Hening
SEOKJIN MENGHAMPIRI Bim dan Suny yang sedang duduk di bangku taman. Lalu kemudian ikut duduk di tengah di antara mereka berdua. Membuat suasana jadi canggung."Apa kalian sedang membicarakan sesuatu yang penting? Ah, sepertinya kehadiranku mengganggu kalian berdua," seringai Seokjin pada sosok pria di sampingnya yang sudah memandangnya dingin.
"Rasanya rindu juga ya. Dulu kalian berdua adalah murid yang populer karena kepintaran kalian. Aku ingat dengan jelas saat pengumuman hasil ujian semester nama kalian berdua selalu berada di rangking tertinggi. Kalian, seperti bersaing satu sama lain. Dulu siswa di sekolah menjuluki kalian dengan sebutan pangeran dan puteri kelas A."
"Aku benci julukan itu," sahut Bim dan Suny hampir secara bersamaan. Membuat Seokjin tersenyum kecil.
"Ketika Suny pindah. Murid di sekolah menyebut Sang pangeran telah kehilangan Sang puteri. Benar begitu kan, Bim?" tanya Seokjin memancing sosok pria itu.
"Kalian berdua seperti pasangan yang benar-benar cocok. Jujur dulu aku merasa sangat cemburu padamu Bim. Dan aku merasa tidak punya harapan lagi."
Suasana di sana berubah hening. Tidak ada lagi pembicaraan di antara mereka bertiga. Hanya suara daun-daun yang diterpa angin yang mengisi kesunyian di sana.
"Tapi semesta telah berkata lain. Sekarang keadaan sudah berubah. Aku merasa takdir telah memberiku kesempatan kedua untuk bersama dengan wanita yang sangat aku sayangi."
"Jadi, Tuan Bim. Sebagai sesama seorang pria aku meminta padamu. Agar memberiku kesempatan untuk bersama dengan wanita yang aku cintai ini." Seokjin tanpa ragu memegang tangan milik Suny. "Aku harap kamu juga bahagia dengan keluarga kecilmu bersama Loli."
Suny menatap pada wajah Seokjin. Dia tidak menyangka pria itu akan bersikap seberani ini. Tapi di sisi lain dia merasakan hangat di dadanya. Seulas senyuman kecil terukir di bibirnya.
Sementara Bim hanya bisa terdiam. Tak lama kemudian dia mendengus geli. Menepuk-nepuk bahu sosok pria di hadapannya. "Kamu sudah menjadi pria yang dewasa ya sekarang."
"Kamu kira selama ini aku bocah ingusan?" decak Seokjin balas tersenyum tipis. "Jadi kamu setuju untuk memberiku kesempatan? Apa kita perlu bersaing sekali lagi?"
Kali ini Bim tertawa geli. "Aku tidak berniat untuk mempunyai dua istri. Satu istri saja sudah sangat merepotkan. Aku harap kamu berhasil mendapatkan wanita yang sangat kamu cintai itu," ucap Bim melihat pada sosok Suny yang saat ini pipinya sudah semerah tomat.
"Kalau begitu selamat berjuang, aku pergi duluan. Ada pekerjaan di kantor yang harus aku urus," pamit Bim pada mereka berdua lalu kemudian pergi dari tempat itu.
Sekarang Bim sudah memiliki perusahaan yang dia rintis sendiri dari nol. Akhirnya setelah sekian lama. Mimpi terbesarnya telah terwujud. Kedua orang tuanya juga sudah tidak bekerja lagi sebagai pembantu di rumah keluarga Loli.
Kini orang tuanya sudah punya rumah sendiri berkat usahanya. Terkadang Bim dan keluarga kecilnya akan pergi ke sana ketika libur. Puterinya, Nari sangat senang mengabiskan waktu di sana karena ada sebuah perkebunan anggur milik kakek dan neneknya.
Bagi Bim, hal seperti itu sudah cukup baginya. Dia sangat bahagia bersama keluarga kecilnya. Dia tidak ingin hanya karena perasaan lama yang dia miliki untuk Suny. Menghancurkan kebahagian yang selama ini telah menghiasi hidupnya.
Saat ini Bim hanya berharap. Agar Suny juga dapat menemukan kebahagian yang selama ini wanita itu cari. Dan ketika Seokjin mengatakan akan memperjuangkan Suny. Bim juga ikut senang karena pada akhirnya wanita itu punya kesempatan untuk bersama pria yang dia cintai.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Prince Friend - Kim Seokjin BTS
FanfictionSeokjin yang bertemu dengan Suny di hari yang sama dengan perginya mamanya dari rumah bersama seorang pria asing. Sejak saat itu pun mereka menjadi sahabat dekat hingga dewasa. *** Suatu hari secara tiba-tiba Lena, mama Seokjin pergi dari rumah bers...