Kisah Ayah dan Anak
PRIA ITU melangkahkan kakinya cepat mendekati Manda dan Suny yang berada di dekat bangku taman. Senyum khasnya tergambar jelas diwajahnya kala melihat sosok putrinya di sana.
Putri yang dulu pernah dia sia-siakan bahkan dia tinggalkan begitu saja saat itu. Kini sudah menjadi gadis yang cantik seperti ibunya.
Setelah perpisahan dan penantian yang sangat lama akhirnya dia dapat melihat putrinya yang belum pernah dia temui seumur hidupnya sejak anak itu lahir.
Ketika jarak di antara mereka berdua semakin menipis. Daen melebarkan tangannya bersiap untuk merangkul Suny yang berada di hadapannya.
Tapi bukan pelukan hangat yang dia dapatkan justru tamparan yang sangat kencang di wajahnya yang Daen terima. Membuatnya spontan memegangi pipinya yang tadi habis tertampar. Sembari mengaduh kesakitan.
Manda yang menyasikkan kejadian itu terlihat sangat terkejut lalu sontak berdiri dari duduknya. Dia tidak menyangka Suny akan melakukan hal semacam itu pada ayahnya.
Daen memandang wajah putrinya itu. Mata gadis itu terlihat berkaca-kaca melihat padanya dangan tatapan benci.
Ketika bertemu dengan ibunya di cafe waktu itu dia juga mendapat tamparan dari wanita itu. Sekarang dia harus menerima tamparan juga dari putrinya.
Tapi kali ini tamparan yang diberikan oleh putrinya jauh lebih bertenaga dan tentu sakitnya juga lebih lagi. Sepertinya tenaga brutal yang dimiliki oleh gadis itu menurun darinya.
"Pria brengsek!" hardik Suny kembali memukul sembarang pada pria itu.
Daen melindungi wajahnya dengan kedua lengannya. Sekarang punggungnya yang justru menjadi sasaran dari kemarahan gadis itu.
"Suny berhenti memukuli ayahmu!" lerai Manda mencoba menarik tubuh putrinya agar menjauh dari ayahnya.
Akhirnya gadis itu menghentikan aksinya setelah Manda bersusah payah meleraikan mereka berdua. Kedua tangan Suny terkepal kuat memandang emosi pada pria itu.
"Ini semua tidak seberapa dengan apa yang telah kamu lakukan pada ibuku!"
Daen menegakkan tubuhnya seraya memegangi bahunya yang terasa nyeri akibat pukulan dari gadis itu. Dia tidak menyangka akan mendapat serangan dari putrinya sendiri di waktu pertama mereka bertemu.
"Kamu harusnya pergi saja selamanya dan jangan pernah kembali. Aku dan ibu sudah bahagia tanpa dirimu!" maki Suny yang membuat pria itu kini tertunduk diam.
"Ayo ibu, kita pergi saja dari sini. Aku tidak sudi harus bertemu dengan pria seperti dia."
Suny menarik tangan ibunya agar segera beranjak pergi dari sana. Manda dapat merasakan tangan putrinya yang gemetaran di genggaman tangannya.
"Tapi Suny ayahmu sudah lama ingin bertemu denganmu. Setidaknya berikan ayahmu kesempatan untuk berbicara," bujuk Manda mencoba menahan putrinya agar tidak pergi begitu saja.
"Sejak lahir aku tidak pernah berjumpa dengannya. Akan lebih baik jika kami tidak pernah bertemu sama sekali."
"Suny...," panggil Daen dengan suara yang berat dan bergetar.
Ini pertama kalinya dia memanggil nama putrinya itu. Sebelumnya dia bahkan tidak pernah tahu siapa nama anaknya.
Dia tidak sedih karena tindakan yang gadis itu lakukan padanya. Daen memang pantas menerima umpatan dan pukulan dari Suny yang emosinya memuncak saat ini.
Tapi mendengar ucapan gadis itu tadi benar-benar membuat hatinya ngilu. Sebegitu besarnya kah rasa benci putrinya pada Daen.
"Ayah minta maaf sama kamu. Aku memang tidak bisa menjadi seorang ayah yang baik buat kamu selama ini. Tapi ijinkan ayah untuk memperbaiki semuanya sekarang."
Akhirnya buliran air mata yang sedari tadi ditahan oleh gadis itu mengalir juga. Karena Suny membelakangi Daen, pria itu tidak dapat melihatnya yang sedang menangis.
"Ayo kita pergi Bu," ajak Suny yang kali ini ibunya turuti.
Manda rasa sekarang bukanlah saat yang tepat bagi ayah dan anak itu untuk bertemu. Mungkin lain kali ketika mereka berdua sama-sama sudah siap. Terutama Suny, dia perlu beradaptasi dengan keadaan ini dulu.
♡♡♡
"Kamu gak perlu sok peduli sama aku Bim," keluh Loli sibuk mengerjakan soal latihan yang cowok itu berikan.
Selama masa skorsingnya Loli mengisi kegiatannya dengan belajar bersama Bim. Cowok itu lebih memilih menemani Loli ketimbang ke sekolah.
Dia tahu jika tidak begini. Loli akan menghabiskan masa skorsingnya dengan jalan keluar bersama teman-temanya itu.
Apalagi sebentar lagi akan ada ujian akhir semester. Jadi Bim harus sebisa mungkin membuat Loli belajar. Agar nantinya cewek itu tidak kesulitan waktu ujian nanti.
"Aku bukan sok peduli. Aku memang peduli sama kamu Loli," jelas Bim yang fokus pada buku yang dibacanya.
Loli mendengus kesal mendengar perkataan cowok itu. Baginya apa yang Bim katakan barusan hanyalah omong kosong belaka.
"Terus kenapa kemarin kamu lebih belain si Suny itu dari pada aku! Itu yang namanya peduli ya?" sungut Loli yang kini mengalihkan perhatiannya pada Bim.
Cowok itu juga balik memerhatikan Loli. "Itu juga termasuk rasa kepedulian aku ke kamu. Kemarin kamunya memang salah. Memangnya mau aku biarin aja kamu kayak gitu terus?"
"Gak tau ah!" rajuk Loli memilih kembali mengerjakan soal-soal itu.
Pikirnya Bim mengatakan itu cuma karena tidak mau mengakui bahwa memang benar cowok itu lebih membela Suny daripada dirinya.
"Ini kamu kerjain soalnya masih banyak yang salah. Coba kamu lebih fokus lagi ngerjainya."
Bim sedang mengoreksi latihan soal yang telah Loli selesaikan. Mungkin karena terbawa mood yang buruk banyak soal yang cewek itu kerjakan masih salah.
"Iya, iyaaa, aku memang gak sepintar si Suny itu," ungkap cewek itu geram mendengar ucapan Bim.
"Kalau kamu ngerasa gak sepintar dia. Makanya kamu harus belajar lebih giat lagi."
Bim menambah lembaran soal latihan di atas meja belajar cewek itu. Loli hanya memasang wajah cemberutnya mendengar perkataan Bim.
"Ah!" pekik Loli ketika cowok itu memencet dan menggoyangkan hidungnya karena gemas melihatnya yang cemberut.
"Bim kamu kebiasaan deh!"
"Habis kamu lucu sih," tutur cowok itu tertawa geli.
"Lagian aku gak perlu sepintar Suny buat dapetin Seokjin."
Loli tersenyum sinis percaya diri. Dia hanya perlu membuat Seokjin dan anak pembantu itu semakin berjarak. Dengan begitu dia akan dengan mudah mendapatkan Seokjin.
Karena memang hanya Suny yang menjadi penghalang bagi Loli saat ini. Sekarang dia harus memakai taktik yang jauh lebih elegan.
Tanpa harus berbuat frontal seperti kejadian di toilet waktu itu. Dia akan membuat Seokjin sendiri yang akan menjauhi Suny.
Dan sekarang sepertinya rencanaya sudah berjalan dengan baik secara perlahan. Loli hanya perlu sedikit bersabar sampai waktunya tiba nanti.
"Senyum kamu aneh."
"Ah!" teriak Loli lagi saat Bim iseng memencet hidungnya untuk yang kedua kalinya.
"Kamu jadi pintar juga gak ada hubunganya buat dapatin si Seokjin mu itu. Apa yang diperluin itu perasaan tulus kamu ke dia."
Bim mendengus geli menatap pada cewek itu. "Kamu tulus gak sama dia?"
Pertanyaan Bim hanya mendapat respon diam dari Loli. Dia mengalihkan pandangannya seolah ada yang sedang cewek itu tutupi.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Prince Friend - Kim Seokjin BTS
FanfictionSeokjin yang bertemu dengan Suny di hari yang sama dengan perginya mamanya dari rumah bersama seorang pria asing. Sejak saat itu pun mereka menjadi sahabat dekat hingga dewasa. *** Suatu hari secara tiba-tiba Lena, mama Seokjin pergi dari rumah bers...