My Prince Friend 3
"KITA? Adik dan kakak?" ulang Mihi setelah mendengar perkataan Yoosun barusan. Mungkin cowok itu belum tahu kalau dia bukanlah anak kandung dari Papa Seokjin. Tapi jika Yoosun bilang begitu apa berarti cowok itu adalah anak dari Papa Seokjin?
"Tunggu dulu, jangan bilang kamu anak kandung dari Papa Seokjin?" tanya Mihi kali ini memastikan.
Yoosun balas menganggukan kepalanya. "Aku juga baru tahu baru-baru ini. Selama ini aku bahkan belum pernah bertemu langsung dengannya." Mihi termenung sesaat. Pantas saja Yoosun sangat mirip dengan Papa Seokjin.
"Berarti kita berdua kakak dan adik ya?" sahut Mihi pura-pura kaget menatap pada Yoosun.
"Bisa dibilang begitu," jawab Yoosun dengan wajah yang sangat serius.
"Waah ... Sayang sekali. Itu artinya kamu tidak bisa menjadi pacarku donk." Mihi tersenyum jahil memerhatikan Yoosun.
"Siapa juga yang mau jadi pacarmu!" kesal Yoosun pada Mihi yang dari tadi menyeringai tidak jelas.
Mihi mendekati Yoosun dan memegang tangan milik cowok berbadan tinggi itu. "Sebagai kakak dan adik. Apa aku boleh meminta sesuatu padamu?" tutur Mihi seraya menatap tulus pada cowok itu.
Yoosun berdeham pelan. Tidak nyaman dengan situasi yang terjadi sekarang. Mihi yang pecicilan kenapa tiba-tiba bersikap manis seperti ini?
"Apa itu?" respon Yoosun singkat.
"Aku ingin menjuarai lomba balet solo bulan depan. Sebagai kakak dan adik kamu mau kan membantuku?"
"Membantu dalam hal apa?" Yoosun sama sekali tidak mengerti tentang dunia perbaletan. Lalu apa yang bisa dia bantu agar cewek itu bisa menang lomba tersebut?
"Misalnya mengantarku setiap latihan," pinta Mihi sembari mengerlingkan matanya pada cowok itu.
Yoosun memutar bola matanya. "Aku bukan tukang ojekmu tahu."
"Tapi kamu kan budakku."
"Mau ya? Mau donk Yoosuun." Kali ini Mihi menggoncang-goncangkan tangan milik cowok itu.
"Iya-iya deh," putus Yoosun pada akhirnya membuat sosok cewek di depannya meloncat-loncat kegirangan.
"Kamu cowok paling baik di dunia yang aku kenal! Aku sayang banget sama kamu, Yoosun!" histeris Mihi memeluk erat tubuh tegap cowok itu.
Yoosun melebarkan matanya kaget. "Hei, hei. Mana ada kakak-adik yang bilang sayang sambil meluk-meluk gak jelas kayak gini!" tegur Yoosun merasa geli sendiri.
Mihi yang sedang asik-asiknya memeluk Yoosun jadi diam seketika. Kepalanya yang tadi menempel di dada bidang cowok itu mendongak menatap wajah Yoosun bingung.
"Memang gak boleh ya kakak-adik bilang sayang sama pelukan?"
"Boleh-boleh aja sebenarnya. Tapi aku geli dipeluk sama kamu. Jauh-jauh sana," ujar Yoosun yang membuat cewek itu melepaskan pelukannya dengan perasaan kecewa.
Mihi memasang wajah cemberutnya lalu berjalan ke tengah lapangan atap sekolah mereka itu. "Kalau gitu kamu lihatin aku nari balet mau kan?" seru Mihi yang kali ini kembali bersemangat.
"Boleh," sahut Yoosun seraya bersandar pada tiang pembatas atap sekolah. Siap untuk menyaksikan pertunjukan dari cewek itu.
Mihi yang memakai seragam sekolahnya mulai melakukan gerakan balet. Kakinya yang lincah dan lentik berdansa ke sana kemari. Dia tersenyum sangat manis saat menampilkan pertujukan itu pada Yoosun.
Di bawah birunya langit dan gumpalan awan-awan putih itu. Yoosun dibuat kagum dengan gerakan balet yang Mihi lakukan. Indah dan sangat menawan.
Ketika menari balet Yoosun seperti melihat sisi lain dari seorang Mihi. Sulit dipercaya, cewek pecicilan yang ternyata bisa menari dengan begitu indahnya.
***
Malam itu Yoosun pergi ke minimarket untuk membeli minuman. Meski di rumah neneknya dia bisa saja menyuruh pelayan di sana untuk membelikannya. Dia lebih memilih untuk membelinya sendiri. Mungkin karena sudah kebiasaannya dari dulu. Dia masih belum terbiasa dengan kehidupan yang bergelimang harta seperti sekarang.
Saat pergi ke minimarket juga Yoosun hanya jalan kaki karena memang jaraknya yang cukup dekat. Tapi disitulah pemicu masalah besar untuknya. Yoosun tidak sadar jika dari tadi dia sudah diikuti oleh seseorang misterius berjaket hitam.
Ketika Yoosun dalam perjalanan. Pria berjaket hitam itu berjalan dengan santai mengintai Yoosun dari belakang. Ketika merasa sudah aman dan keadaan yang sepi. Pria berjaket hitam misterius itu langsung menghampiri dan membekap wajah Yoosun dengan sapu tangan yang sudah diberi bius dari belakang. Membuat Yoosun seketika tidak sadarkan diri.
Mobil yang dari tadi juga sudah menunggu menghampiri mereka saat pria berjaket hitam itu memberi tanda isyarat. Buru-buru pria itu membopong tubuh Yoosun untuk masuk ke dalam mobil tersebut.
Dengan cepat setelah Yoosun berhasil dibawa masuk ke dalam. Mobil hitam itu bergegas pergi dari sana sebelum ada seseorang yang melihat mereka. Di trotoar tergeletak beberapa botol kaleng minuman yang tadi Yoosun beli di minimarket.
Sementara itu di rumah. Suny memikirkan tentang perkataan Seokjin tadi siang. Tentang pria itu yang mau serius dan memperjuangkan dirinya.
Dia baru sadar satu hal. Kenapa setelah dia dan Yoosun pindah ke rumah ini. Seokjin juga ikutan pindah ke sini? Apa iya pria itu memang berniat untuk dekat dengannya?
Tapi Suny tidak ingin berprasangka dulu. Siapa tahu memang kebetulan saja dia dan Seokjin pindah ke rumah ini secara bersamaan. Dia harus mulai belajar untuk tidak baper duluan.
Sekalipun memang benar Seokjin sengaja ingin dekat dengan dirinya. Suny harus tetap menjaga perasaannya. Dia tidak ingin kembali dipermainkan oleh perasaan di hatinya. Sudah cukup baginya merasakan banyak luka yang telah dia lalui dulu.
Lagipula dengan atau tanpa adanya Seokjin. Suny masih sanggup menjalani hidupnya sampai sekarang. Dan tidak lupa mengurus Yoosun hingga kini.
Jika bukan karena memikirkan puteranya. Suny tidak akan mau pindah ke rumah ini lagi. Apalagi harus bertemu dengan pria yang telah banyak menyakiti hatinya itu.
Melihat wajah Seokjin saja sudah cukup bagi Suny untuk membuatnya merasakan luka-luka lama yang pria itu dulu telah berikan. Tapi dia harus kuat demi Yoosun.
Suny yang tadinya murung memikirkan tentang Seokjin. Tersenyum kecil ketika teringat pada puteranya itu. Hingga sebuah dering telepon yang berbunyi mengusiknya yang sedang melamun.
Suny mengambil benda pipih yang berada di atas nakas tersebut. Itu adalah panggilan dari nomer yang tidak di kenal. Saat mendengar ucapan dari sang penelpon Suny langsung terdiam membisu.
Panggilan itu hanya berlangsung beberapa saat saja. Suny masih terkejut setelah mendapat panggilan dari orang misterius itu.
Hingga akhirnya Suny bergegas berlari menuju kamar Seokjin. Dia mengetuk pintu kamar tersebut dan untung saja pria itu ada di dalam.
Seokjin heran saat mendapati Suny yang wajahnya sangat pucat. "Ada apa?" tanya Seokjin pada wanita itu.
"Y-Yoosun, dia diculik oleh seseorang. Penculik itu tadi barusan menelponku," ungkap Suny yang akhirnya meneteskan air matanya karena sangat takut terjadi apa-apa pada puteranya.
...
Np : Aku nulis ini setengah di hp ku. Setengah lagi di hp Adek ku. Soalnya hp aku lagi di cas wkkwHeran akutuh kalo nulis di hp adekku lancar banget. Giliran di hp ku banyak gak moodnya, ngantuk lah segala macem 😔😂
MY PRINCE FRIEND 3, 17 Mei 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
My Prince Friend - Kim Seokjin BTS
FanfictionSeokjin yang bertemu dengan Suny di hari yang sama dengan perginya mamanya dari rumah bersama seorang pria asing. Sejak saat itu pun mereka menjadi sahabat dekat hingga dewasa. *** Suatu hari secara tiba-tiba Lena, mama Seokjin pergi dari rumah bers...