Nanti malam adalah hari pernikahan Zac dan Crystal, kami semua sudah menjalani ujian begitu juga dengan mereka. Jadi kami sudah terbebas dengan urusan sekolah, tinggal menunggu nilainya saja. Dan sekarang aku sedang menyaksikan sebuah kontainer besar yang terparkir di pekarangan sebrang rumahku. Sebenarnya Om Lutfi sudah pindah kemarin beserta sebuah kontainer, hanya saja ada satu kontainer itu dan baru bisa di antarkan hari ini.
Memasukkan ponsel ke dalam saku celanaku lalu berjalan menghampiri beberapa orang yang sedang sibuk menurun-nurunkan barang. Di sana ada Mom dan Dad juga yang sedang mengobrol dengan Om Lutfi, dan juga ada Kevin yang baru saja keluar dari rumah dengan muka bantalnya sambil menggaruk-garuk kepalanya.
Sudah satu minggu lebih kehidupanku berubah, ya walaupun tidak sepenuhnya berubah aku tetap merasa hidupku sedikit berubah. Aku jadi sering bermain ponsel daripada keluar rumah, bertelepon atau video call dengan Ken. Jujur saja sebenarnya saat di bandara itu aku sudah tidak ingin menangis, karena aku tidak tahu apalagi yang harus aku tangisi. Namun setelah Ken pergi, malam harinya aku jadi tidak bisa tidur. Dan malam itu juga aku baru merasakan ada sesuatu yang hilang dari diriku.
Tapi beruntung, keesokan harinya Ken meneleponku dan dia berkata bahwa dia baik-baik saja dan itu membuat kesedihanku hilang begitu saja. Zac terlalu sibuk dengan ujiannya kemarin-kemarin, dan sekarang dia sangat sibuk dengan urusan pernikahannya. Sementara Oscar sedang benar-benar dimabuk asmara sampai dia lupa bahwa aku sedang sendirian saat ini. Huh mereka berdua menyebalkan, di saat aku sendiri tidak ada satu orang pun yang menemaniku atau mengajakku bermain. Ow ralat, mereka semua sering mengajakku bermain, tapi aku tidak mau. Karena apa? Karena mereka semua berpasangan sedangkan aku tidak, aku tidak mau. Lebih baik aku berdiam diri di rumah dan menonton film sampai mataku bolor.
"Halo Jacquelyn!" Sapa Om Lutfi saat aku baru saja berhenti melangkah dan berdiri di samping Dad.
"Halo Om Lutfi!" Jawabku sambil tersenyum ramah.
"Hai!" Sapa Kevin lalu tersenyum dengan mata yang terlihat begitu berat.
Dia menyapaku kan? "Hai!" Balasku.
"Jacy soal beberapa minggu lalu gue bercanda, jangan di anggap serius ya. Jangan bawa perasaan juga, gue masih cukup tau diri," tutur Om Lutfi dengan cengiran lebar di bibirnya.
Aku terkekeh pelan. "Iya santai aja kali, aku udah biasa hidup di lingkungan orang yang selera humornya tinggi banget."
"Tumben kamu mau keluar," sindir Mom.
"Bosen di kamar mulu," jawabku.
"Dad, air disemua kamar mandi mati," kata Kevin.
"Pipa air nya memang harus di benerin dulu, tadi Lutfi udah minta aku buat telepon tukang buat ngebenerin. Kamu pake kamar mandi di rumah aja," ujar Dad berbaik hati meminjamkan kamar mandinya untuk Kevin.
"Jacy kamu antar Kevin tunjukin kamar mandinya," ujar Mom.
Baru saja aku keluar dan menghirup udara segar Mom sudah menyuruhku untuk masuk lagi ke dalam rumah. Huh. Membalikkan tubuh lalu berjalan lagi ke arah rumah dan diikuti oleh Kevin.
"Suntuk banget muka lo," cibir Kevin dari belakangku.
"Bukan urusan lo," balasku ketus.
"Cantiknya ilang loh."
Berhenti berjalan dan membalikkan badan, tapi itu malah membuat Kevin menabrak tubuhku dan membuatku jatuh ke lantai bersamaan dengannya. Belum lagi posisiku berada di bawahnya, beruntung karena Kevin menahan bobot tubuhnya menggunakan kedua tangannya yang sedikit berotot itu. Sehingga badannya tidak sepenuhnya menimpa tubuhku.

KAMU SEDANG MEMBACA
UNCHANGED
Genç Kurgu❝Maybe it's not about the happy ending, maybe it's about the story.❞ WARNING: This story is contain harsh words and another bad content, for story needed. So, please be wise. Do NOT steal any contents and scenes on this story because everything is b...