|7| BagasRara

46.1K 6.8K 1.2K
                                    

Rara mengintip sedikit dua orang yang tengah duduk di depan sana sambil menuntun Reya di tangannya. Kakinya berjalan menghampiri Bagas dan bapaknya, ada sesuatu yang ingin di sampaikan.

"Bagas" panggil Rara.

"Apa?"

"Bisa Ibu bicara dengan kamu" itu suara ibunya Bagas yang meliriknya

Rara mengangguk, sebelum masuk ke dalam. Ia mencium kening anaknya terlebih dahulu.

"Iya bu"

Surti--ibunya Bagas melipat tangan ke depan dada. Matanya memperhatikan Rara dari atas sampai bawah. Wanita paru baya itu kemudian memalingkan wajahnya sambil menghela nafas.

"Saya mau tanya" ujar Surti.

"Kamu waktu melahirkan Reya, normal atau caesar?"

Rara mengangkat kepalanya, sedikit bingung dengan pertanyaan wanita itu. Tak mau membuatnya marah, ia mengangguk kecil.

"Caesar"

"Oh" Surti mengangguk angguk. "Di umur 16 tahun, sudah merasakan sakitnya melahirkan. Hebat, kamu gadis..maksud saya perempuan yang kuat" lanjutnya lalu duduk di kursi kayu.

"Tapi saya juga heran" ucap Surti lagi, "Kamu kok bisa kuat"

"Maksud ibu?" tanya Rara tak mengerti.

Surti tertawa kecil. "Tubuh kamu kuat, dan tidak terjadi apa apa saat hamil dan melahirkan" balasnya.

"Seharusnya di usia semuda itu, kamu bisa saja tidak selamat. Tubuh yang masih muda, hormon yang belum kuat. Dan tidak bisa memberikan Reya Asi seperti bayi lainnya"

Deg

Rara memilin roknya kuat. Wanita berstatus ibu dari suaminya itu seakan mengharapkan kematiannya. Dia tidak tau, bagaimana rasanya dulu bertahan disaat rasa sakit yang teramat dirasakannya. Belum lagi tekanan batin dari orang orang terdekatnya.

"Rara emang gak bisa kasih Reya Asi seperti seorang ibu pada umumnya. Asi Rara gak keluar, Rara udah coba berbagai macam cara. Tapi kata dokter memang gak bisa. Rara kalau suruh milih juga gak mau Reya minum susu formula, bu" ujar Rara, perempuan itu menundukkan kepalanya sambil mengusap pipinya.


"Mana mungkin seorang perempuan yang baru melahirkan tidak bisa mengeluarkan Asi untuk anaknya sendiri" balas Surti berdecih.

Rara menggigit bibir bawahnya pelan, ia juga tidak tau. Saat itu kondisinya tidak terlalu sadar dengan apa yang terjadi. Dan apa yang dikatakan Mamahnya dulu.

Sementara di depannya wanita paru baya tersebut memijit dahinya pusing. "Ya mungkin itu juga balasan, atas apa yang orang tua kamu lakukan pada Bagas, Ibu dan Bapak. Rasa sakit hati itu masih berbekas sampai sekarang. Perkataan Papah kamu yang terlalu menjunjung tinggi martabat itu tidak akan pernah kami lupakan. Kamu tau Rara, bahkan Ibu benci melihat kamu yang dekat dengan Bagas"

"Kamu sudah merebut anak lelaki satu satunya Ibu, anak yang menjadi kebanggaan Ibu. Kamu bawa dia pergi, kamu buat dia melupakan orang tuanya. Kamu jauhkan dia dari Ibu dan Bapak"

BagasRara [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang