pangeranbulan 🌙
PAGI ITU Loli dan beberapa cewek yang melakukan tindak pembullyan kepada Suny dipanggil ke ruang guru konseling. Mereka mendapat sanksi yaitu diskorsing tidak masuk sekolah selama tiga hari.Bagi mereka itu justru menjadi hari libur gratis. Tapi yang membuat Loli dan cewek-cewek itu kesal adalah mereka yang harus mendengar ocehan dari guru Jang selama dua jam penuh.
Kuping mereka terasa berdengung-dengung harus mendengar nasehat dari guru yang terkenal dengan suaranya yang sangat tidak nyaman didengar saat sedang marah itu.
Padahal yang guru itu bahas hanya seputar agar jangan mengulangi perbuatan mereka lagi. Tapi entah kenapa bisa memakan waktu sangat lama sekali.
Setelah acara mendengar nasehat-nasehat dari guru Jang yang ada dalam pikiran Loli yaitu Suny. Tidak, dia bukan bermaksud untuk meminta maaf pada cewek itu karena masukan dari guru Jang tadi.
Justru Loli ingin melabrak anak pembantu itu. Berani-beraninya dia melaporkan dia ke pihak guru. Sepertinya cewek itu memang menantangnya. Baiklah kalau memang itu maunya.
Buru-buru Loli menuju perpustakaan tempat dimana jam seperti ini Suny biasa berada di sana. Tangan Loli sudah gatal ingin melakukan sesuatu pada Suny.
Benar saja, anak pembantu itu sedang membaca buku di sana. Loli semakin bersemangat melangkahkan kakinya menghampiri cewek yang sedang sibuk membaca buku itu.
"Suny kamu itu memang cari masalah ya! Berani banget kamu laporin aku ke guru. Kamu kira kamu itu siapa hah?"
Suny yang tadinya fokus membaca menoleh pada Loli yang datang-datang langsung beteriak padanya. Padahal mereka sedang berada di perpustakaan.
"Laporin apa? Soal yang kemarin aku gak ada lapor-lapor kok," jawab Suny jujur. Dia memang tidak pernah melaporkan Loli dan komplotannya karena kejadian di toilet waktu itu.
"Cih, gak usah bohong kamu," sanggah Loli sembari berpose memegang pinggangnya seolah menantang Suny.
"Aku yang laporin kamu terus kenapa?" ujar Bim yang datang sembari membawa sebuah buku.
"Bim?" gumam Loli saat melihat kedatangan cowok itu yang tiba-tiba.
"Kenapa kamu lakuin itu Bim? Kamu tahu gak. Aku harus dengar ocehan guru Jang selama dua jam. Bayangin dua jam! Karena tindakan konyol kamu ini."
"Lebih konyol mana dari ngebully Suny yang gak salah apa-apa? Kamu pantes dapat teguran dari guru Jang karena memang kamu salah."
"Kok kamu malah belain dia sih? Harusnya kamu bela aku Bim!" teriak Loli kesal pada cowok itu.
Dalam pikirannya pasti Suny sangat senang melihat Bim yang lebih memilih membela cewek itu ketimbang Loli yang mana mereka sudah kenal sedari kecil. Membayangkan hal itu membuat dia mengepalkan tangannya geram.
"Ssstt... Ini perpustakaan gak boleh berisik," tegur cowok itu pada Loli. Suny tersenyum geli mendengar itu.
Dia sudah dari awal ingin mengingatkan cewek itu. Agar jangan berisik kalau di perpustakaan tapi melihat Loli yang sepertinya sedang emosi tinggi justru akan memancing cewek itu jadi Suny memilih untuk tidak melakukannya.
"Aku benci sama kamu Bim!" kesal Loli menghentakan kakinya lalu pergi dari sana.
Loli benar-benar kecewa dengan tindakan cowok itu. Cuma karena Suny, orang yang selama ini selalu ada untuk membelanya meskipun dia salah. Kali ini malah membela orang lain.
Bim menghela napas melihat kepergian Loli. Cewek itu memang begitu sifatnya. Bim tidak perlu ambil pusing.
Dia memilih duduk di sebelah Suny lalu membaca buku yang sedari tadi hanya dia pegang karena drama yang Loli lakukan.
"Maaf ya, gara-gara aku kamu sama Loli jadi berantem," ucap cewek di sebelahnya pelan.
Bim menatap pada Suny tersenyum kecil. "Gak apa-apa kok. Nanti juga aku sama dia baikan lagi. Udah biasa dia ngambek kayak gitu. "
Suny yang melihat senyuman cowok itu jadi salah tingkah sendiri. Siapa juga cewek yang tidak kikuk diperhatikan seperti itu oleh Bim.
Dia sangat senang karena Bim melakukan hal ini demi dirinya. Meski cowok itu lebih dekat dengan Loli. Bim justru membelanya karena memang dia tidak salah.
Sekarang Suny menyesali tindakanya kemarin yang menyuruh agar cowok itu menjauhinya. Padahal Bim tidak salah apa-apa.
♡♡♡Karena sebentar lagi akan ujian akhir semester. Seperti biasa Seokjin dan Suny akan melakukan belajar bersama secara rutin mendekati hari-hari menjelang ujian itu.
Untuk saat ini Seokjin harus menomer duakan dulu permainan gamenya. Kalau Suny sendiri tanpa harus adanya ujian memang sudah rajin belajar.
Mereka belajar bersama di kamar cowok itu. Suny bilang dia merasa lebih nyaman belajar di sana ketimbang ruang tengah. Karena di kamar Seokjin dia dapat melihat pemandangan bulan di malam hari dari jendela kaca kamar itu.
Di sini peran Suny seperti guru privat untuk Seokjin. Jika ada yang cowok itu tidak mengerti Suny akan menjelaskanya.
Suny tersenyum kecil memerhatikan Seokjin yang sangat serius belajar seperti ini. Terkadang dia tersenyum geli sendiri saat melihat dahi cowok itu yang mengkerut memperhatikan apa yang sedang dibacanya.
"Kamu sama Bim gimana?" celetuk Seokjin masih fokus mengerjakan soal latihan.
Senyuman tipis di bibir cewek itu memudar berubah jadi raut wajah heran. Kenapa tiba-tiba Seokjin membahas tentang Bim.
"Hah? Aku sama Bim? Gak ada apa-apa," jelas Suny sekenanya sembari tertawa kecil.
"Yakin gak ada apa-apa. Bukannya kalian sudah jadian?"
Suny semakin tak tahan menahan gelak tawanya mendengar lelucon yang cowok itu katakan. Bisa-bisanya dia dituduh berpacaran dengan Bim.
"Kamu dapat informasi dari mana sih? Kayaknya informan-informan kamu itu sudah gak bisa dipercaya."
Suara tawa cewek itu terhenti saat pensil yang digunakan oleh Seokjin patah mendadak. Suny melihat cowok itu memegang kuat pensil di tangannya kesal.
"Aku mau ke toilet bentar," seru Seokjin beranjak dari duduknya lalu pergi menyisakan Suny di sana.
Cewek itu bingung dengan keadaan yang terjadi saat ini. Ada apa dengan Seokjin. Sepertinya dia kelihatan sedang marah. Entah karena apa.
Saat pulang sekolah tadi siang tingkahnya juga aneh. Seokjin terlihat gelisah. Seperti ada yang cowok itu ingin katakan padanya.
Beberapa saat kemudian Seokjin kembali ke ruangan itu. Pensil yang tadi patah dia runcingkan kembali dengan rautan pensil berbentuk koala bewarna biru itu.
Ada sejarahnya rautan pensil itu. Dulu waktu sebelum masuk sekolah menengah atas mereka berdua membeli rautan pensil bersama. Mereka juga saling memilihkan rautan pensil satu-sama lain.
Suny memilihkan rautan karakter koala karena cowok itu yang susah dibangunkam kalau tidur. Seokjin sendiri memilihkan Suny rautan berbentuk alarm sesuai dengan kebiasaan cewek itu yang selalu rajin menjadi alarmnya.
"Kamu tahu dari mana kalau aku sama Bim pacaran?" tanya Suny pada akhirnya.
Dia harus meluruskan semua ini. Mereka berdua sama sekali tidak pacaran. Kenapa tiba-tiba ada kabar kalau mereka sudah jadian?
"Loli yang bilang ke aku," balas Seokjin pelan masih fokus meraut pensilnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Prince Friend - Kim Seokjin BTS
FanfictionSeokjin yang bertemu dengan Suny di hari yang sama dengan perginya mamanya dari rumah bersama seorang pria asing. Sejak saat itu pun mereka menjadi sahabat dekat hingga dewasa. *** Suatu hari secara tiba-tiba Lena, mama Seokjin pergi dari rumah bers...