2

1.9K 164 3
                                    

pangeranbulan 🌙


"APA BENAR kita akan tinggal di sini Bu?" tanya Suny masih tidak percaya. Wajahnya telihat sangat senang malam ini. Tubuhnya yang sudah berselimut beranjak mendekati Manda yang sedang sibuk menyetrika seragam sekolah putrinya.

"Untuk sekarang bisa ibu bilang iya. Kita berharap saja semoga ibu bisa bekerja dengan baik di sini," senyum Manda sembari mengusap puncak kepala Suny.

"Ngomong-ngomong tadi ibu melihatmu ngobrol dengan tuan muda. Apa kalian sudah berkenalan tadi?" Kali ini Manda balik bertanya kembali sembari sibuk menyetrika.

"Maksudnya Seokjin? Iya tadi kami berdua sudah berkenalan Bu."

"Apa kamu tahu Suny?"

"Tahu apa Bu?"

"Tuan muda dan kamu akan satu sekolah lho," seru Manda bersemangat.

"Satu sekolah? Bukannya dia orang kaya Bu. Pasti sekolahnya di tempat yang bagus. Kenapa aku bisa satu sekolah dengannya?"

"Suny, apa maksudmu putriku?"

Suny terdiam sesaat. "Tidak, aku hanya merasa aku dan dia berbeda Bu."

Manda menghela napas miris menatap pada putrinya. Tanganya kembali mengusap rambut Suny.

"Sayang, mungkin kamu tidak terlahir dari keluarga yang kaya tetapi itu bukan berarti kamu tidak bisa menjadi kaya. Semua bisa terjadi kalau kamu mau berusaha. Lagipula ini adalah kesempatan buatmu majikan ibu berbaik hati menyekolahkanmu di sekolah yang bagus."

"Baik Bu. Aku akan semangat sekolah!" tutur Suny bersemangat.

"Anak pintar, ayo sana tidur besok 'kan kamu mulai masuk sekolah."

Suny kembali pada tempat tidurnya. Sebelum benar-benar tidur dia sempat memerhatikan ibunya yang sepertinya sedang menyetrika seragam sekolah laki-laki sama seperti seragam miliknya.

Ditengah tidurnya Suny beranjak bangun. Dia merasa tenggorokanya kering karena haus. Diperhatikanya ibunya yang tertidur di sampingnya. Ibunya terlihat kecapean mengurus pindahan rumah seharian ini. Suny tidak enak kalau harus membangunkan ibunya cuma karena ingin minum.

Akhirnya dia berinisiatif beranjak mencari air minum di rumah itu. Suny tidak tahu persis jam berapa saat ini yang jelas keadaan rumah itu sudah sunyi sekali. Bahkan suara pintu yang dia buka terasa terdengar begitu jelas diheningnya keadaan rumah itu.

Suny berjalan menuju dapur. Tidak jauh dari kamar dia dan ibunya karena letak kamar mereka di bagian belakang rumah.

Langkah kakinya terhenti saat melihat ada seseorang di dapur. Anak laki-laki yang tadi berkenalan dengannya, Seokjin.

Seokjin yang sedang bingung memerhatikan kotak susu itu mengalihkan perhatianya pada Suny yang baru saja datang.

"Eh, kamu lagi ngapain?" Suny memberanikan diri mendekati anak laki-laki itu.

"Aku cuma pengen minum susu hangat. Biasanya mamaku yang bikinin. Tapi aku gak tau cara bikinya gimana."

Suny memerhatikan gelas yang sudah berisi serbuk susu di atas meja. Dia tertawa kecil seketika. "Itu kamu masukin serbuknya kebanyakan masa setengah gelas lebih kamu masukinya."

"Tapi di sini tulisanya masukin setengah gelas serbuk susunya," bantah Seokjin menunjuk cara pemakaian produck yang tertulis di kotak susu itu.

Suny kembali tertawa geli. Lebih mendekati Seokjin dan mengambil gelas takaran susu yang ada di atas meja. "Maksudnya itu gelas ini bukan gelas beneran yang gede itu."

"Oh, aku 'kan gak tahu."

Suny berpikir pasti anak laki-laki ini terlalu dimanja oleh keluarganya sampai-sampai susu yang sering dia minum saja tidak tau cara bikinya.

"Ya sudah sini aku aja yang bikinnya."

"Emang kamu bisa bikinya?" tanya Seokjin agak ragu.

"Bisa donk aku udah biasa bikin susu sendiri pagi-pagi."

Seokjin agak mundur saat Suny mengambil alih tempatnya dan mulai membuat susu hangat. Setelah menakar ulang serbuk susu di dalam gelas itu kini Suny tinggal memasukan air hangat. Karena sudah air hangat di dalam termos jadi dia tidak perlu repot lagi memasak air.

Setelah selesai mengaduk-ngaduk susu hangat itu Suny mempersilahkan Seokjin untuk mengambil susu hangat itu. "Susu hangatnya sudah jadiii...," seru Suny kepada Seokjin.

"Eh lupa tadikan aku haus pengen minum."

Suny langsung mengambil gelas dan menuangkan air putih ke dalam gelasnya lalu meneguknya.

"Kamu gak mau susu?" tawar Seokjin pada Suny.

"Enggak ah kamu aja. Aku tadi haus pengen minum air putih taunya ketemu sama kamu."

"Eh aku balik ke kamar dulu ya. Kamu gak apa-apa 'kan di sini sendirian?"

"Iya nggak apa-apa. Makasih ya udah bikinin aku susu hangat," balas Seokjin.

"Emang kamu gak takut sendirian di sini?"

"Takut kenapa?"

"Ya soalnya 'kan udah malem. Yaudah aku pergi duluan ya," pamit Suny tertawa jahil.

Saat hendak masuk ke kamar Suny kaget bukan main saat pintu kamar tiba-tiba saja terbuka.

"Kamu dari mana?" Ternyata Manda yang membuka pintu hendak mencari Suny.

"Ibu bikin kaget ajaaa," seru Suny mengelus dadanya kaget.

"Aku tadi nyari minum haus."

"Ya sudah cepat masuk kamar udah malam." Suny masuk ke dalam kamar itu.


♡♡♡


Pukul 6 pagi Manda bangun dari tidurnya. Dia harus masak sarapan untuk keluarga ini.

Setelah mencuci muka dan memakai seragam pembantu Manda langsung menuju ke dapur. Dia sedikit terkejut saat melihat tuan muda tertidur di meja dapur.

"Kenapa tuan muda tidur di sini," gumam Manda.

Di hampiri olehnya tuan muda lalu dengan hati-hati dibangunkan olehnya. "Tuan muda, tuan muda?"

Seokjin yang tadinya terlelap tidur perlahan terbangun. Dia mengusap matanya dan di sampingnya sudah ada seorang pembantu baru yang kemarin baru datang.

"Tuan muda kenapa tidur di sini?" tanya Manda heran.

"Sepertinya aku ketiduran," jelas Seokjin memerhatikan gelas berisi susu yang tinggal setengah di atas meja. Dia ingat semalam cewek itu membuatkanya susu hangat.

"Ya sudah sebaiknya Tuan muda segera mandi. Hari ini Tuan muda akan mulai sekolah 'kan."

"Hm, tolong siapkan air hangat ya Bi. Aku mau mandi air hangat pagi ini."

"Baik nanti akan saya siapkan Tuan muda."

Seokjin pun beranjak pergi ke kamarnya. Manda sedikit tersenyum kecil karena lucu melihat bibir tuan muda yang bernoda susu.






My Prince Friend - Kim Seokjin BTSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang