Bab 4

10K 561 110
                                    

Aku turun dari dalam mobil seraya menyampirkan tas gendong pada bahu sebelah kanan. Pagi ini aku berangkat bersama Zeeo karena dia menjemputku, dan Zeeo bilang kalau ini adalah salah satu rencana agar aksi kami terlihat sungguhan.

Sedari parkiran sampai di depan ruang kelas, banyak mata yang melirik padaku. Hal tersebut terjadi karena Zeeo yang berjalan di sampingku dan mengantarkanku sampai di depan kelas. Zeeo tersenyum di hadapanku, melarikan jemari tangannya dan mengacak rambutku.

"Pulang sekolah gue tunggu lo di parkiran."

Aku memukul tangannya. "Apaan sih, geli."

"Kan biar keliatan lagi pedekate beneran."

Aku memutar mata lalu masuk ke dalam kelas, mencari tempat duduk. Melempar tas ranselku ke atas meja dan bersamaan dengan sebuah teriakan keras dari arah pintu kelas.

"JEZZ! FAK!" setelah itu sosok Zeea berlari ke arahku, menggebrak meja dengan ekspresi yang cukup menyeramkan. "Jadi lo cewek yang zeeo jemput? Sialan Zeeo!"

"Masih pagi, heboh bener," kataku santai lalu duduk, dan gadis itu berlari cepat menghampiri juga menduduki bangku kosong di sampingku.

"Lo kenapa bisa bareng sama Zeeo? Kenapa pula Zeeo bilang dia mau berangkat bareng cewek? Kenapa dia nggak bilang kalau mau pergi sama lo? Dan kenapa Zeeo ninggalin gue pagi ini? KENAPA JEZZ? KENAPA?!"

Aku menutup kedua telingaku rapat-rapat dan memejamkan mataku, tapi tiba-tiba saja rambutku di tarik kasar oleh Zeea dan membuatku langsung membuka mataku.

"Sialan! Sakit!" aku balas menjambak rambut Zeea dan dia juga meringis kesakitan.

"Jawab gue!" pintanya dengan tatapan penuh harap.

"Ya lo tanya sama Kakak lo, gue cuman dijemput sama dia." Jawabku sambil memutar bola mataku.

"Kenapa lo dijemput? Tumben-tumbenan banget, kemana Kakak lo?" tanya Zeea lagi.

Matilah aku, jika sudah berhadapan dengan Zeea yang super cerwet dan super ingin tahu, terkadang aku tidak bisa berkutik, belum lagi masalah ini menyangkut soal Kakak laki-lakinya.

"Ya mana gue tau, dia yang mau jemput gue. Si Zeus kan mobilnya lagi di sita, si Oscar nggak mau sekolah."

"Jezz," panggil Zeea pelan.

"Apa?"

"Dia jemput lo dan ninggalin gue! Apa maksudnya coba?!"

"Maksud apaan?"

"Ck, ya apalagi? Dia suka sama lo!"

Aku menaikkan sebelah alisku, secepat itukah dia menarik kesimpulan? Ini anak sableng apa? Ugh, udah nggak ada lagi mahkluk yang paling heboh selain Zeea. Aku bingung bisa-bisanya bocah rempong dan alay ini adalah mantan kekasih Oscar, sulit dipercaya.

"Jadi, jadi, jadi, sejak kapan Zeeo jadi perhatian sama lo?" tanya Zeea semakin mencodongkan badannya.

Aku melebarkan mataku. "Apaan sih? Perhatian apaan?"

Zeea mengulum senyumnya, telunjuknya mencolek-colek pipiku. "Ternyata diem-diem lo berhubungan sama Kakak gue di belakang gue."

Aku tersenyum masam. "Iya, terserah lo."

"Terus? Jadi? Lo juga suka sama Zeeo nggak?"

"Ha?"

"Lo suka sama Zeeo nggak? Gue saranin jangan, astaga Zeeo itu nyebelin banget!"

"Zee—"

"Gue serius!"

Aku mengangguk lalu tersenyum. "Iya, gue percaya."

UNCHANGEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang