|66| BagasRara

36.7K 5.8K 1.5K
                                        

Rabu, 5 Januari 2022

Tahun baru
Beban baru.
Selamat menjalani :)
[Bagasfamily]

•••

Bagas tersenyum kala pesanan bungannya jadi, terbalut plastik bening dengan wangi semerbak. Sebuket bunga mawar putih yang akan ia berikan untuk seseorang yang paling di cintainya.

Setelah membayar, Cowok itu lantas naik ke motor dan bersiap melesat pergi. Buket tadi di letakkan di depan, sementara boneka yang terbungkus paper bag di cantolkan ke stang. Sebelum benar-benar pergi, Bagas memakai helmnya dahulu, memastikan tidak ada barangnya tertinggal.

Dan dirasa aman, ia pun pergi meninggalkan toko bunga itu dengan gerimis kecil yang turun dari langit di petang hari ini.

Jalanan lumayan ramai, mungkin karena jam belum terlalu sore. Masuk ke dalam gang pun banyak warga yang berkumpul di depan rumahnya, seperti biasa mereka bergosip. Sesekali, ia membalas senyum dari pada warga disini, suara motornya ia pelankan agar tidak menganggu.

Dengan penuh kehati-hatian, Bagas turun dari motor seraya menyembunyikan buket dan boneka tadi ke belakang punggungnya. Berjalan masuk ke dalam rumah yang kebetulan tidak terkunci. Ia mengelilingi matanya ke ruang tamu, tumben suara Reya yang biasa terdengar tidak ada.

"Ra... " Cowok itu berjalan ke kamar, membuka pintu dengan sebelah tangan kemudian melangkah masuk. Rara tidak ada di dalam kamar membuatnya menyerinyit heran.

"Rara!"

"Di kamar mandi!"

Suara yang berasal dari dapur segera membuatnya keluar kamar, buket dan boneka masih berada di tangannya. Mengetahui Rara tengah di kamar mandi, Bagas menunggu di meja makan. Ia meletakkan hadiahnya tadi di kursi sebelah.

"Kamu ngapain?!" Bagas berteriak dengan alis menekuk heran. Sudah lebih dari lima menit perempuan itu belum keluar juga.

Rara tidak membalas membuat Bagas menghampiri ke depan pintu kamar mandi. Cowok itu mengetuk pintu beberapa kali, menunggu balasan Rara. Perasaannya mulai tidak enak sekarang.

"Ra!" Bagas menggedor pintunya lebih keras. "Buka pintunya!"

"Bentar, jalannya susah."

Jawaban pelan itu masih terdengar di telinganya. Suara Rara terdengar menahan sakit dari dalam sana, membuat perasaan Bagas makin khawatir.

"Aku dobrak, ya!" seru Bagas tidak sabar.

Tidak ada balasan apa-apa dari Rara membuat Bagas bersiap mendobrak pintu kamar mandi ini. Ia berancang-ancang sambil memundurkan tubuhnya sedikit ke belakang, lalu dengan sekali dorongan pintu kamar mandi berbahan plastik itu terbuka.

Dengan cepat, Bagas masuk ke dalamnya. Matanya langsung terbelalak melihat Rara terduduk di pojok dengan darah di kakinya.

Rara menatapnya sayu, hampir menangis dia memegang perutnya. Bibir yang tadi berwarna merah pink kini berubah pucat dengan keringat di sekujur wajahnya.

"Sakit... " ringis Rara. Tangannya berusaha menggapai cowok itu mendekat. "Perut Rara sakit, Bagas... "

Bagas tanpa mengucapkan apa-apa mengangkat Rara dan menggendongnya keluar kamar mandi. Masuk ke kamar dan meletakkan Rara di kasur. Cowok itu juga mengambil kain dan baskom berisi air hangat dari dapur. Meletakkannya di nakas dan membersihkan darah di kaki Rara.

BagasRara [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang