|28| BagasRara

45K 5.7K 3.4K
                                    

Sesuatu yang udah berdiri susah untuk di tidurin lagi.
BagasAbdullah

Spam komen kalian!
.
.
.

"Setan!" maki Andra tak tertahan.

Riel yang berada di sampingnya mengelus bahu temannya pelan. "Sabar, bro. Kita liat aja, si bocil pasti menang."

"Lo liat goblok!" sentak Andra melepaskan tangan Riel dari bahunya kasar. "Tuh pengecut udah sabotase jalanannya! Di tambah ini licin, bahaya!" ia membuang nafasnya kasar.

Riel mengangguk mengerti. "Iya gue tau, tapi lo jangan lupain si Bagas punya 1001 cara skil balapnya. Sabotase kaya kaya gini gak ada apa apanya buat dia, percaya ama gue."

"Malah dulu ada yang lebih parah dari ini kalo lo lupa." sahut Nio di sebelahnya.

Andra memandang arena balap liar ini cemas. Meskipun hatinya bilang orang yang tengah balapan itu tidak akan kenapa napa, namun pikirannya tetap khawatir. Bagas memang gak usah diragukan lagi kemampuannya menguasai jalanan, cowok itu selalu bisa ngeles jika ada yang berbuat curang. Seperti ini.

Ck. Pria berjaket kulit itu berkacak pinggang. "Si Rahmat kemana? Tumben gak keliatan." tanyanya tanpa menatap Riel dan Nio.

"Dia ke club, tempat kerjanya si Bagas. Abis itu langsung ke bengkel, nyegah bang Peril kesini." jawab Riel.

"Habis kita kalo bang Peril tau." guman Nio pelan.

Riel menoleh ke arah cowok itu. "Santai elah. Kita liat nih, dua puluh menit lagi si Bagas bakalan sampe duluan ke garis finish." ucapnya yakin.

"Yakin banget lo" Andra melirik Riel sekilas. Merasa heran sekaligus curiga dengan cowok berambut blonde itu.

Sementara Riel justru tersenyum misterius. Tanpa membalas ia memandang arena balap ini tenang.

"Dia yang paling kecil, dia juga yang paling cerdik." gumannya.

Di tengah jalanan yang hanya terdapat penerangan dari lampu jalan remang remang, dua remaja itu masing masing menarik gasnya kencang. Membuat kesunyian malam terganggu dengan suara motornya.

Dua motor hitam dan Hijau itu membelokkan motornya begitu melewati tikungan, motor hitam lah yang memimpin di depan. Dengan sekali tarikan gas, ia meninggalkan motor hijau jauh di belakangnya.

Dirasa lawannya tertinggal cukup jauh, Bagas mengendurkan gas motornya sambil melirik belakang lewat spion. Matanya memincing di balik helm full face begitu menatap aspal di depannya.

"Sejak kapan aspal jadi mengkilat."

Bagas berdecak, ia sudah mengira Rizal akan main curang. Aspal itu pasti sudah di siram dengan bensin.

"Pengecut." decak cowok itu menghentikan motornya.

Bagas turun dari motor lalu mendorongnya ke pinggir jalan, tidak ada jalan lain selain lewat semak semak ini untuk sampai ke dapan. Namun sebelum itu, ia meraup daun daunan kering dan menaburkannya ke aspal mengkilap tadi. Setelah dirasa pas, kakinya segera berlari mendorong motornya cepat.

"Kecurangan malah bikin lo susah."

Tubuh beserta motornya hilang di balik pojon pohon besar itu. Bagas tersenyum licik, anak orang kaya seperti itu harus di kasih pelajaran sedikit. Hanya sedikit, untuk hari ini.

BagasRara [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang