namun karena satu kesalahan yang tidak sengaja dilakukannya, ia benar-benar menyandang status sebagai ayah sekaligus sua...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
. . .
"Inihari apa?" tanya Bagas menghampiri Rara di teras.
"Hari yang tidak pernah ada," balas Rara tanpa menatapnya. Dia sedang sibuk mengangkat jemuran.
"Sabtu, ya."
Rara memutar matanya malas. " Udah tau ngapain nanya," balasnya tanpa menoleh sedikitpun.
Di belakangnya, Bagas mencebikkan bibirnya ke depan. "Orang cuma nanya si ketus banget." cibirnya lalu duduk di kursi teras.
Cowok itu memperhatikan Rara yang sibuk berjinjit untuk mengambil gantungan bajunya. "Bukannya ada jemuran besi di belakang, yang bisa di lipat."
Rara membalikkan badannya dengan tangan penuh dengan pakaian. Matanya menatap Bagas seolah minta bantuan, untungnya cowok itu peka dan membantunya memindahkan pakaian ke meja.
Setelahnya Rara ikut duduk di samping Bagas sembari menghela nafasnya. "Iya ada, tapi Rara males bawanya ke depan. Mending di sangkutin di tambang ini aja," jawabnya menunjuk tali yang menjadi gantungan jemurannya.
"Bagas nggak kerja?" lanjutnya bertanya.
"Eh, jangan kerja dulu, ya. Perutnya masih sakit," ucap perempuan itu lagi.
Bagas melonjorkan kakinya ke depan, merentangkan tangan keatas untuk menyegarkan badannya. Dia menoleh ke samping, melihat Rara yang menatapnya prihatin.
"Nggak bisa seenaknya libur, Ra. Bulan kemarin aku udah libur banyak, sering bolos juga. Pemilik klub itu bisa marah kalau tau, apalagi aku belum lama kerja disana," balas Bagas.
"Uang gaji yang kemarin belum dibeliin apa apa, kan?" Rara memutar tubuhnya berhadapan dengan Bagas, dia menatap cowok itu sambil tersenyum kecil.
"Udah dipisah pisahin," balas Bagas.
"Buat?"
"Bayar kontrakan, bayar sekolah, susu, belanja bulanan," jawab Bagas menghitung. "Tinggal sisa lima ratus ribu," tambahnya.
"Lima ratus." guman Rara menyenderkan kepalanya ke tembok. Lima ratus ribu kira kiranya cukup atau nggak untuk modal usaha. Usaha yang pasti bisa berjalan lancar ke depannya.
"Buat apa?" tanya Bagas bingung.
Rara menoleh. "Modal usaha. Bagas, kalau pakai uang Rara dulu mau, gak? Buat nambah nambahin," ucapnya.