Segerombol perawat dan seorang dokter memindahkan Veme menuju ruang operasi, bersamaan dengan kembalinya Om Alvin dari ruang dokter dengan ekspresi sendu. Belum lagi ada segerombol perawat yang memasuki ruang rawat Tante Kate. Sementara Oliver mengikuti para perawat yang membawa Veme, sedangkan aku mengikuti Dad yang menghampiri Om Alvin.
Dad berdiri tepat di hadapan Om Alvin lalu mengguncang bahu Om Alvin pelan. "Kenapa Kate dibawa juga?"
Om Alvin mendongakkan kepalanya dan langsung memeluk Dad, astaga ada apa ini? Sesuatu yang buruk pasti sedang terjadi pada Tante Kate.
"Alvin," panggil Dad.
"Kate keguguran."
Oh ya Tuhan ini menyedihkan, Tante Kate ingin sekali memiliki anak perempuan. Dia dan Om Alvin sudah terus berusaha sampai pada akhirnya dia hamil dan sangat berharap jika semuanya akan berjalan dengan lancar dan berhasil. Tapi Tuhan yang memiliki kuasa, manusia hanya bisa berencana. Kasihan sekali Tante Kate dan Om Alvin, aku tidak dapat membayangkan betapa sedih dan terpukulnya mereka atas kejadian ini.
Segerombolan perawat yang tadi masuk ke dalam ruangan Tante Kate dan kembali keluar membawa Tante Kate di atas bangkar. Sontak Om Alvin melepas pelukannya dari Dad dan langsung mengikuti kemana perawat tersebut membawanya.
Aku dan Dad mengikuti kemana perawat tersebut membawa Veme dan Tante Kate bersamaan. Sampai di depan ruang operasi, seorang perawat menahan Om Alvin yang ingin ikut masuk ke dalam. Berat hati Om Alvin mundur beberapa langkah, lalu suster tersebut menutup pintunya.
Dad langsung menuntun Om Alvin untuk duduk di kursi tunggu dan aku ikut duduk disampingnya lalu mengusap-usap pundak Om Alvin. Sementara disebrang kami ada Oliver yang sedang bersandar pada dinding.
"Berdoa, semoga operasinya lancar," ucap Dad.
Om Alvin menunduk lalu menutup wajahnya dengan kedua tangannya, mengusapnya lalu mengacak rambutnya.
"Semuanya akan baik-baik saja, Kate kuat dan gue tau itu," sambung Dad.
"Selain keguguran tadi dokter bilang kalau Kate terancam lumpuh sementara."
Astaga, serius? Ya Tuhan kenapa jadi begini? Tidak— Tante Kate tidak mungkin akan lumpuh. Aku tidak mau itu terjadi, tidak dia tidak boleh lumpuh. Sudah cukup dengan kehilangan calon bayinya, ya Tuhan aku memohon padamu untuk membuat Tante Kate baik-baik saja.
"Kate nggak akan lumpuh, dia kuat dan dia akan baik-baik saja. Percaya sama gue." Balas Dad.
Om Alvin memijiti pangkal hidungnya lalu menunduk, sementara Dad mendaratkan bokongnya pada tempat kosong di sampingku. Merangkul bahuku dan mengecup puncak kepalaku. "Ssssh Tante Kate sama Veme akan baik-baik saja. Dad minta kamu atau siapa pun jangan kasih tau Mom soal ini, Dad nggak mau buat Mom kamu khawatir. Tadi aja dia hampir pingsan, belum lagi Gemma tadi udah nangis sebelum Dad kasih tau kejadiannya gimana dan sekarang dia lagi di bandara, tapi belum bisa terbang kesini karena jadwal penerbangan adanya nanti pagi."
Tanpa aku sadari aku menjatuhkan sebulir air mata, astaga aku benar-benar sedih dan tidak dapat membayangkan bagaimana reaksi Ken jika mengetahui Mamanya dalam kondisi seperti ini sekarang. Belum lagi hubungan Ken dan Om Alvin sedang tidak bagus.
"Dad."
Aku dan Dad mendongak, menemukan Oscar berdiri di hadapan kami sendirian. Mana Carl? Mana Ken?
"Veme dan Kate lagi di dalam, mereka sedang di operasi. Keduanya keguguran." Ucap Dad dengan nada suara serendah mungkin dan berharap Om Alvin tidak akan mengamuk karenanya.
"Carl mana? Umm gue belum bilang terimakasih sama dia." Tanyaku pada Oscar. Sejujurnya aku tidak terlalu peduli pada Carl, karena yang ingin aku temui sekarang adalah Ken. Ya walaupun aku sedang marah padanya, tapi aku bisa menyembunyikan atau bahkan menghilangkan amarah tersebut untuk saat ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
UNCHANGED
Ficção Adolescente❝Maybe it's not about the happy ending, maybe it's about the story.❞ WARNING: This story is contain harsh words and another bad content, for story needed. So, please be wise. Do NOT steal any contents and scenes on this story because everything is b...