"JACY BANGUN!"
Seseorang sedang berteriak di dalam kamarku, dan sialnya aku tidak tahu siapa orang tersebut karena suaranya jarang sekali aku dengar. Aku berusaha menutup mataku rapat-rapat dan malas untuk bangun.
"BANGUN IMOGEN!" teriaknya lagi.
"OLIVER HEREEEE!" sambungnya dengan nada bersemangat.
Mau tidak mau aku membuka mataku ketika mendengar teriakkannya, dan ketika aku membuka mataku aku menemukan Oliver berdiri di ujung kasurku sambil tersenyum bodoh sehingga menampilkan lesung pipi miliknya.
"Ngapain lo disini?" tanyaku heran mengapa bocah banyak bicara itu bisa ada disini? Bukankah seharusnya dia bersekolah seperti yang lainnya?
Oliver berjalan menghampiriku lalu terduduk di tepi kasurku. "Gue dapet dispensasi libur selama tiga hari, hebat kan?"
"Dispensasi? Oh ok gue juga begitu," jawabku.
"Nggak Jezz, gue tau lo di skors. Veme bilang sama gue tadi di rumah."
"Di rumah?"
"Ya dia udah pulang, dan ketika gue denger kalau lo di skors gue langsung pergi kesini. Berhubung gue juga di skors dan nggak ada ker—"
"Sebentar Oliv! Lo di skors? Gaya lu dipensasi kampret!" aku meninju pelan lengan Oliver dan dia malah terkekeh pelan lalu mencapit hidungku.
"Jangan panggil Oliv anjir! Oliver!"
Iya namanya Oliver, dan Veme dengan nama asli Vermeil itu adalah kakaknya. Dan mereka berdua adalah sepupuku, anak dari kakak Mommy, atau Daddy? Aku lupa. Dan iya sebenarnya kemarin-kemarin Vermeil menginap disini, tapi dia jarang ada di rumah dan lebih banyak menghabiskan waktu bersama Zeus. Entah apa yang mereka lakukan, aku hanya bisa berharap jika mereka tidak melakukan hal aneh-aneh diluar batas nalar.
"Oke Oliver, jadi kenapa lo di skors?"
"Gue benci sama guru biologi gue, dia banyak omong, dia—"
"Lo juga banyak omong," potongku.
Namun dengan cepat Oliver menepuk pelan lenganku. "Jangan potong pembicaraan gue!"
"Oke Oliv Oil."
"Gue berasa jadi istrinya popeye sang sailor man tut tut."
"Apa sih? Gaje!"
"Hehe, lanjut nih."
"Iya terus?"
"Jadi guru biologi gue itu banyak omong dan gue nggak suka, gue sama temen-temen gue ngerjain dia dengan cara lemparin cikcak ke wajahnya. Tapi sialnya tuh cikcak malah jatuh dan masuk ke dalam bajunya dan dia langsung pingsan. Dan sialnya lagi cuman gue yang kena hukuman karena gue yang lemparin tuh cikcak," jawaban Oliver mampu membuatku tertawa geli. Serius? Cikcak? Geli.
"Asli? Ngerjain guru lo pake cikcak? Geli anjir!"
"Kali-kali. Terus lo di skors gara-gara apa?" tanya Oliver padaku.
"Gue? Gara-gara berantem, keren kan?"
"Oh jadi itu yang bikin muka lo babak belur? Cih lo nggak ada anggun-anggunnya sama sekali sih jadi cewek," cibir Oliver.
"Bodo amat!"
"Nggak bakalan ada yang mau sama lo kalau lo gitu-gitu terus."
"Permisi? Apa? Duh please gue udah punya pacar."
"DEMI APA?"
Aku menjawabnya dengan anggukan pelan.
"Siapa orang bodoh yang mau jadi pacar lo?"

KAMU SEDANG MEMBACA
UNCHANGED
Novela Juvenil❝Maybe it's not about the happy ending, maybe it's about the story.❞ WARNING: This story is contain harsh words and another bad content, for story needed. So, please be wise. Do NOT steal any contents and scenes on this story because everything is b...