10

253 38 26
                                    

Mutiara Di Lautan Terdalam

"Yoosun, cucu nenek. Mulai besok kamu tinggal di sini ya?" seru Lena mengusap lembut air mata di pipi anak laki-laki itu.

Yoosun hanya balas menatap pada wanita tua itu bingung. "Apa maksudnya?"

"Kamu dan ibumu. Nenek ingin kalian berdua tinggal di sini saja. Kasihan nenek dan kakekmu hanya berdua saja di rumah ini. Rasanya begitu sepi di sini," ucap Lena seraya menatap pada Seokjin seolah menyindir putera keduanya itu.

"Kamu mau kan? Nanti akan nenek urus semua kepindahan kalian. Nenek akan sangat senang jika kamu mau tinggal di sini."

"Mama, biarkan saja mereka tetap tinggal di sana. Lagipula Suny juga tidak akan mau," bantah Seokjin yang kali ini mengambil posisi duduk pada kursi sofa. Terlihat Yoosun yang masih menatapnya penuh kebencian.

"Apa kamu tega membiarkan mereka tetap tinggal di apartemen yang sempit itu?" decak Lena menatap pada Seokjin tidak percaya.

"Bukan itu maksudku. Hanya saja Suny sepertinya tidak ingin lagi berurusan dengan keluarga ini. Dia hanya ingin hidup tenang bersama anak ini," tutur Seokjin tersenyum masam.

Lena terlihat tertawa kecil. "Dia membencimu bukan keluarga ini. Jika aku jadi dirinya. Mama juga akan lari dari pria jahat sepertimu."

Seokjin yang mendengar hal itu hanya dapat menatap wajah mamanya tidak percaya. Dia tidak menyangka mamanya akan mengatakan hal seperti itu.

"Jadi Yoosun kamu mau kan tinggal bersama nenek di sini?" tawar Lena kembali pada anak laki-laki itu tersenyum manis.

Yoosun terlihat berpikir sesaat. "Aku akan bertanya pada ibuku dulu. Jika dia setuju aku juga akan ikut bersamanya."

"Anak pintar," sahut Lena sangat bahagia setelah mendengar jawaban itu.

Dia sudah bertemu dengan Suny sebelumnya dan wanita itu mau tinggal di sini asal Yoosun juga setuju. Jadi sekarang keinginan Lena sudah tercapai. Yaitu untuk dapat tinggal bersama cucunya.

"Kalau begitu aku pulang dulu. Aku tidak ingin membuat ibuku cemas karena menungguku," ujar Yoosun yang mendapat anggukan kecil dan senyuman dari Lena.

Yoosun pun beranjak dari kursi sofa. Sebelum benar-benar pergi dia masih saja memberikan tatapan tidak suka pada sosok Seokjin.

Ketika sudah berada di luar Yoosun melihat pria berjas hitam itu masih menunggunya. Pria itu tersenyum kecil lalu mengatakan akan mengawalnya pulang tapi Yoosun tidak mau.

Akhirnya pria itu berkata hanya ingin mengantar Yoosun sampai depan gerbang saja. Mereka pun mulai beranjak pergi dari sana sementara di belakang sudah ada Seokjin yang mengikuti.

Ketika mereka berdua masuk ke dalam lift Seokjin juga ikut masuk bersama mereka yang membuat Yoosun terkejut saat melihatnya. Yoosun pun menatap pria itu bingung.

Seokjin hanya tersenyum kecil saat melihat Yoosun yang terperanjat saat tiba-tiba dia menepuk pundak anak laki-laki itu. "Kamu yakin ingin tinggal di sini? Kalau begitu kamu harus siap untuk bertarung, Nak."

"Bertarung melawan apa yang anda maksud?" balas Yoosun menjauhkan posisinya dari pria itu sehingga tangan yang memegang bahunya itupun terlepas.

"Nanti kamu akan tahu sendiri. Sekarang aku baru sadar. Wajahmu memang mirip denganku. Tapi sifat keras kepalamu benar-benar mirip ibumu," kekeh Seokjin mengusap-usap puncak kepala Yoosun.

"Siapa yang keras kepala?!" kilah Yoosun tidak terima pada ucapan pria itu.

"Lihatlah ekspresi wajahmu itu. Benar-benar Suny sekali," komentar Seokjin kembali tertawa geli. Pria berjas hitam yang bersama mereka juga ikut menahan senyumnya.

My Prince Friend - Kim Seokjin BTSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang