15

202 43 16
                                    

pangeranbulan🌙

"ANDA BELUM terlambat Pak. Silakan duduk," sambut Pak Lee pada Seokjin yang baru sampai.

Seokjin mengambil posisi duduk di dekat Mihi. Cewek itu terlihat sangat senang karena Seokjin datang. Walau secara biologis pria itu bukanlah orang tua kandungnya. Setidaknya dia tidak seperti anak buangan di sana.

Mihi bersyukur, masih ada orang di dunia ini yang peduli padanya. Dia masih ingat betapa bahagianya dia dulu saat pria itu masih bersama dengan mamanya. Semua terasa menyenangkan.

Mihi dulu adalah anak yang manja. Tapi manjanya dia hanya karena ingin mendapat kasih sayang dari Papa Seokjin dan mamanya. Sekarang dia manja karena harta yang dimiliki oleh keluarganya.

Dulu saat masih sekolah dasar. Papa Seokjin atau mamanya akan selalu mengantarnya berangkat sekolah. Jika pembagian raport. Mereka berdua akan datang bersama dan karena itulah Mihi sangat rajin belajar.

Dulu, dia adalah anak yang rajin dan pintar. Sampai sekarang masih begitu. Hanya saja, dia tidak punya motivasi lagi untuk menjadi yang terbaik di kelas seperti waktu kecil. Karena untuk apa juga? Tidak ada lagi yang peduli jika dia juara kelas atau tidak.

Perceraian Papa Seokjin dan mamanya adalah titik balik kehidupan Mihi. Dia banyak belajar tentang pahitnya kenyataan. Sosok papa dan mama impian yang selama ini memperlakukannya seperti seorang princess kecil sudah tidak ada lagi.

Mihi harus mulai belajar untuk menjalani pahitnya kehidupan. Mungkin banyak orang lain yang berpikir dia harusnya bahagia karena terlahir dari keluarga yang kaya raya. Tapi apa yang mereka tidak tahu adalah, Mihi telah kehilangan kasih sayang kedua orang tuanya.

Meski begitu setidaknya sekarang Mihi tahu. Ada Papa Seokjin yang masih peduli padanya. Dia menoleh pada pria itu. Diperhatikannya wajah yang berkeringat itu. Seulas senyuman manis terukir di bibirnya. "Terima kasih sudah datang, Pa." Seokjin hanya balas mengangguk kecil.

Seperti yang di duga. Pak Lee mulai berceloteh panjang lebar tentang kasus ketiga muridnya itu. Saat semua orang fokus memperhatikan Pak Lee yang mulai berceloteh panjang lebar di depan sana. Perhatian Bim teralihkan pada Seokjin dan Yoosun.
Entah kenapa, Bim merasa mereka berdua memiliki kemiripan wajah yang identik.

***

Akhirnya setelah acara mendengar ocehan panjang dari Pak Lee. Mereka semua bisa keluar dari ruangan guru konseling itu. Bim sengaja mengajak Suny ke suatu tempat untuk bicara secara pribadi. Dan sepertinya wanita itu juga ingin membicarakan sesuatu dengannya.

"Jadi ... kemana saja kamu selama ini?" tanya Bim ketika mereka berdua berjalan di halaman sekolah.

Seokjin bukanlah satu-satunya orang yang harus kehilangan Suny. Bim juga tidak mendapat kabar dari Suny. Dan wanita itu secara mengejutkan menghilang dari apartemen. Bim juga sibuk mencari Suny kesana-kemari. Tapi dia harus bernasib sama seperti Seokjin. Mereka sama-sama tidak mendapat petunjuk sama sekali dari siapapun.

Suny menoleh pada sosok pria yang berjalan di belakangnya itu. Seutas senyuman tipis terukir di wajahnya. "Seperti yang kamu tahu. Aku pergi  karena harus mengurus anakku."

"Anak itu, dia adalah puteramu dan Seokjin ya? Jadi karena itu kamu tiba-tiba menghilang?" Ada senyuman masam yang tersirat di bibir Bim saat mengatakan itu. Jujur hatinya terasa sesak saat menyadari hal itu. Tentang Seokjin dan Suny yang memiliki seorang anak.

Suny mendengus geli. "Semirip itukah wajah mereka berdua? Sampai-sampai kamu bisa dengan mudah menebaknya?"

"Jadi benar ya. Dia adalah anak kalian berdua?" sahut Bim meneguk ludahnya termenung memandang pada rerumputan di bawah langkah kakinya.

"Gadis cantik yang mirip Loli tadi ... Dia puterimu dan Loli kan? Ah, dia benar-benar cantik seperti ibunya. Ngomong-ngomong sudah lama juga aku tidak bertemu dengan Loli. Bagaimana kabarnya? Apa dia masih menjual kue?"

"Matamu jeli juga. Dia memang mirip dengan Loli. Seperti yang kamu kira. Dia sangat sibuk dengan toko kuenya. Sekarang dia sudah membuka tiga cabang baru di kota lain. Kapan-kapan kamu bisa mampir ke tokonya. Dia pasti sangat senang bertemu denganmu."

"Tapi menurutku, matanya lebih mirip denganmu. Dia punya sorot mata yang menenangkan sepertimu Bim," komentar Suny memilih duduk pada kursi di depannya dan pria itu pun juga ikut duduk di sampingnya.

Untuk sesaat hanya keheningan yang menemani mereka berdua di sana. Sebenarnya ada banyak hal yang mereka berdua ingin katakan satu sama lain. Hanya saja, mereka sama-sama canggung untuk memulai bicara lebih dulu. Bagaimana pun mereka pernah menjalin hubungan di masa lalu dan kini mereka kembali dipertemukan oleh takdir di saat yang tak terduga.

"Bim maaf ya," seru Suny yang membuat Bim balas menatap padanya. Dia memandang pada langit dengan senyuman miris. "Kamu tahu, mengandung bayi dari pria yang sudah beristri itu bukanlah hal yang mudah. Aku memang terlalu egois dan pengecut. Jadi aku lebih memilih untuk menghilang dari kalian berdua."

Lama Bim menatap pada Suny. Hingga akhirnya sebuah dengusan geli menghiasi wajahnya. "Tidak apa-apa. Bertemu lagi denganmu saja aku sudah sangat bahagia."

"Kamu tidak berubah ya Bim. Kenapa kamu sangat baik sekali. Padahal aku seperti menjadikanmu sebagai pelampiasan dari dulu. Tapi kamu selalu saja memberikan apa yang terbaik yang bisa kamu lakukan. Seseorang sepertiku rasanya tidak pantas untuk itu semua," tutur Suny menyengir miris.

"Aku tidak sebaik yang kamu kira Suny. Aku melakukan itu semua ... " Bim menelan ludahnya pelan. "Karena aku mencintaimu. Jika kamu orang lain, mungkin saja aku tidak akan peduli."

"Sebesar apa cintamu itu Bim? Apakah lebih besar dari cinta yang kamu punya untuk Loli?" goda Suny pada pria itu. Dia tahu kalau sudah pasti cinta pria itu untuk Loli jauh lebih besar.

Suny memandang mata hitam Bim saat pria itu menyentuh tangannya. Dia dapat melihat ada kesedihan di dalam sorot mata pria itu. "Suny jika saja waktu itu kamu tidak menghilang. Aku akan lebih memilihmu daripada Loli. Sebesar itu rasa cintaku untuk dirimu."

Buru-buru Suny mengalihkan wajahnya dari Bim. Perlahan dia menjauhkan tangannya dari pegangan pria itu. Dia tahu kalau Bim tidak sedang bercanda tentang ucapannya barusan.

Suny sungguh tidak ingin mengusik lagi hubungan Bim dan Loli. Mereka sudah menjadi keluarga yang bahagia. Dia tidak mau merusaknya. Baginya saat ini yang terpenting adalah dia dapat hidup tenang dan mengurus puteranya. Hanya itu saja.

"Bim aku rasa ... Tidak semua hubungan harus berakhir bahagia. Ada kalanya kita hanya perlu belajar dari hubungan itu untuk menjadi lebih baik lagi," ujar Suny tersenyum tipis pada pria itu. Bim terdiam sesaat memandang wajah Suny takjub. Kemudian balas tertawa kecil.

"Meski berkata seperti itu aku tahu kalau kamu masih berharap pada Seokjin kan?" Kali ini Suny yang malah terdiam mendengar perkataan Bim.

"Lalu kenapa kalau dia masih berharap padaku? Apa itu menjadi masalah untuk Anda, Tuan Bim?" potong  Seokjin yang datang dari belakang mereka. Seokjin menyeringai kecil saat mendapati wajah terkejut dari pria itu saat melihatnya.

...

MY PRINCE FRIEND 3, 4 Mei 2021

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


MY PRINCE FRIEND 3, 4 Mei 2021

My Prince Friend - Kim Seokjin BTSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang