Bab 52

6.1K 502 689
                                    

Baru saja sampai di Jakarta, Carl langsung membawaku menuju rumah sakit. Astaga, siapa yang sakit? Turun dari mobil aku malah diam dan tertinggal oleh Carl yang sudah masuk ke rumah sakit. Aku mencoba menebak-nebak mengapa Carl membawaku kemari, karena Carl sama sekali tidak memberitahuku apa yang sedang terjadi. Aku baru saja melewati masa sulitku— sendirian di tengah komplek perumahan yang menyeramkan tadi, lalu sekarang aku malah di bawa ke rumah sakit dengan alasan yang belum jelas.

Siapa yang sakit? Setahuku Mom belum mau melahirkan, perutnya membesar saja belum. Tante Kate? Tidak juga karena kandungannya masih kecil. Crystal? Apalagi dia, janinnya saja belum terbentuk. Apa Vem— tidak mungkin.

"Lo ngapain diem di situ Jacy? Ayo!" seru Carl yang tiba-tiba sudah ada di hadapanku dan langsung menarik tanganku. Astaga ini sudah malam, lagipula mengapa Carl tidak mengantarkanku ke rumah saja untuk bertemu dengan keluargaku?

Menoleh ke belakang sambil terus berjalan masuk ketika aku mendengar suara gerungan mobil, memperhatikan mobil tersebut dan ternyata itu adalah mobil Nathan. Aku hafal betul bentuk dan warna mobilnya, hanya mobil Nathan yang memiliki plang S di coret tanda dilarang stop pada bagian belakang mobilnya. Dan di belakangnya ada mobil Range Rover hitam, jika melihat plat nomornya selewat sepertinya itu milik Om Nino. Di tambah satu lagi mobil tanpa atap yang memperlihatkan Om Zhafran bersama Tante Julia. Mereka semua dari sini? Untuk apa?

Kembali memutar tubuh ke depan dan mempercepat langkah kakiku. Masuk ke dalam lift dan Carl melepaskan tangannya dariku, menekan tombol lift membuat lift segera bergerak ke atas.

"Carl siapa yang sakit sih?" tanyaku masih penasaran.

"Lo bakalan nemuin jawabannya nanti setelah kita keluar dari lift."

Sebuah dentingan dilanjutkan dengan terbukanya pintu lift, Carl keluar dari dalam lift terlebih dahulu dan aku pun mengikutinya. Menatap ke atas dan mendapati sebuah plang yang mengatakan jika berbelok ke kanan akan menuju ke ruang UGD. Carl berbelok ke kanan dan itu membuatku kaget, UGD? Siapa yang ada di UGD?

Berbelok ke kanan dan kami tidak menemukan siapapun, Carl mendengus pelan lalu mengeluarkan ponselnya. Menggunakannya sesaat lalu memasukannya kembali ke dalam saku celana. "Ke ruang rawat VIP sekarang." Ucapnya, memutar tubuhnya dan kembali berjalan.

Berbelok kesana kemari, sampai pada akhirnya ketika berbelok ke salah satu lorong aku berhenti berjalan dan kedua kakiku terasa membeku. Sial, di lorong tersebut ada kursi tunggu yang diisi oleh Oscar dan ada Daddy Harry berdiri agak jauh, dia sedang sibuk dengan poselnya.

Carl terus berjalan dan berhenti tepat di hadapan Oscar, aku menggigit bibir bawahku gugup. Ingin sekali rasanya aku pingsan ketika melihat Oscar menoleh padaku setelah Carl berbicara dengannya. Entah kenapa rasanya ingin sekali aku kabur, namun otot kakiku mengkhianati. Kedua kakiku tidak dapat di gerakkan sama sekali, bersamaan dengan dagupan jantung yang semakin cepat.

Oscar langsung bangkit dari kursi dan berlari ke arahku, sampai di hadapanku Oscar langsung memeluk tubuhku erat sekali. "Akhirnya lo pulang juga."

Oscar mengkhawatirkanku?

"Ngapain sih pake kabur segala?" bisik Oscar.

Aku membalas pelukan Oscar, bahkan memeluknya erat. Aku merindukannya, sungguh.

"Maaf," cicitku.

"Jacy?" sebuah suara yang cukup keras masuk ke dalam gendang telingaku, membuka mata dan aku menemukan Dad berjalan cepat ke arahku.

Oscar melepas pelukannya dan itu membuatku langsung ditarik ke dalam pelukan Dad, dia mengecup puncak kepalaku dan memelukku erat sekali. "Kamu bikin Dad dan Mom khawatir sayang. Kamu kemana aja sih? Kenapa kabur dari rumah?"

UNCHANGEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang