Aku masih memikirkan kejadian tadi pagi, bagaimana bisa aku tidur di atas kasurku dan di apit oleh Zac juga Oscar, padahal seingatku aku tidur di sofa. Apakah aku mengalami sleepwalking? Tapi sepertinya tidak, karena aku memang tidak pernah seperti itu. Oh ya mungkin saja aku terbang saat aku tidur.
Ya, tadi malam aku tidur bertiga dengan kedua kakakku dan saling membahas masalah yang menimpa satu sama lain. Hanya sekedar bercerita, namun mampu memberikan efek meringkankan beban yang sedang dipikul.
Aku sedang di dalam mobil bersama Zac, Oscar dan Dad. Entah hukuman apa yang akan Dad berikan, tapi perasaanku benar-benar tidak enak. Aku merasa seperti sesuatu yang buruk akan terjadi pada kami bertiga. Bahkan sampai sekarang aku tidak tahu kemana Dad akan membawa kami. Apa kami bertiga akan di buang? Oh tidak, itu tidak mungkin terjadi. Aku tahu dia sangat menyayangiku. Tapi yang pasti ia akan memberikan kami hukuman, itu yang dikatakannya kemarin.
Mobil Dad berhenti tepat ketika aku akan kembali membayangkan hal-hal aneh lainnya, aku langsung turun dari dalam mobil dan terheran-heran ketika menatap lurus ke depan. Untuk apa Dad membawa kami menuju hotelnya pagi-pagi begini?
Sebuah tulisan besar ZACCHEUS HOTEL terpampang di hadapan kami, ya ini salah satu hotel milik Dad. Dia menamai banyak hotel miliknya dengan nama kami, termasuk nama Mom dan Dad sendiri.
"Ngapain kita kesini?" tanya Oscar pada Dad, namun bukannya menjawab tapi Dad malah tersenyum.
Aku menengok pada Oscar yang berada di sampingku dan aku sedikit terkejut ketika melihat sebuah mobil yang sudah tidak asing untukku berhenti di belakang mobil Dad. Ngapain Om Alvin kesini juga?
Keluarlah Om Alvin dari mobil, dan aku sedikit terkejut juga ketika Ken keluar dari dalam mobil. Ini ada apa sih?
Om Alvin berjalan diikuti oleh Ken yang baru saja memutari mobilnya, Om Alvin berjalan dan berhenti di hadapan Dad. "Gue buru-buru, ada urusan. Gue titip dia." Bisik Om Alvin pada Dad.
"Okay!" Jawab Dad santai lalu menepuk pelan pundak Om Alvin.
Setelah itu Om Alvin kembali masuk ke dalam mobilnya dan Ken berdiri sambil menunduk di samping Oscar. Luka di wajahnya belum sembuh semua, terkadang aku kasihan padanya karena wajah tampannya jadi rusak. Tapi itu salah dia sendiri juga sih, jadi sepertinya aku tidak perlu mengasihaninya. Astaga aku tidak bisa, aku benar-benar kasihan padanya.
"Dad kita mau ngapain sih?" tanya Zac akhirnya bingung akan kelakuan Dad yang sedari tadi hanya berdiri sambil tersenyum tidak jelas pada kami satu persatu.
"Tunggu satu orang lagi," jawab Dad lalu melirik jam di pergelangan tangannya.
Tak lama dari sekian banyak mobil yang berlalu lalang, berhentilah sebuah mobil di belakang mobil Dad lagi. Sepertinya aku kenal mobil ini, dan benar saja ketika pintu tersebut terbuka turunlah Om Zhafran dengan pakaian jas rapih dan kaca mata hitam menghiasi wajahnya. Om Zhafran berjalan menghampiri Dad lalu membuka kacamata hitamnya.
"Mana sofa pesenan gue? Harusnya kan datang sekarang," ujar Dad.
"Belum gue urus Harry, sabar kek. Tau gue ngurusin anak gue dulu di rumah." Jawab Om Zhafran. Ya Om Zhafran memiliki perusahaan properti terbesar di kota ini— umm kota atau negara? Aku tidak tahu.
"Karena telat datangnya, gue harus dapet bonus lampu gantung yang kemaren baru launching," pinta Dad.
"Mau di taro dimana lagi tuh lampu? Di kepala lo? Udahlah gue kasih bonus pisang aja."
"Sofa pisang."
"Buah pisang."
"Sofa berbentuk buah pisang dan buah pisangnya sekalian."

KAMU SEDANG MEMBACA
UNCHANGED
Fiksi Remaja❝Maybe it's not about the happy ending, maybe it's about the story.❞ WARNING: This story is contain harsh words and another bad content, for story needed. So, please be wise. Do NOT steal any contents and scenes on this story because everything is b...