Pagi ini aku kembali berangkat bersama Zeeo, namun di tambah Zac, Iya kan mobil Zac disita oleh Dad karena sebuah alasan. Sedangkan Oscar membolos lagi, dan ini sudah hari ketiga dia tidak masuk sekolah. Entah mau jadi apa nanti dia jika sudah besar?
Mobil Zeeo berhasil terparkir dengan rapih, aku yang duduk di belakang langsung turun tanpa menunggu yang lainnya. Ketika aku membuka pintu, seseorang berteriak dan aku merasakan jika pintu yang aku buka baru saja menabrak sesuatu. Buru-buru aku turun untuk menghampirinya.
"Lo nggak apa-apa?" tanyaku khawatir.
Orang yang tertabrak pintu tersebut mendongak, membuatku membulatkan mata.
"Kalau jalan pake mata makanya!" dari kekhawatiran berubah menjadi bentakan ketika aku mengetahui korbannya adalah Ken. Dia tidak perlu dikhawatirkan, oke?
"Punya mata nggak sih?"
"Nggak sengaja," balasku malas.
"Ngapain lo nyungsep disitu?" tanya Zac dari kaca mobil dengan tawa penuh.
Ken mendengus kesal lalu bangkit dan membersihkan bokongnya. Bukannya menjawab pertanyaan konyol dari Zac, tapi ken malah menarik tanganku secara paksa.
"Apaan sih Ken?" aku berusaha menarik cengkramannya.
"Gue mau ngomong sama lo," ujarnya tanpa melepaskan cengkramannya sedikitpun.
Ken membawaku menuju koridor sekolah, dan ketika dirasa keadaan sudah sepi dia melepaskan tanganku.
"Pulang sekolah, hari ini." kata Ken singkat dan langsung berlalu dari hadapanku.
Aku mengerutkan keningku, apa maksudnya?
Berlari mengejar Ken yang sudah jalan cukup jauh, sampai akhirnya aku bisa memutar bahunya dan membuatnya balik badan.
"Apa lagi?" sentaknya.
"Maksud lo apa sih?" aku balik bertanya.
"Pulang sekolah, hari ini, di lapangan basket," jawabnya masih tidak jelas.
"Hah?" aku masih tidak mengerti, nggak jelas banget ini anak!
"Satu minggu terlalu lama buat gue, hari ini gue bisa dapetin cewek."
"Ck, nggak konsisten banget. Dealnya satu minggu, baru berapa hari udah heboh. Takut kalah?"
"Gue cuman mau lebih cepat liat lo kalah."
"Bacot! Gue bakalan menang!"
"Emang Zeeo udah nembak?"
"Udah," jawabku berbohong.
"Bullshit!"
"Serius."
"Mana mau dia sama lo?"
"Dia mau sama gue," aku mengibaskan rambutku. "Karena gue itu cantik."
"Itu mulut bacot bener." Ia menarik rambutku sedikit. "Gue nggak peduli, pokoknya nanti siang di lapangan, lo harus liat kemenangan yang bakalan gue dapetin."
"Oke tunggu aja nanti siang kita liat seorang Kennard bakalan mempermalukan dirinya sendiri di depan umum."
"Yakin bener, padahal piaraannya bakalan pindah tangan."
Refleks, aku memukul lengan Ken dan membuatnya mengaduh kesakitan. "Ah ah, sakit!"
"Makanya jangan bacot."
Ken nampak berpikir sesaat, lalu dia menatapku serius. "Gimana kalau kita ubah peraturan supaya lebih seru? Gue utarain perasaan gue sama cewek yang mau gue pacarin, dan lo utarakan perasaan lo sama Zeeo. Adil kan?"

KAMU SEDANG MEMBACA
UNCHANGED
Jugendliteratur❝Maybe it's not about the happy ending, maybe it's about the story.❞ WARNING: This story is contain harsh words and another bad content, for story needed. So, please be wise. Do NOT steal any contents and scenes on this story because everything is b...