19

183 37 23
                                    

Tersesat


DALAM RUANGAN yang gelap itu. Yoosun kembali sendirian. Sepupunya Jeyun yang gila itu dan beberapa pengawalnya meninggalkan dia di sana. Setelah Jeyun menasehatinya beberapa hal yang lebih terdengar seperti ancaman.

Intinya adalah, Jeyun bilang kalau Yoosun ingin dia dan ibunya hidup tenang. Jangan coba-coba Yoosun untuk merebut posisi Jeyun. Dan juga Yoosun harus berjanji untuk menuruti semua perintah Jeyun nanti.

Yoosun tidak mau ambil pusing dengan itu semua. Jadi dia hanya mengiyakan perkataan Jeyun. Lagipula dari awal dia tidak bermaksud untuk merebut posisi sepupunya itu. Apalagi berniat mengambil alih semua harta kekayaan keluarga ayahnya.

Berbicara tentang ayah. Untuk pertama kalinya Yoosun sangat bahagia ketika melihat sosok ayahnya yang kini masuk ke ruangan itu. Dia tidak menyangka kalau pria itu juga peduli padanya.

Yoosun dapat melihat senyum bahagia terukir di bibir ayahnya itu tak kala berhasil menemukan dirinya di sana. Seokjin buru-buru menghampirinya dan melepaskan puteranya itu dari ikatan di kursi.

"Apa kamu baik-baik saja?" tanya Seokjin memastikan menatap haru pada Yoosun.

Yoosun hanya balas mengangguk pelan. Beginikah rasanya memiliki seorang ayah? Perasaan tenang saat ada seseorang yang akan selalu melindungimu. Hal yang selama ini Yoosun selalu inginkan.

Yoosun selalu berpikir kalau dia dan ayahnya tidak akan pernah akur. Baginya, pria itu tidak lebih dari seorang lelaki brengsek yang telah menelantarkan dia dan ibunya. Dia selalu membenci sosok Seokjin.

"Ibumu sangat khawatir padamu. Sekarang ayo kita keluar dari sini," ajak Seokjin membantu Yoosun untuk bangkit dan pergi dari ruangan itu.

Seokjin kembali memerhatikan Yoosun yang berjalan di sampingnya. Sejujurnya dia juga tak kalah khawatirnya dengan Yoosun. Dia sangat takut jika terjadi sesuatu pada puteranya itu.

Ketika berhasil menemukan Yoosun di sana. Seokjin merasa sangat lega. Dan yang terpenting adalah keadaan puteranya itu juga baik-baik saja. Dia tidak tahu apa yang harus dia lakukan jika saja terjadi sesuatu yang buruk pada puteranya.

Seokjin sungguh merasa bersalah pada Yoosun. Mungkin saja pelaku dibalik ini semua ada hubungan dengan pindahnya mereka ke rumah itu. Bisa saja, pelakunya merupakan anggota keluarganya sendiri.

Padahal puteranya itu tidak tahu apa-apa tentang perusahaan milik keluarga Kim. Tapi ada saja yang merasa terusik dan melakukan ini semua pada Yoosun.

Pantas saja Yoosun membenci dirinya. Bukan hanya menelantarkan Suny dan puteranya itu dulu. Bahkan ketika telah tinggal bersamapun. Baru beberapa saat. Seokjin sudah tidak mampu untuk melindunginya.

Seokjin merasa telah gagal menjadi sosok ayah yang baik untuk Yoosun. Bukannya memberi rasa aman. Kehadirannya dalam hidup Suny dan Yoosun justru mengundang masalah untuk mereka berdua.

Ketika larut dalam lamunannya. Mereka dikejutkan dengan kehadiran sosok pria bertopeng misterius yang muncul di hadapan mereka. Sosok pria bertopeng itu tanpa basa-basi langsung menodongkan pistol dan menembak ke arah Yoosun.

Suara tembakan pistol itu menggelegar di sana. Pria bertopeng misterius itu pun tersenyum senang dibalik topengnya. Sebentar lagi bocah itu akan tamat riwayatnya.

"Yoosun awas!"

Dengan cepat Seokjin melindungi Yoosun dengan menjadikan tubuhnya sebagai perisai untuk puteranya itu. Peluru pistol yang harusnya mengenai Yoosun itu. Kini justru telah bersarang di dalam tubuh Seokjin.

Seokjin merasakan sakit yang teramat sangat. Tak kala peluru itu menembus masuk mengenai bahunya. Yoosun terdiam membatu menatap pada ayahnya.

"A-Ayah...," Yoosun melebarkan matanya saat darah mulai bercucuran dari mulut pria itu.

My Prince Friend - Kim Seokjin BTSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang