"Oh mantan," gumam Ken pelan.
Melirik padanya sesaat dan memberikannya tatapan sedikit tajam, lalu kembali menoleh ke arah Zeeo yang kini sedang duduk di tengah jalan. Lagi ngapain sih? Kayak orang gila aja duduk di tengah jalan gitu.
"Jadi lo ngajak gue kesini cuman buat nemenin lo ngintipin mantan lo?" tanya Ken.
"Nggak ih, diem. Berisik!" kataku berbisik.
Menunggu beberapa saat untuk sebuah balasan mencibir lainnya, tapi Ken malah memilih untuk diam. Bagus, Ken tidak membalas lagi perkataanku jadi aku bisa dengan tenang memperhatikan apa yang dilakukan oleh Zeeo di tengah malam seperti ini.
Setelah duduk begitu, Zeeo mendongak dan menatap langit gelap. Dia menatap langit seolah-olah langit itu adalah langit terindah yang pernah dilihatnya, padahal pada kenyataannya saat aku ikut mendongak dan menatap langit— yang terpampang hanyalah langit gelap tanpa taburan bintang. Bulan pun ikut bersembunyi di balik balutan awan gelap. Hell, ada apa dengan Zeeo? Apa dia baru saja kehilangan otaknya?
Terlihat dari sini jika sudut bibir Zeeo tertarik ke samping, dia tersenyum? Tak lama, Zeeo merebahkan dirinya di aspal dingin tersebut. Perlahan aku mulai mengerti apa yang sedang di lakukannya, menelan ludahku susah payah dan menahan sedikit rasa— entahlah aku tidak tahu apa yang sedang aku rasakan saat ini. Namun entah mengapa juga otakku memutar sebuah kenangan menyenangkan antara aku dengan dirinya, pada malam itu.
Aku menggigit bibir bawah lalu membasahinya, udara semakin dingin dan membuatku berusaha memeluk diriku sendiri.
"Ken, buat diri lo sedikit berguna kek," gerutuku kesal.
"Gue udah cukup berguna dengan diam di sini nemenin lo ngintipin mantan lo."
"Bukan itu. Gue kedinginan, peluk Kek."
"Nggak mau, gue mau balik."
Mengerutkan keningku lalu memutar tubuhku perlahan dan menatapnya kesal. "Balik sono, gue nggak peduli!"
"Ya udah." Balasnya singkat lalu membalikkan badan dan melangkah menjauh dariku.
Sialan, Ken benar-benar pergi, meninggalkanku mematung dengan kening berkerut dan mulut terngaga walaupun tidak terlalu lebar. Astaga. Menghentakkan kakiku kesal lalu menoleh sesaat pada Zeeo yang masih berbaring di atas aspal dengan tangan kanan sebagai bantalannya, menatap langit gelap dalam keheningan ini.
"Zeeo bego, tengah malem keluar rumah cuman buat tiduran di jalanan," gumamku pelan lalu balik badan pergi meninggalkan tempat tersebut, dan meninggalkan Zeeo yang sedang melakukan hal bodoh. Ya, bodoh.
Berjalan terburu-buru mengejar Ken yang sudah berjalan melewati dua rumah dariku, kakinya yang panjang membantunya berjalan dengan cepat. Mempercepat langkahku lalu menabrak tubuh Ken dari belakang dan sedikit mendorongnya sehingga membuatnya terdorong ke depan, beruntung tidak terjatuh dan tersungkur. Dia hanya hampir tersungkur, jika dia benar-benar tersungkur sudah bisa dipastikan jika puncak hidungnya lah yang akan sampai duluan menyambut aspal.
"Apa sih Jezz?!" serunya marah lalu membalikkan tubuh secara kilat dan memelototiku.
"Gue nggak berniat ngintipin Zeeo, gue juga nggak tau kenapa dia bisa ada di sana! Padahal gue mau ajak lo ke sana, eh keduluan Zeeo." Kataku menyanggah pemikiran Ken tadi yang menyangka bahwa aku berniat mengintipi Zeeo, bahkan aku sama sekali tidak tahu jika Zeeo akan ada di sana.
"Lo mau ajak gue ke tempat kenangan lo sama mantan lo?" tebaknya.
"Gue nggak berniat mengenang kok, jalanan itu enak di pake buat tidur-tiduran."

KAMU SEDANG MEMBACA
UNCHANGED
Novela Juvenil❝Maybe it's not about the happy ending, maybe it's about the story.❞ WARNING: This story is contain harsh words and another bad content, for story needed. So, please be wise. Do NOT steal any contents and scenes on this story because everything is b...