|58| BagasRara

41.2K 6K 3.6K
                                        

Minggu, 21 November 2021

Kalian bisa baca ulang tanggapan para pembaca di part sebelumnya, dan jawaban dari semua pertanyaan kalian selama ini sudah terjawab disana. 90% tanggapan mengatakan bahagia bukan hanya dengan menjadi kaya, menjadi kaya bukan sebuah tujuan utama, dan hidup gak ada yang tanpa masalah.

NGGAK ADA KEBAHAGIAAN YANG DI JALANI TANPA USAHA DAN PROSES.

Jujur, aku senang banget bisa nulis tulisan yang menyerempet ke kehidupan nyata. Beberapa impian aku sengaja aku tuangkan ke dalam cerita ini, alasannya untuk memotivasi diriku sendiri untuk menggapai impian impian itu.

Satu kata untuk BAGASRARA dari kalian?

Impian untuk cerita ini ke depannya?

🌻Dan happy reading 🌻

___

Suara helaan napas dari Reya membuat Rara yang tengah bermain ponsel menyerinyit heran, melirik sekilas kearah anak itu yang terlihat hanya Reya tengkurap sambil memeluk bonekanya. Rara sedikit menggeser tubuhnya menjauh agar suara Reya tidak terdengar, menganggu konsentrasinya.

"Bubuuu Eya osen anget ihhh."

"Bubuuu." Reya berangsur mendekat ke Rara lalu memeluk Bubunya itu erat. "Bubuuu," rengeknya benar benar merasa bosan dikala melihat tidak ada tanggapan dari Rara.

"Ya, mau di apain kalau Reya bosen? Masa Bubu harus joget joget gitu? Main aja sama bonekanya, Bubu juga lagi sibuk nih. Jangan ganggu," ucap Rara tanpa menatap Reya.

"Bubu adak Eya omong, angan iem adaa," balas Reya menarik ponsel Rara sambil memasang muka cemberut.

Lagi-lagi, Rara hanya mempu menghela napasnya berat. "Tungguin Dadda pulang sekolah nanti kita mau pergi, jangan ganggu Bubu dulu, Reya. Rese banget sih, siniin handphonenya."

Reya menggeleng sambil menyembunyikan handphone Rara di balik punggungnya. "Ndak! Bubu ndak oleh ain ape elus, alus ain tama Eya ada. Alo ndak Eya aduin te Dadda nih." Reya berlagak seolah sedang mengancam, sambil memasang muka sok galaknya.

"Dih, siniin nggak?" Rara balas melotot sembari berkacak pinggang.

"Bubu akal," ucap Reya.

Bola mata Rara semakin melotot tajam. "Siapa yang nakal? Bubu atau kamu? Heh, enak banget masih kecil ngomongnya gitu, aduin ke Dadda nih."

"Dodo amat. Eya ang aduin Bubu te Dadda, ial Bubu ti ukum ma Dadda." Reya memalingkan mukanya lalu berdiri dan berlari menjauh sambil membawa handphone Rara.

"REYANA CAHAYA BINTI BAGAS ABDULLAH BIN ABDUL ABDULLAH!!"

Di samping tv, Reya tertawa terpingkal-pingkal sambil menyembunyikan handphone Rara ke pojokan. Teriakan yang keluar dari mulut Rara justru membuat anak itu semakin tertawa kencang. Rambut kuncir duanya bergoyang bagai di tiup angin, Reya menyeringai kecil kemudian kembali menghampiri Rara di tempat tadi. Menatap muka masam bubunya sambil menahan tawa.

"Bubu Eya mo tutu."

"Bikin sendiri sana, ngapain minta bikinin. Katanya, kan, Reya udah gede. Yaudah bikin sendiri aja," balas Rara masih merasa kesal.

BagasRara [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang