pangeranbulan
"APA KAMU mau ikut ke kantin?" tawar seorang cowok yang sebangku dengan Yoosun ketika jam istirahat.
Yoosun balas menggeleng pelan. Dia masih belum lapar. Mungkin nanti jam istirahat kedua saja di pergi ke kantin. "Sepertinya aku akan membaca di perpustakaan saja."
"Sudah kuduga. Baiklah kalau begitu aku ke kantin duluan ya," pamit cowok itu menepuk pundak Yoosun lalu beranjak pergi keluar kelas.
Saat dalam perjalanan menuju ruang perpustakaan. Muncul Mihi dari lorong yang memang sedang ingin pergi menemui Yoosun di kelasnya.
"Hei budak ku!" panggil Mihi melangkahkan kakinya semangat menghampiri Yoosun.
"Kenapa kamu memanggil ku seperti itu," ujar Yoosun tidak terima. Karena hal itu membuat murid lain yang berada di sana memandangnya aneh.
"Apa kamu lupa? Kamu kan sekarang memang budak ku? Aish, baru juga beberapa jam tapi kamu sudah tidak ingat saja," keluh Mihi melipat tangannya di depan dada.
"Kamu kan bisa memanggilku dengan namaku saja. Tidak usah dengan budak-budak segala. Kamu kira ini jaman apa?"
Mihi mengerucutkan bibirnya. "Baiklah aku akan memanggilmu dengan sebutan sayang saja bagaimana?"
"Tapi aku bukan pacarmu," tolak Yoosun mengernyitkan dahinya heran.
"Menurut ku rasa sayang itu tidak harus untuk pacar kok. Bisa saja pada keluarga, teman ataupun budak. Jadi anggap saja aku menyayangimu sebagai budak ku. Mengerti?"
Yoosun terlihat makin kebingungan. Entah apa maksud dari perkataan dari cewek itu. "Terserah apa mau mu sajalah."
"Ngomong-ngomong kamu mau kemana? Aku lapar nih. Temanin aku ke kantin ya," ajak Mihi langsung menarik tangan milik Yoosun bahkan sebelum cowok itu sempat mengatakan mau ikut atau tidak.
"Tapi aku mau pergi ke perpustakaan."
"Sudah nanti saja ke perpusnya. Sekarang kita makan dulu aku yang traktir deh. Aku majikan yang baik kan," seru Mihi tersenyum manis.
Akhirnya Yoosun hanya bisa menuruti kemauan Mihi. Mereka pun pergi ke kantin dan makan bersama. Sialnya Yoosun malah disuruh-suruh oleh cewek itu untuk memesan dan mengantarkan ke meja mereka.
"Aku sebenarnya tidak terbiasa memakan makanan murahan seperti ini. Tapi setidaknya ini masih bisa di makan," komentar Mihi mulai menyumpit makanan di depannya.
"Kenapa kamu menyebut makanan ini murahan. Dan juga ini lebih dari layak untuk di makan menurut ku," sahut Yoosun yang sudah menghabiskan setengah mangkuk mie.
Mihi balas menatap pada Yoosun. Dia merasa cara makan cowok itu menggemaskan. Bagaimana caranya mengigit makanan di dalam mulutnya sungguh lucu.
"Berhenti bertingkah sok imut seperti itu. Gigit makanan mu dengan benar," ujar Mihi mengulum senyumnya.
Yoosun terlihat mengernyitkan dahinya bingung. "Apa yang sok imut. Dari dulu cara ku makan memang seperti ini."
"Oh iya? Lucu sekali melihat cowok makan seperti itu," balas Mihi tersenyum geli seraya mulutnya sibuk mengunyah makanan.
Ketika Mihi sedang asyiknya makan bersama Yoosun. Tiba-tiba saja ada seseorang yang menumpahkan minuman ke bajunya saat sedang lewat.
"Maaf aku tidak sengaja," ujar cewek yang menumpahkan minuman pada Mihi terlihat menyesal.
Mihi meletakan sumpitnya di atas meja dengan kesal. "Aku tahu kamu sengaja melakukannya Nari."
"A-Apa maksud mu aku benar-benar tidak sengaja Mihi. Untuk apa juga aku menumpahkan minuman yang aku beli padamu," jelas Nari takut cewek itu akan marah padanya.
"Cih, tidak perlu bersikap sok polos. Berani sekali kamu menumpahkan minuman murahan itu pada seragam ku," kesal Mihi berdiri dari duduknya dan menatap dingin pada cewek itu.
Yoosun yang melihat situasi mulai memanas buru-buru menengahi dua cewek itu. Saat Mihi hendak menjambak rambut Nari dia segera menahan tubuh cewek itu agar menjauh.
"Jangan tahan aku. Biarkan aku memberi pelajaran pada nenek sihir itu!"
"Jangan bikin ribut di sini nanti kamu akan mendapat masalah dengan guru konseling," peringat Yoosun yang akhirnya memutuskan untuk memikul tubuh mungil Mihi dan pergi menjauh dari kantin. Jelas hal tersebut membuat cewek itu jadi bahan tertawaan murid-murid di sana.
"Lepasin aku! Kamu ini bikin malu aku saja!" teriak Mihi memukul punggung Yoosun.
Mihi sangat kesal melihat orang-orang yang menertawakannya terlebih lagi saat dia melihat Nari yang juga ikut tertawa. Hal itu semakin membuat amarahnya meningkat.
Akhirnya dengan cepat Mihi melepas sepatunya dan dengan konsentrasi tinggi dan tatapan tajamnya. Dia melemparkan sepatunya itu ke wajah Nari.
Benar saja, sepatu milik Mihi mendarat tepat di dahi cewek itu. Membuat Mihi yang gantian tertawa jahat dalam keadaan sedang di pikul oleh Yoosun. Pun juga murid-murid di sana gantian menertawakan Nari.
"Dasar nenek lampir manja! Awas saja aku akan membalas mu nanti!" teriak Nari mengelus dahinya yang barusan tertimpuk sepatu milik Mihi.
Ketika sampai di ruang UKS Yoosun menurunkan tubuh Mihi. Cewek itu terlihat benar-benar kesal atas perbuatan Yoosun karena telah menghalanginya tadi.
"Kamu itu budak ku. Kenapa kamu bertindak tanpa persetujuan ku?" sungut Mihi seraya menepuk-nepuk seragamnya yang masih basah akibat tumpahan minuman milik Nari.
"Aku hanya tidak ingin kamu ribut di sana. Lagipula apa kamu tidak malu bertengkar di kantin seperti itu?"
"Dia yang duluan memancing ku. Kalau saja dia tidak dengan sengaja menumpahkan minuman padaku aku tidak akan cari masalah."
"Tapi bisa saja dia benar-benar tidak sengaja kan?" balas Yoosun memberi pengertian pada Mihi.
"Kamu tidak tahu saja sifat nenek sihir itu. Dia hanya pura-pura polos tahu," kilah Mihi dengan wajah cemberut karena cowok itu lebih membela Nari.
"Ini pakai saja sweater ku. Biar noda minuman di seragam mu tidak kelihatan," ujar Yoosun memberikan sweater pink miliknya pada cewek itu.
"Aku tidak mau memakai sweater murahan seperti ini," tolak Mihi mengembalikan sweater itu pada Yoosun.
"Ya sudah kalau tidak mau," sahut Yoosun memakai kembali sweater miliknya itu.
"Aku di sini saja sampai pulang nanti. Aku tidak mau orang-orang melihat ku dengan seragam kotor seperti ini," tutur Mihi mengambil posisi tiduran di atas kasur UKS.
"Baiklah jika itu mau mu. Kalau begitu aku pergi duluan ke kelas," sahut Yoosun hendak pamit dari sana.
"Siapa suruh kamu buat pergi? Temanin aku di sini," perintah Mihi tersenyum jahil saat cowok itu sudah membuka pintu.
"Tapi sebentar lagi kita akan masuk," ujar Yoosun kembali menghampiri Mihi yang sudah memejamkan matanya tiduran di atas kasur.
"Sekali-kali murid rajin seperti mu perlu bolos. Sekarang pijit kaki ku. Karena terus berjalan rasanya penat sekali," perintah Mihi menepuk-nepuk kakinya.
Yoosun hanya bisa mendengus pasrah lalu duduk di dekat Mihi dan mulai memijit kaki cewek itu. "Ngomong-ngomong kemana sepatu mu yang satunya?"
"Aku melemparkannya pada wajah nenek sihir itu tadi dan mengenai dahinya," sahut Mihi tertawa jahat dengan keadaan mata masih terpejam.
Yoosun hanya bisa berdecak prihatin. Bagaimana bisa ada cewek modelan seperti Mihi ini. Padahal penampilannya tampak seperti siswi baik-baik dengan kacamatanya itu. Tapi sifatnya sungguh sangat liar.
...
Np : lama tak update👀🤭
Btw laporan kll kelompok aku masih belom selese dan harus revisi ulang lagi dan lagi🤧 abis update ini juga ku mau lanjut kerjain lagi. Fighting!!!🙉🙊🤣
My Prince Friend 3, 5 Februari 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
My Prince Friend - Kim Seokjin BTS
FanfictionSeokjin yang bertemu dengan Suny di hari yang sama dengan perginya mamanya dari rumah bersama seorang pria asing. Sejak saat itu pun mereka menjadi sahabat dekat hingga dewasa. *** Suatu hari secara tiba-tiba Lena, mama Seokjin pergi dari rumah bers...